Halaman

    Social Items

Ads 728x90

Biografi Soeharto - Soeharto adalah sebuah nama yang diberikan oleh seorang ayah bernama Kertosudiro. "Soe" berarti lebih baik dan "Harto" berarti kekayaan (Retnowati Abdulgani-Knapp, 2007:20). Soeharto lahir dari keluarga yang tak mampu di dusun Kemusuk, desa Argomulyo, Bantul, Kota Yogyakarta. Pada waktu kecil, Soeharto telah mengalami kehidupan yang serba pahit, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Soeharto yang memiliki panggilan Jendral Besar TNI Haji Muhammad Soeharto merupakan salah satu presiden Republik Indonesia yang ke dua. Beliau menjadi presiden RI karena Peristiwa Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno. Soeharto menjabat sebagai presiden RI selama 32 tahun hingga akhirnya lengser pada 21 Mei 1998. Itulah sedikit cuplikan kisah singkat mengenai Soeharto. Selanjutnya, mari kita simak biografi Soekarno secara lebih dalam.

Biodata Soeharto

Dalam rangka memudahkan pembaca untuk menyelami kisah atau kehidupan Soeharto akan lebih baik bila kita mengetahui biodata Soekarno yang singkat ini.

1. Nama:
Muhammad Soekarno

2. Terkenal dengan sebutan:
Jendral Besar TNI Soekarno dan The Smiling General (Sang Jendral Yang Tersenyum)

3. Lahir:
Di Kemusuk, Argomulya, Bantul, Yogyakarta pada 8 Juni 1921

4. Wafat:
Pada 27 Januari 2008 di Jakarta

5. Istri:
Fatimah Siti Hartinah Soeharto (akrab dipanggil Ibu Tien)

6. Orang Tua
  • Ayah: Kertosudiro
  • Ibu: Sukirah
7. Pendidikan:
Di Desa Puluhan, Desa Pedes Yogyakarta, dan menamatkanya di Sekolah Dasar daerah Wuryantoro.
Sekolah Tingkat Menengah daerah Wonogiri, pindah ke SMP Muhammadiyah di Yogyakarta dan berhasil  menamatkannya.
Sekolah Militer di Gombong, Yogyakarta

Masa Kecil dan Masa Pendidikan Soeharto

1. Masa Kecil Sebelum Masuk Sekolah Dasar
Soeharto adalah nama yang diberikan oleh ayahnya yang bernama Kertosudiro. Beliau lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Sukirah. Tepat pada tanggal 8 Juni 1921 di Kemusuk desa Argomulya kecamatan Bantul, Yogyakarta Soeharto lahir. Nama Soeharto memiliki arti yang cukup baik yaitu, "Soe" yang berarti "lebik baik" dan "Harto" yang artinya "kekayaan".

Belum genap 40 hari, Soeharto dibawa ke rumah kakeknya yang bernama Kromodiryo. Di rumah Mbah Kromodiryo, Soeharto kecil mendapat kasih sayang dan di rumah inilah Soeharto kecil belajar berdiri dan berjalan. Mbah Kromo, begitulah Seoharto kecil memanggilnya. Pada saat Soeharto kecil sudah bisa berjalan, Mbah Kromo sering mengajak ia pergi sawah untuk bermain dan mencari belut, makanan sesukaannya. Selama kurang lebih empat tahun soeharto kecil bersama Mbah Kromodiryo.

Ketika berumur empat tahun Soeharto kecil diambil kembali oleh ibunya Sukirah. Ternyata, pada saat itu ayah dan ibu Soeharto kecil sudah berpisah. Sehingga sesekali waktu, ayah kandung Soeharto kecil berkunjung untuk menemuinya. Soeharto sangat girang ketika suatu hari ayahnya datang dan membawakan seekor kambing untuknya.

Pada masa inilah, Soeharto merasakan pahitnya hidup. Ia tinggal bersama keluarga yang kurang mampu sehingga ia hanya mengenakan celana hitam selutut tanpa baju. Pada suatu hari Soeharto kecil dipanggil oleh kakek buyutnya dari keluarga ibu. Ia sangat senang pada waktu itu karena disuruh untuk mengenakan kemeja jawa (Sorjan). Namun ternyata, sorjan itu bukan untuk dia, melainkan untuk kakaknya Darsono.

2. Soeharto Belajar di Sekolah
Pada saat Soeharto beranjak besar, ia disekolahkan di desa Puluhan, Godean, Yogyakarta. Belum menamatkan pendidikannya, Soeharto pindah ke daerah Kemusuk, Yogyakarta dan sekolah di desa Pedes. Pada saat mengenyam pendidikan di Desa Pedes dan belum tamat, Soeharto pun pindah ke Wuryantoro. Di daerah Wuryantorolah Soeharto berhasil menamatkan pendidikannya, sekolah dasar selam lima tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, Soeharto melanjutkan pendidikanya di sekolah tingkat menengah di daerah Wonogiri. Di Wonogiri ia tinggal bersama dengan Hardjowijono (dibaca: Harjowiyono) teman ayahnya.

Kehidupan Soeharto muda di Wonogiri sempat bertemu dengan Kiai Darjatmo (dibaca: Daryatmo). Beliau, Kiai Darjatmo adalah seorang pemuka Agama dalam ilmu agama dan kebatina, serta terkenal pandai dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Soeharto muda sangat gembira ketika Kiai Darjatmo mengizinkannya untuk membantu meracik resep obat dari daun dan akar-akaran.

Kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Sekolah ditempat ia belajar mengharuskan siswanya untuk mengenakan celana dan sepatu. Namun, karena tak mampu untuk membelinya, dengan  terpaksa ia pindah sekolah menengah Muhammadiyah di kota Yogyakarta. Di sekolah inilah Soeharto muda dapat bersekolah dengan mengenakan sarung dan tanpa bersepatu.

Di sekolah menengah Muhammadiyah Soeharto berhasil mendapat kelulusan. Sekian lama setelah lulus dari sekolah, ia mencari pekerjaan untuk memenuhi hidupnya. Hingga pada suatu saat Soeharto memutuskan untuk masuk ke militeran dan mulai berlatih di Gombong sebelah barat kota Jogja.

3. Setelah Lulus dari Sekolah
Tahun 1939, Soeharto telah lulus dari sekolah menengah Muhammadiyah di kota Jogja. Saat inilah ia dituntut untuk mencari nafkah sendiri. Pada waktu itu sangat sulit untuk memperoleh pekerjaan tanpa bantuan orang yang berkedudukan atau orang yang berpengaruh, tanpa uluran orang kaya ataupun pengusaha besar.

Sekian lama Soeharto tidak mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia kembali ke Wuryantoro, berharap memperoleh koneksi sehingga dapat memperoleh pekerjaan. Benar, di Wuryantoro Soeharto mendapat pekerjaan di bank desa. Namun, Soeharto kurang menyukai pekerjaannya karena sebagai pembantu klerek yang setiap hari berkeliling bertemu dengan para petani dan pedagang kecil untuk menawarkan pinjaman.

Pada suatu hari Soeharto dengan tidak sengaja merobek kain yang dipinjam dari bibinya. Kejadian ini berdampak besar pada pekerjaannya hingga akhirnya ia kembali menganggur. Setelah  keluar dari pekerjaan di Bank Desa, Soeharto terjebak pada kehidupan yang tidak menentu.

Karier Soeharto Sebelum dan Setelah Menjadi Presiden

Perang Dunia II telah berimbas ke Indonesia, sebuah pekerjaan tampak lebih bersinar dari pada bidang pekerjaan lain. Setidaknya Soeharto kecil tidak pernah bercita-cita menjadi tentara. Masa mudanya pun tersirat tidak pernah tertarik dengan dunia militer. Jika terdapat sesuatu yang mendorong Soeharto terjun ke dunia militer, tak lain karena adanya harapan untuk penghidupan yang lebih baik.



1. Soeharto Masuk ke Dunia Militer
Pada mulanya ia sama sekali tidak menduga bahwa lamaran untuk menjadi anggota Koninklijk Nederlans-Indisch Leger (KNIL) sebutan bagi Angkatan Bersenjata Hindia-Belanda diterima. Sebelum memutuskan masuk ke dalam anggota KNIL, Soeharto sempat mempertimbangkan untuk masuk kedalam anggota Angkatan Laut Belanda.

Karena pendidikan yang telah diperolehnya, Soeharto mendapatkan cara Kortverband. Cara kortverband adalah cara yang cepat untuk menjadi kopral, sedangkan cara Langverband adalah cara yang membutuhkan waktu lama untuk menjadi kopral. Untuk masuk mendapatkan cara cepat menjadi kopral, adalah mereka yang sudah berpendidikan hingga kelas HIS (Holands In-landse School), yaitu SD pada zaman Belanda.

Pada tanggal 1 Juni 1940, Soeharto memulai latihan militer di Gombong sebelah barat kota Jogja. Pagi hingga malam ia habiskan untuk berlatih. Walaupun merasa berat, Soeharto mulai menemukan kesenangan pada bidangnya ini. Ia bahkan berencana untuk terus hidup dari pekerjaan ini.

Batalion XIII di Rampal, dekat Malang, adalah tempat di mana Soeharto ditugaskan. Ia lulus dan mendapat predikat terbaik dalam latihannya selama ini. Setelah sekian lama menjadi kopral, akhirnya Soeharto mengikuti ujian dan masuk ke Kader School di Gombong untuk mendapatkan pangkat Sersan. Tanpa mengalami kendala yang berarti, Soeharto berhasil mendapat pangkat sersan.

Di Cisarua, Bandung sersan Soeharto bergabung sebagai pasukan cadangan di markas angkatan darat. Pecahnya Perang Dunia II telah membuat sersan Soeharto dikirim kesana. Seminggu setelah bertugas, Belanda menyerah pada pendudukan Jepang dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Wuryantoro, Yogyakarta.

Masa pendudukan Jepang membuat masa-masa sulit Soeharto kembali terulang. Suatu hari Soekarno tak sengaja mendengar adanya perekrutan anggota Keibuho, sebutan bagi polisi di masa pendudukan Jepang. Ia ragu untuk mendaftarkan diri, akan tetapi karena kebutuhan hidup yang sulit, akhirnya ia memberanikan diri untuk mendaftar.

Lagi-lagi ia lulus dengan predikat terbaik dan atas saran dari Kepala Polisi Jepang Soeharto mendaftarkan diri ke Pembela Tanah Air (PETA). Anggota PETA dilatih dengan tujuan untuk mempertahankan tanah air dari serbuan tentara sekutu yang mencoba merebut kembali Indonesia dari tangan Jepang. PETA merupakan angkatan pertahanan yang dibentuk oleh Jepang pada Oktober 1943 dengan beranggotakan orang-orang Indonesia.

Pengalaman saat menjadi anggota KNIL membuat Soeharto terpilih untuk mengikuti latihan sebagai komandan pleton (Shodancho) selama empat bulan di Bogor. Selesainya latihan, ia ditempatkan di Batalion Wates. Tak lama kemudian ia dilatih lagi untuk menjadi komandan kompi (Chudancho) di Bogor juga. Pada tahun 1944, Soeharto ditempatkan di markas besar PETA, Solo, untuk melatih para calon Budancho.

2. Soeharto Pada Masa Revolusi
Pada tanggal 14 Agustus, 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Ketika itu Soeharto sedang melatih Budancho di daerah Brebeg. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno meproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Setelah beberapa waktu, Soeharto bergabung dengan anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan terpilih menjadi wakil ketua BKR.

Soeharto dalam hal kemiliteran ternyata mendapat prestasi yang kemudian diangkat menjadi pimpinan Batalion X dengan pangkat mayor. Pada tanggal 18 Desember, kolonel Soederman secara resmi dilantik menjadi Panglima Besar dengan pangkat jendral. Karena jasa Soeharto, akhirnya Soederman mengangkat Soeharto menjadi Komandan Resimen II dari divisi IX (Istimewa) dengan pangkat kolonel.

Perjalanan Soeharto masih begitu panjang dalam dunia kemiliteran. Terutama pada masa Agresi Belanda II merupakan salah satu dari sekian banyak jasanya. Dalam pertempuran melawan tentara Belanda, Soeharto mendapat prestasi yang gemilang. Ia berhasil merebut kota Yogyakarta bersama dengan para pejuang lain dari tangan Belanda. Perebutan kota Yogyakarta inilah yang disebut dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Hingga pada saat inilah karier Soeharto terus memuncak.
Penting: Karier Pak Soeharto masih sangat panjang hingga sampai menjadi orang nomor satu di Indonesia. Masih banyak jasa yang diberikan oleh Pak Soeharto dalam mempertahankan Indonesia. Jika penulis cerikatan semua dalam satu artikel ini maka akan sangat panjang. Maka dari itu, Penulis menghimbau agar para Pembaca untuk mencari sumber lain yang lebih lengkap.

Masa Jabatan Soeharto Sebagai Presiden

Melalui Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) yang menjadi Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 Soeharto mendapat sebagian besar kekuasaan dalam bertindak. Pada tanggal 7 Maret 1967, Melalui Sidang Istimewa MPRS Soeharto ditetapkan sebagai Presiden. Pada tahun 1968, Soeharto disumpah untuk menjadi presiden oleh Nasution.



Masa jabatan presiden Soeharto terkenal dengan sebutan Orde Baru. Kebijakan politik baik di dalam dan di luar negeri diubah oleh presiden Soeharto. Salah satu di antaranya adalah kembalinya bangsa Indonesia menjadi anggota PBB pada 28 Semtember 1966.

Pada masa ini, tahap awal yang dilakukan presiden Soeharto menggunakan cara yang keras. Partai-partai yang berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia dikucilkan. Hukuman para kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk para pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Hal ini bertujuan untuk kestabilan politik.

Program pemerintahan Soeharto dipusatkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional. Terutama pada menstabilkan dan rehabilitas ekonomi. Menyetabilkan ekonomi dengan cara mengendalikan inflansi agar harga barang tidak meroket. Sedangkan merehabilitas ekonomi dengan cara memperbaiki secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Usaha untuk menekan laju inflansi berhasil dilakukan pada akhir tahun 1967-1968. Namun, sangat disayangkan walaupun usaha itu berhasil, tetapi harga bahan kebutuhan pokok masih melonjak.

Pada masa Orde Baru, terkenal dengan istilah Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan jangka pendek dikenal dengan sebutan PELITA yaitu, Pembangunan Lima Tahun. Sedangkan pembangunan jangka panjang mencakup periode 25-30 tahun.

Pada bulan Juli 1968, sesudah terbentunya Kabinet Pembangunan pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat. Pengendalian itu bergerak pada harga barang khususnya sandang, pangan, serta kurs valuta asing. Sejak saat itulah ekonomi nasional relatif stabil.

Dengan terjadinya stabilitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan maka munculah jargo yang disebut dengan Trilogi Pembangunan. Keberhasilan presiden Soeharto tersebut memunculkan sebuah julukan, yaitu sebagai Bapak pambangunan.

Akhirnya dapa pertengahan 1997, krisis ekonomi telah menyebabkan harga-harga di dalam negeri melambung tinggi. Mahasisiwa, elmen dalam masyarakat yang paling sering menyuarakan pendapat kritisnya, lalu memimpin gelombang protes di berbagai daerah. Para mahasiswa menuntut adanya reformasi pemerintahan yang bebas dari praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nipotisme).

Pada tanggal 4 Mei 1998, Soeharto mengambil sebuah tindakan yang berlawanan dengan kehendak mahasiswa yaitu, malah menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Pada 9 Mei 1998, Presiden Soeharto menuju Kairo dalam rangka menghadiri Konferensi Tinggkat Tinggi (TT) G-15

Pada saat Soeharto menghadiri konferensi, terjadilah kerusuhan besar-besaran. Pada tanggal 13-15 Mei, kerusuhan terjadi di Jakarta yang menelan korban sedikitnya 500 orang tewas, 4.939 bangunan rusak, 1.119 mobil dibakar, dan 1.026 bangunan rusak. Soeharto pun mendengar kabar kerusuhan yang terjadi di tanah air. Pada tanggal 15 Mei 1998, Soeharto pulang ke Indonesia.

Soeharto Mundur Dari Jabatan Presiden

Pada tanggal 20 Mei 1998, Soeharto memerintahkan Yusril Ihza Mahendra untuk menyiapkan naskah pengunduran diri. Soeharto membacakan naskah tersebut pada keesokan harinya. Pada 21 Mei 1998, Soeharto membaca naskah tersebut dan secara resmi meletakkan jabatannya kepada B.J. Habibie secara resmi.


Presiden Soeharto Wafat

Pada 27 Januari 2008 tepat pukul 13.10 di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta pada usia 84 tahun, Soeharto meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama 24 hari. Secara resmi tim dokter kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Soeharto dan menyatakan beliau meninggal karena kegagalan multi organ. Pada pukul 14.35, jenazah beliau di berangkatkan ke kediamannya di Jalan Cendana No. 8, Menteng Jakarta dan sampai pada pukul 14.55.

Pada 28 januari 2008 pukul 07.30 Jenazah mantan Presiden kedua ini diberangkatkan ke Bandara Halim Perdanakusuma dari rumahnya untuk diterbangkan ke Solo pukul 10.00 dan untuk kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo. Pada pukul 12.00 WIB, jenazah beliau tiba di Astana Giri Bangun dan diturunkan ke liang lahat pada pukul 12.15 tepat adzan dzuhur. Inspektur upacara pemakaman tersebut di pimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Kesimpulan

Dari peristiwa-peristiwa yang telah dialami oleh Soeharto, pada waktu kecil Soeharto adalah seorang anak desa yang hidup dalam keluarga kurang mampu. Masa kecil Soekarno banyak mengalami kepahitan hidup. Dari ayah dan ibunya yang bercerai hingga tidak mampu untuk membeli sepatu untuk melanjutkan pendidikanya.  Hingga pada masa pendidikan Soeharto sempat beberapa kali berpindah-pindah lembaga pendidikan.

Pada akhirnya Soeharto yang beranjak dewasa masuk kedalam anggota militer. Di sinilah Soekarno berjuang dan pada akhirnya kariernya melambung hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Catatan penting: Informasi mengenai Biografi Soeharto pada konten ini sebagian besar bersumber dari buku yang berjudul Biografi Daripada Soeharto karya A. Yogaswara (2012).

Itulah biografi Soeharto yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan tentang sejarah kita. Sebelum diakhiri, kami dari penulis apabila terdapat tulisan yang perlu diluruskan dalam sejarah ini mohon untuk konfirmasi di kolom komentar. Kami dari penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan website ini.

Biografi Lain:
Biografi Lengkap  Pangeran Diponegoro

Biografi Singkat Soeharto Dari Lahir Hingga Wafat

Biografi Soeharto - Soeharto adalah sebuah nama yang diberikan oleh seorang ayah bernama Kertosudiro. "Soe" berarti lebih baik dan "Harto" berarti kekayaan (Retnowati Abdulgani-Knapp, 2007:20). Soeharto lahir dari keluarga yang tak mampu di dusun Kemusuk, desa Argomulyo, Bantul, Kota Yogyakarta. Pada waktu kecil, Soeharto telah mengalami kehidupan yang serba pahit, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Soeharto yang memiliki panggilan Jendral Besar TNI Haji Muhammad Soeharto merupakan salah satu presiden Republik Indonesia yang ke dua. Beliau menjadi presiden RI karena Peristiwa Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno. Soeharto menjabat sebagai presiden RI selama 32 tahun hingga akhirnya lengser pada 21 Mei 1998. Itulah sedikit cuplikan kisah singkat mengenai Soeharto. Selanjutnya, mari kita simak biografi Soekarno secara lebih dalam.

Biodata Soeharto

Dalam rangka memudahkan pembaca untuk menyelami kisah atau kehidupan Soeharto akan lebih baik bila kita mengetahui biodata Soekarno yang singkat ini.

1. Nama:
Muhammad Soekarno

2. Terkenal dengan sebutan:
Jendral Besar TNI Soekarno dan The Smiling General (Sang Jendral Yang Tersenyum)

3. Lahir:
Di Kemusuk, Argomulya, Bantul, Yogyakarta pada 8 Juni 1921

4. Wafat:
Pada 27 Januari 2008 di Jakarta

5. Istri:
Fatimah Siti Hartinah Soeharto (akrab dipanggil Ibu Tien)

6. Orang Tua
  • Ayah: Kertosudiro
  • Ibu: Sukirah
7. Pendidikan:
Di Desa Puluhan, Desa Pedes Yogyakarta, dan menamatkanya di Sekolah Dasar daerah Wuryantoro.
Sekolah Tingkat Menengah daerah Wonogiri, pindah ke SMP Muhammadiyah di Yogyakarta dan berhasil  menamatkannya.
Sekolah Militer di Gombong, Yogyakarta

Masa Kecil dan Masa Pendidikan Soeharto

1. Masa Kecil Sebelum Masuk Sekolah Dasar
Soeharto adalah nama yang diberikan oleh ayahnya yang bernama Kertosudiro. Beliau lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Sukirah. Tepat pada tanggal 8 Juni 1921 di Kemusuk desa Argomulya kecamatan Bantul, Yogyakarta Soeharto lahir. Nama Soeharto memiliki arti yang cukup baik yaitu, "Soe" yang berarti "lebik baik" dan "Harto" yang artinya "kekayaan".

Belum genap 40 hari, Soeharto dibawa ke rumah kakeknya yang bernama Kromodiryo. Di rumah Mbah Kromodiryo, Soeharto kecil mendapat kasih sayang dan di rumah inilah Soeharto kecil belajar berdiri dan berjalan. Mbah Kromo, begitulah Seoharto kecil memanggilnya. Pada saat Soeharto kecil sudah bisa berjalan, Mbah Kromo sering mengajak ia pergi sawah untuk bermain dan mencari belut, makanan sesukaannya. Selama kurang lebih empat tahun soeharto kecil bersama Mbah Kromodiryo.

Ketika berumur empat tahun Soeharto kecil diambil kembali oleh ibunya Sukirah. Ternyata, pada saat itu ayah dan ibu Soeharto kecil sudah berpisah. Sehingga sesekali waktu, ayah kandung Soeharto kecil berkunjung untuk menemuinya. Soeharto sangat girang ketika suatu hari ayahnya datang dan membawakan seekor kambing untuknya.

Pada masa inilah, Soeharto merasakan pahitnya hidup. Ia tinggal bersama keluarga yang kurang mampu sehingga ia hanya mengenakan celana hitam selutut tanpa baju. Pada suatu hari Soeharto kecil dipanggil oleh kakek buyutnya dari keluarga ibu. Ia sangat senang pada waktu itu karena disuruh untuk mengenakan kemeja jawa (Sorjan). Namun ternyata, sorjan itu bukan untuk dia, melainkan untuk kakaknya Darsono.

2. Soeharto Belajar di Sekolah
Pada saat Soeharto beranjak besar, ia disekolahkan di desa Puluhan, Godean, Yogyakarta. Belum menamatkan pendidikannya, Soeharto pindah ke daerah Kemusuk, Yogyakarta dan sekolah di desa Pedes. Pada saat mengenyam pendidikan di Desa Pedes dan belum tamat, Soeharto pun pindah ke Wuryantoro. Di daerah Wuryantorolah Soeharto berhasil menamatkan pendidikannya, sekolah dasar selam lima tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, Soeharto melanjutkan pendidikanya di sekolah tingkat menengah di daerah Wonogiri. Di Wonogiri ia tinggal bersama dengan Hardjowijono (dibaca: Harjowiyono) teman ayahnya.

Kehidupan Soeharto muda di Wonogiri sempat bertemu dengan Kiai Darjatmo (dibaca: Daryatmo). Beliau, Kiai Darjatmo adalah seorang pemuka Agama dalam ilmu agama dan kebatina, serta terkenal pandai dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Soeharto muda sangat gembira ketika Kiai Darjatmo mengizinkannya untuk membantu meracik resep obat dari daun dan akar-akaran.

Kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Sekolah ditempat ia belajar mengharuskan siswanya untuk mengenakan celana dan sepatu. Namun, karena tak mampu untuk membelinya, dengan  terpaksa ia pindah sekolah menengah Muhammadiyah di kota Yogyakarta. Di sekolah inilah Soeharto muda dapat bersekolah dengan mengenakan sarung dan tanpa bersepatu.

Di sekolah menengah Muhammadiyah Soeharto berhasil mendapat kelulusan. Sekian lama setelah lulus dari sekolah, ia mencari pekerjaan untuk memenuhi hidupnya. Hingga pada suatu saat Soeharto memutuskan untuk masuk ke militeran dan mulai berlatih di Gombong sebelah barat kota Jogja.

3. Setelah Lulus dari Sekolah
Tahun 1939, Soeharto telah lulus dari sekolah menengah Muhammadiyah di kota Jogja. Saat inilah ia dituntut untuk mencari nafkah sendiri. Pada waktu itu sangat sulit untuk memperoleh pekerjaan tanpa bantuan orang yang berkedudukan atau orang yang berpengaruh, tanpa uluran orang kaya ataupun pengusaha besar.

Sekian lama Soeharto tidak mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia kembali ke Wuryantoro, berharap memperoleh koneksi sehingga dapat memperoleh pekerjaan. Benar, di Wuryantoro Soeharto mendapat pekerjaan di bank desa. Namun, Soeharto kurang menyukai pekerjaannya karena sebagai pembantu klerek yang setiap hari berkeliling bertemu dengan para petani dan pedagang kecil untuk menawarkan pinjaman.

Pada suatu hari Soeharto dengan tidak sengaja merobek kain yang dipinjam dari bibinya. Kejadian ini berdampak besar pada pekerjaannya hingga akhirnya ia kembali menganggur. Setelah  keluar dari pekerjaan di Bank Desa, Soeharto terjebak pada kehidupan yang tidak menentu.

Karier Soeharto Sebelum dan Setelah Menjadi Presiden

Perang Dunia II telah berimbas ke Indonesia, sebuah pekerjaan tampak lebih bersinar dari pada bidang pekerjaan lain. Setidaknya Soeharto kecil tidak pernah bercita-cita menjadi tentara. Masa mudanya pun tersirat tidak pernah tertarik dengan dunia militer. Jika terdapat sesuatu yang mendorong Soeharto terjun ke dunia militer, tak lain karena adanya harapan untuk penghidupan yang lebih baik.



1. Soeharto Masuk ke Dunia Militer
Pada mulanya ia sama sekali tidak menduga bahwa lamaran untuk menjadi anggota Koninklijk Nederlans-Indisch Leger (KNIL) sebutan bagi Angkatan Bersenjata Hindia-Belanda diterima. Sebelum memutuskan masuk ke dalam anggota KNIL, Soeharto sempat mempertimbangkan untuk masuk kedalam anggota Angkatan Laut Belanda.

Karena pendidikan yang telah diperolehnya, Soeharto mendapatkan cara Kortverband. Cara kortverband adalah cara yang cepat untuk menjadi kopral, sedangkan cara Langverband adalah cara yang membutuhkan waktu lama untuk menjadi kopral. Untuk masuk mendapatkan cara cepat menjadi kopral, adalah mereka yang sudah berpendidikan hingga kelas HIS (Holands In-landse School), yaitu SD pada zaman Belanda.

Pada tanggal 1 Juni 1940, Soeharto memulai latihan militer di Gombong sebelah barat kota Jogja. Pagi hingga malam ia habiskan untuk berlatih. Walaupun merasa berat, Soeharto mulai menemukan kesenangan pada bidangnya ini. Ia bahkan berencana untuk terus hidup dari pekerjaan ini.

Batalion XIII di Rampal, dekat Malang, adalah tempat di mana Soeharto ditugaskan. Ia lulus dan mendapat predikat terbaik dalam latihannya selama ini. Setelah sekian lama menjadi kopral, akhirnya Soeharto mengikuti ujian dan masuk ke Kader School di Gombong untuk mendapatkan pangkat Sersan. Tanpa mengalami kendala yang berarti, Soeharto berhasil mendapat pangkat sersan.

Di Cisarua, Bandung sersan Soeharto bergabung sebagai pasukan cadangan di markas angkatan darat. Pecahnya Perang Dunia II telah membuat sersan Soeharto dikirim kesana. Seminggu setelah bertugas, Belanda menyerah pada pendudukan Jepang dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Wuryantoro, Yogyakarta.

Masa pendudukan Jepang membuat masa-masa sulit Soeharto kembali terulang. Suatu hari Soekarno tak sengaja mendengar adanya perekrutan anggota Keibuho, sebutan bagi polisi di masa pendudukan Jepang. Ia ragu untuk mendaftarkan diri, akan tetapi karena kebutuhan hidup yang sulit, akhirnya ia memberanikan diri untuk mendaftar.

Lagi-lagi ia lulus dengan predikat terbaik dan atas saran dari Kepala Polisi Jepang Soeharto mendaftarkan diri ke Pembela Tanah Air (PETA). Anggota PETA dilatih dengan tujuan untuk mempertahankan tanah air dari serbuan tentara sekutu yang mencoba merebut kembali Indonesia dari tangan Jepang. PETA merupakan angkatan pertahanan yang dibentuk oleh Jepang pada Oktober 1943 dengan beranggotakan orang-orang Indonesia.

Pengalaman saat menjadi anggota KNIL membuat Soeharto terpilih untuk mengikuti latihan sebagai komandan pleton (Shodancho) selama empat bulan di Bogor. Selesainya latihan, ia ditempatkan di Batalion Wates. Tak lama kemudian ia dilatih lagi untuk menjadi komandan kompi (Chudancho) di Bogor juga. Pada tahun 1944, Soeharto ditempatkan di markas besar PETA, Solo, untuk melatih para calon Budancho.

2. Soeharto Pada Masa Revolusi
Pada tanggal 14 Agustus, 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Ketika itu Soeharto sedang melatih Budancho di daerah Brebeg. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno meproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Setelah beberapa waktu, Soeharto bergabung dengan anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan terpilih menjadi wakil ketua BKR.

Soeharto dalam hal kemiliteran ternyata mendapat prestasi yang kemudian diangkat menjadi pimpinan Batalion X dengan pangkat mayor. Pada tanggal 18 Desember, kolonel Soederman secara resmi dilantik menjadi Panglima Besar dengan pangkat jendral. Karena jasa Soeharto, akhirnya Soederman mengangkat Soeharto menjadi Komandan Resimen II dari divisi IX (Istimewa) dengan pangkat kolonel.

Perjalanan Soeharto masih begitu panjang dalam dunia kemiliteran. Terutama pada masa Agresi Belanda II merupakan salah satu dari sekian banyak jasanya. Dalam pertempuran melawan tentara Belanda, Soeharto mendapat prestasi yang gemilang. Ia berhasil merebut kota Yogyakarta bersama dengan para pejuang lain dari tangan Belanda. Perebutan kota Yogyakarta inilah yang disebut dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Hingga pada saat inilah karier Soeharto terus memuncak.
Penting: Karier Pak Soeharto masih sangat panjang hingga sampai menjadi orang nomor satu di Indonesia. Masih banyak jasa yang diberikan oleh Pak Soeharto dalam mempertahankan Indonesia. Jika penulis cerikatan semua dalam satu artikel ini maka akan sangat panjang. Maka dari itu, Penulis menghimbau agar para Pembaca untuk mencari sumber lain yang lebih lengkap.

Masa Jabatan Soeharto Sebagai Presiden

Melalui Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) yang menjadi Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 Soeharto mendapat sebagian besar kekuasaan dalam bertindak. Pada tanggal 7 Maret 1967, Melalui Sidang Istimewa MPRS Soeharto ditetapkan sebagai Presiden. Pada tahun 1968, Soeharto disumpah untuk menjadi presiden oleh Nasution.



Masa jabatan presiden Soeharto terkenal dengan sebutan Orde Baru. Kebijakan politik baik di dalam dan di luar negeri diubah oleh presiden Soeharto. Salah satu di antaranya adalah kembalinya bangsa Indonesia menjadi anggota PBB pada 28 Semtember 1966.

Pada masa ini, tahap awal yang dilakukan presiden Soeharto menggunakan cara yang keras. Partai-partai yang berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia dikucilkan. Hukuman para kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk para pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Hal ini bertujuan untuk kestabilan politik.

Program pemerintahan Soeharto dipusatkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional. Terutama pada menstabilkan dan rehabilitas ekonomi. Menyetabilkan ekonomi dengan cara mengendalikan inflansi agar harga barang tidak meroket. Sedangkan merehabilitas ekonomi dengan cara memperbaiki secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Usaha untuk menekan laju inflansi berhasil dilakukan pada akhir tahun 1967-1968. Namun, sangat disayangkan walaupun usaha itu berhasil, tetapi harga bahan kebutuhan pokok masih melonjak.

Pada masa Orde Baru, terkenal dengan istilah Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan jangka pendek dikenal dengan sebutan PELITA yaitu, Pembangunan Lima Tahun. Sedangkan pembangunan jangka panjang mencakup periode 25-30 tahun.

Pada bulan Juli 1968, sesudah terbentunya Kabinet Pembangunan pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat. Pengendalian itu bergerak pada harga barang khususnya sandang, pangan, serta kurs valuta asing. Sejak saat itulah ekonomi nasional relatif stabil.

Dengan terjadinya stabilitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan maka munculah jargo yang disebut dengan Trilogi Pembangunan. Keberhasilan presiden Soeharto tersebut memunculkan sebuah julukan, yaitu sebagai Bapak pambangunan.

Akhirnya dapa pertengahan 1997, krisis ekonomi telah menyebabkan harga-harga di dalam negeri melambung tinggi. Mahasisiwa, elmen dalam masyarakat yang paling sering menyuarakan pendapat kritisnya, lalu memimpin gelombang protes di berbagai daerah. Para mahasiswa menuntut adanya reformasi pemerintahan yang bebas dari praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nipotisme).

Pada tanggal 4 Mei 1998, Soeharto mengambil sebuah tindakan yang berlawanan dengan kehendak mahasiswa yaitu, malah menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Pada 9 Mei 1998, Presiden Soeharto menuju Kairo dalam rangka menghadiri Konferensi Tinggkat Tinggi (TT) G-15

Pada saat Soeharto menghadiri konferensi, terjadilah kerusuhan besar-besaran. Pada tanggal 13-15 Mei, kerusuhan terjadi di Jakarta yang menelan korban sedikitnya 500 orang tewas, 4.939 bangunan rusak, 1.119 mobil dibakar, dan 1.026 bangunan rusak. Soeharto pun mendengar kabar kerusuhan yang terjadi di tanah air. Pada tanggal 15 Mei 1998, Soeharto pulang ke Indonesia.

Soeharto Mundur Dari Jabatan Presiden

Pada tanggal 20 Mei 1998, Soeharto memerintahkan Yusril Ihza Mahendra untuk menyiapkan naskah pengunduran diri. Soeharto membacakan naskah tersebut pada keesokan harinya. Pada 21 Mei 1998, Soeharto membaca naskah tersebut dan secara resmi meletakkan jabatannya kepada B.J. Habibie secara resmi.


Presiden Soeharto Wafat

Pada 27 Januari 2008 tepat pukul 13.10 di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta pada usia 84 tahun, Soeharto meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama 24 hari. Secara resmi tim dokter kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Soeharto dan menyatakan beliau meninggal karena kegagalan multi organ. Pada pukul 14.35, jenazah beliau di berangkatkan ke kediamannya di Jalan Cendana No. 8, Menteng Jakarta dan sampai pada pukul 14.55.

Pada 28 januari 2008 pukul 07.30 Jenazah mantan Presiden kedua ini diberangkatkan ke Bandara Halim Perdanakusuma dari rumahnya untuk diterbangkan ke Solo pukul 10.00 dan untuk kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo. Pada pukul 12.00 WIB, jenazah beliau tiba di Astana Giri Bangun dan diturunkan ke liang lahat pada pukul 12.15 tepat adzan dzuhur. Inspektur upacara pemakaman tersebut di pimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Kesimpulan

Dari peristiwa-peristiwa yang telah dialami oleh Soeharto, pada waktu kecil Soeharto adalah seorang anak desa yang hidup dalam keluarga kurang mampu. Masa kecil Soekarno banyak mengalami kepahitan hidup. Dari ayah dan ibunya yang bercerai hingga tidak mampu untuk membeli sepatu untuk melanjutkan pendidikanya.  Hingga pada masa pendidikan Soeharto sempat beberapa kali berpindah-pindah lembaga pendidikan.

Pada akhirnya Soeharto yang beranjak dewasa masuk kedalam anggota militer. Di sinilah Soekarno berjuang dan pada akhirnya kariernya melambung hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Catatan penting: Informasi mengenai Biografi Soeharto pada konten ini sebagian besar bersumber dari buku yang berjudul Biografi Daripada Soeharto karya A. Yogaswara (2012).

Itulah biografi Soeharto yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan tentang sejarah kita. Sebelum diakhiri, kami dari penulis apabila terdapat tulisan yang perlu diluruskan dalam sejarah ini mohon untuk konfirmasi di kolom komentar. Kami dari penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan website ini.

Biografi Lain:
Biografi Lengkap  Pangeran Diponegoro

Subscribe Our Newsletter