Pada tahun 1942, bertepatan dengan Perang Dunia 2, Perang Asia Pasifik pun terjadi hingga sampai di Indonesia. Jepang pertama kali masuk ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 di Tarakan, Kalimantan Timur. Kedatangan Jepang ke Indonesia harus menghadapi Belanda terlebih dahulu, karena pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Pada tanggal 12 Januari 1942, komandan Belanda yang bertugas di Tarakan menyerah kepada Jepang.
Perjalanan negeri Sakura dalam menguasai Indonesia harus mengalahkan pemerintahan Hindia Belanda dan Sekutu. Namun dalam setiap peperangan, Jepang berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Puncaknya pada tanggal 4 Maret 1942, tentara Belanda mencoba merebut kembali Subang dan Kalijati. Akan tetapi usaha itu gagal karena dapat dipukul mundur oleh Jepang.
Pada tanggal 7 Maret 1942 Jenderal Jepang Imamura memberi ultimatum kepada Jepang untuk menyerah secara total. Keesokan harinya, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942. Akhirnya, Jepang berhasil menguasai Indonesia dan mulai membentuk beberapa organisasi atau perkumpulan.
Organisasi bentukan Jepang di Indonesia merupakan organisasi pergerakan pada masa pendudukan Jepang yang telah dibentuk dan diresmikan oleh pendudukan Jepang pada saat menjajah Indonesia. Pembentukan organisasi atau perkumpulan ini merupakan salah satu upaya Jepang agar rakyat dan pemimpin nasional Indonesia mau mendukung Jepang dalam Perang Asia Pasifik. Berikut adalah organisasi bentukan Jepang pada masa pendudukan Jepang;
Gerakan Tiga A adalah organisasi yang didirikan oleh pendudukan Jepang pada bulan April 1942. Kemudian pada 29 Maret 1942 baru diresmikan dan pada bulan Mei 1942 mulai diperkenalkan kepada rakyat melalui media masa.Gerakan 3A dipimpin oleh Mr. Syamsudin bekas Parindra pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1943, Gerakan ini dibubarkan oleh Jepang karena dianggap gagal dan tidak memberikan keuntungan bagi pihak Jepang.
Semboyan Gerakan 3A adalah
Tujuan dibentuk Gerakan 3A adalah untuk menanamkan kepercayaan rakyat Indonesia bahwa Jepang adalah pelindung dan pemimpin Asia, sehingga mendapat dukungan dari rakyat Indonesia.
Jawa Hokokai adalah organisasi bersifat sosial kemasyarakatan yang dibentuk oleh pendudukan Jepang dan dinyatakan berdiri oleh Panglima Tentara Jepang di Jawa pada tahun 1944. Organisasi ini dibentuk karena semakin hebatnya perang di wilayah Asia dan Pasifik. Pimpinan pusat organisasi ini adalah Gunseikan, sedangkan Ir. Soekarno dan K.H. Hasyim Asy'ari diangkat sebagai penasehat.
Jawa Hokokai diresmikan pada tanggal 1 Maret 1944. Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Guneseikan (Kepala / pemerintahan militer yang dijabat kepala staf tentara). Keanggotaan Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun. Tugas Jawa Hokokai adalah menggerakkan rakyat guna mengumpulkan pajak, upeti, dan hasil pertanian rakyat.
Kegiatan Jawa Hokokai adalah sebagai berikut;
Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah yang langsung berada di bawah pengawasan para pejabat Jepang. Tugas dari organisasi ini adalah mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, dan menanam pohon Jarak untuk diserahkan pada Jepang. Jawa Hokokai juga memiliki unit tugas yang harus dilaksanakan antara lain, di bidang pengajaran (guru), budaya, dan perusahaan.
Organisasi Seinendan adalah organisasi semi militer bentukan Jepang yang dibentuk pada tanggal 9 Maret 194. Organisasi ini bersifat semi militer. Tujuan Organisasi Seinendan adalah mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tahan air dengan kekuatannya sendiri. Namun, tujuan sebenarnya Jepang membentuk organisasi Seinendan adalah untuk memperalat pemuda Indonesia agar mau membantu Jepang dalam menghadapi pasukan Sekutu.
Anggota organisasi Seinendan adalah para pemuda yang berusia dari 14 - 22 tahun. Pada awalnya, anggota Seinendan berjumlah 3.500 pemuda dari seluruh Jawa dan berkembang menjadi lebih dari 5.000 orang pemuda pada akhir pendudukan Jepang. Organisasi ini dipimpin oleh Gunseikan.
Fungsi organisasi Seinendan adalah sebagai pasukan cadangan yang menjaga dan mengamankan barisan belakang pada saat perang. Adapun tokoh Indonesia yang pernah bergabung dengan Seinendan antara lain, Sukarni dan Latif Hendraningrat.
Heiho adalah organisasi militer bentukan Jepang untuk merekrut pemuda Indonesia sebagai prajurit pembantu . Heiho dibentuk pada bulan April 1943. Anggota organisasi Heiho adalah para pemuda yang berusia 18 - 25 tahun. Heiho merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan perang sebagai bagian dari ketentaraan Jepang.
Heiho dijadikan sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam peperangan misalnya memindahkan senjata dan peluru dari gudang ke atas truk, serta pemeliharaan senjata lain-lain. Sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang jumlah anggota Heiho mencapai 42.000 orang. Prajurit Heiho juga dikirim ke luar negeri untuk menghadapi pasukan Sekutu antara lain ke Malaya (Malaysia), Birma (Myanmar), dan Kepulauan Salomon.
Organisasi ini memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi prajurit angkatan darat atau angkatan laut Jepang. Sejak mengalami kemunduran, Jepang memerlukan tenaga militer tambahan untuk mengganti pasukan yang hancur. Akhirnya, negara jajahannya diambil tenaganya untuk direkrut menjadi prajurit.
Keibodan adalah organisasi semi militer bentukan Jepang yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggota Keibodan terdiri atas para pemuda yang berusia 23 sampai 25 tahun. Tugas Keibodan adalah sebagai pembantu polisi yang bertugas menjaga lalu lintas, pengamanan desa, sebagai mata-mata, dan lain-lain. Jadi, masuk menjadi anggota Keibodan harus memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya laki-laki
Keibodan dibentuk selain untuk memperkuat kewaspadaan dan disiplin masyarakat juga untuk politik pecah belah. Keibodan mendapat pengawasan ketat dari tentara Jepang karena untuk menghindari pengaruh dari kaum nasionalis dalam badan ini. Di seluruh pelosok tanah air sudah dibentuk Keibodan walaupun namanya berbeda, antara lain di Sumatera disebut Bogodan sedangkan di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokukudan.
PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend. Kumakici Harada (Panglima Tentara ke-16). PETA di Sumatera dikenal dengan Gyugun. Pembentukan PETA ini berbeda dengan organisasi lain bentukan Jepang. Anggota PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer Jepang. PETA bertugas mempertahankan tanah air Indonesia. PETA merupakan tentara garis kedua.
Di Jawa dibentuk 50 batalion PETA. Jabatan komando batalion dipegang oleh orang Indonesia tetapi setiap komandan ada pelatih dan penasihat Jepang. Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani. Pergerakan massa rakyat dalam organisasi-organisasi di atas telah mendorong rakyat memiliki keberanian, sikap mental untuk menentang penjajah, pemahaman terhadap kemerdekaan maupun sikap mental yang mengarah pada terbentuknya nasionalisme.
Pengerahan tenaga untuk perang tidak hanya berlaku bagi kaum laki-laki saja, tetapi juga kaum wanita. Untuk keperluan tersebut, dibentuk Fujinkai (Himpunan W anita). Gerakan ini didirikan pada bulan Agustus 1943. Organisasi Fujinkai ini menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan militer. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
Organisasi pergerakan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia cukup banyak, namun organisasi yang telah disampaikan di atas sudah mewakilinya.
Perjalanan negeri Sakura dalam menguasai Indonesia harus mengalahkan pemerintahan Hindia Belanda dan Sekutu. Namun dalam setiap peperangan, Jepang berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Puncaknya pada tanggal 4 Maret 1942, tentara Belanda mencoba merebut kembali Subang dan Kalijati. Akan tetapi usaha itu gagal karena dapat dipukul mundur oleh Jepang.
Pada tanggal 7 Maret 1942 Jenderal Jepang Imamura memberi ultimatum kepada Jepang untuk menyerah secara total. Keesokan harinya, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942. Akhirnya, Jepang berhasil menguasai Indonesia dan mulai membentuk beberapa organisasi atau perkumpulan.
Organisasi Bentukan Jepang
Organisasi bentukan Jepang di Indonesia merupakan organisasi pergerakan pada masa pendudukan Jepang yang telah dibentuk dan diresmikan oleh pendudukan Jepang pada saat menjajah Indonesia. Pembentukan organisasi atau perkumpulan ini merupakan salah satu upaya Jepang agar rakyat dan pemimpin nasional Indonesia mau mendukung Jepang dalam Perang Asia Pasifik. Berikut adalah organisasi bentukan Jepang pada masa pendudukan Jepang;
Gerakan 3A
Gerakan Tiga A adalah organisasi yang didirikan oleh pendudukan Jepang pada bulan April 1942. Kemudian pada 29 Maret 1942 baru diresmikan dan pada bulan Mei 1942 mulai diperkenalkan kepada rakyat melalui media masa.Gerakan 3A dipimpin oleh Mr. Syamsudin bekas Parindra pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1943, Gerakan ini dibubarkan oleh Jepang karena dianggap gagal dan tidak memberikan keuntungan bagi pihak Jepang.
Semboyan Gerakan 3A adalah
- Jepang Cahaya Asia
- Jepang Pelindung Asia
- dan Jepang Pemimpin Asia
Tujuan dibentuk Gerakan 3A adalah untuk menanamkan kepercayaan rakyat Indonesia bahwa Jepang adalah pelindung dan pemimpin Asia, sehingga mendapat dukungan dari rakyat Indonesia.
Jawa Hokokai
Jawa Hokokai adalah organisasi bersifat sosial kemasyarakatan yang dibentuk oleh pendudukan Jepang dan dinyatakan berdiri oleh Panglima Tentara Jepang di Jawa pada tahun 1944. Organisasi ini dibentuk karena semakin hebatnya perang di wilayah Asia dan Pasifik. Pimpinan pusat organisasi ini adalah Gunseikan, sedangkan Ir. Soekarno dan K.H. Hasyim Asy'ari diangkat sebagai penasehat.
Jawa Hokokai diresmikan pada tanggal 1 Maret 1944. Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Guneseikan (Kepala / pemerintahan militer yang dijabat kepala staf tentara). Keanggotaan Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun. Tugas Jawa Hokokai adalah menggerakkan rakyat guna mengumpulkan pajak, upeti, dan hasil pertanian rakyat.
Kegiatan Jawa Hokokai adalah sebagai berikut;
- Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyubangkan segenap tenaga kepada pemerintah Jepang
- Memperkokoh pembelaan tanah air
- dan Memimpin rakyat untuk ikut menyumbang segenap tenaga berdasarkan semangat persaudaraan antar segala bangsa.
Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah yang langsung berada di bawah pengawasan para pejabat Jepang. Tugas dari organisasi ini adalah mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, dan menanam pohon Jarak untuk diserahkan pada Jepang. Jawa Hokokai juga memiliki unit tugas yang harus dilaksanakan antara lain, di bidang pengajaran (guru), budaya, dan perusahaan.
Seinendan
Organisasi Seinendan adalah organisasi semi militer bentukan Jepang yang dibentuk pada tanggal 9 Maret 194. Organisasi ini bersifat semi militer. Tujuan Organisasi Seinendan adalah mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tahan air dengan kekuatannya sendiri. Namun, tujuan sebenarnya Jepang membentuk organisasi Seinendan adalah untuk memperalat pemuda Indonesia agar mau membantu Jepang dalam menghadapi pasukan Sekutu.
Anggota organisasi Seinendan adalah para pemuda yang berusia dari 14 - 22 tahun. Pada awalnya, anggota Seinendan berjumlah 3.500 pemuda dari seluruh Jawa dan berkembang menjadi lebih dari 5.000 orang pemuda pada akhir pendudukan Jepang. Organisasi ini dipimpin oleh Gunseikan.
Fungsi organisasi Seinendan adalah sebagai pasukan cadangan yang menjaga dan mengamankan barisan belakang pada saat perang. Adapun tokoh Indonesia yang pernah bergabung dengan Seinendan antara lain, Sukarni dan Latif Hendraningrat.
Heiho
Heiho adalah organisasi militer bentukan Jepang untuk merekrut pemuda Indonesia sebagai prajurit pembantu . Heiho dibentuk pada bulan April 1943. Anggota organisasi Heiho adalah para pemuda yang berusia 18 - 25 tahun. Heiho merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan perang sebagai bagian dari ketentaraan Jepang.
Heiho dijadikan sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam peperangan misalnya memindahkan senjata dan peluru dari gudang ke atas truk, serta pemeliharaan senjata lain-lain. Sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang jumlah anggota Heiho mencapai 42.000 orang. Prajurit Heiho juga dikirim ke luar negeri untuk menghadapi pasukan Sekutu antara lain ke Malaya (Malaysia), Birma (Myanmar), dan Kepulauan Salomon.
Organisasi ini memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi prajurit angkatan darat atau angkatan laut Jepang. Sejak mengalami kemunduran, Jepang memerlukan tenaga militer tambahan untuk mengganti pasukan yang hancur. Akhirnya, negara jajahannya diambil tenaganya untuk direkrut menjadi prajurit.
Keibodan
Keibodan adalah organisasi semi militer bentukan Jepang yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggota Keibodan terdiri atas para pemuda yang berusia 23 sampai 25 tahun. Tugas Keibodan adalah sebagai pembantu polisi yang bertugas menjaga lalu lintas, pengamanan desa, sebagai mata-mata, dan lain-lain. Jadi, masuk menjadi anggota Keibodan harus memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya laki-laki
Keibodan dibentuk selain untuk memperkuat kewaspadaan dan disiplin masyarakat juga untuk politik pecah belah. Keibodan mendapat pengawasan ketat dari tentara Jepang karena untuk menghindari pengaruh dari kaum nasionalis dalam badan ini. Di seluruh pelosok tanah air sudah dibentuk Keibodan walaupun namanya berbeda, antara lain di Sumatera disebut Bogodan sedangkan di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokukudan.
PETA
PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend. Kumakici Harada (Panglima Tentara ke-16). PETA di Sumatera dikenal dengan Gyugun. Pembentukan PETA ini berbeda dengan organisasi lain bentukan Jepang. Anggota PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer Jepang. PETA bertugas mempertahankan tanah air Indonesia. PETA merupakan tentara garis kedua.
Di Jawa dibentuk 50 batalion PETA. Jabatan komando batalion dipegang oleh orang Indonesia tetapi setiap komandan ada pelatih dan penasihat Jepang. Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani. Pergerakan massa rakyat dalam organisasi-organisasi di atas telah mendorong rakyat memiliki keberanian, sikap mental untuk menentang penjajah, pemahaman terhadap kemerdekaan maupun sikap mental yang mengarah pada terbentuknya nasionalisme.
Fujinkai
Pengerahan tenaga untuk perang tidak hanya berlaku bagi kaum laki-laki saja, tetapi juga kaum wanita. Untuk keperluan tersebut, dibentuk Fujinkai (Himpunan W anita). Gerakan ini didirikan pada bulan Agustus 1943. Organisasi Fujinkai ini menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan militer. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
Organisasi pergerakan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia cukup banyak, namun organisasi yang telah disampaikan di atas sudah mewakilinya.