Muhammad Aksa Mahmud Pendiri Bosowa Group |
Aksa Mahmud adalah seorang pengusaha sukses sekaligus seorang politikus yang lahir pada 16 Juli 1945 di Barru, Sulawesi Selatan. Sebagai Pengusaha Pak Aksa Mahmud dikenal luas sebagai pendiri Bosowa Corp dan menduduki peringkat 38 dari daftar orang terkaya versi majalah Forbes. Sebagai politikus, Aksa Mahmud menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia di masa jabatan 1 Oktober 2004-2009. Megawati Soekarno Putri dan Sosilo Bambang Yudoyono adalah Presidennya.
Dari penjelasan di atas menegaskan bahwa Aksa Mahmud cakap baik dalam bidang bisnis maupun dalam bidang birokrasi. Lalu siapakah Aksa Mahmud sebenarnya? Bagaimana biografi Aksa Mahmud? dan Bagaimana kisahnya menjadi orang terkaya seIndonesia dan Politikus? Jawabannya akan dibahas dalam artikel di bawah ini.
Aksa Mahmud
Nama Langkap : Muhammad Akasa Mahmud
Tangal Lahir : 19 Juli 1945
Tempat Lahir : Barru, Sulasesi Selatan
Profesi : Pengusaha dan Politisi RI
Pasangan : Ramlah Kalla
Karier :
- Wakil Ketua MPR RI (2004-2009)
- Anggota DPD Sulawesi Selatan (2004-2009)
- Anggota MPR RI Fraksi Utusan Daerah (1999-2004)
- Pendiri dan Pemimpin Group Bosowa (1968-2016)
- Ketua Bidang Pembinaan Anggota Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI (1980-1983)
- Sekretaris Umum Assosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Sulawesi Selatan (1982-1985)
Latar Belakang, Pendidikan dan Organisasi
Sebelum mengetahui sepak terjangnya di dunia usaha dan politik, akan lebih baik kita mengetahui latar belakang, pendidikan dan organisasi yang pernah Aksa Mahmud ikuti. Dengan demikian, akan mengerti mengapa seorang Aksa yang berasal dari keluarga petani ini menjadi orang yang sukses baik di ranah politik dan bisnismen.
1. Latar Belakang
Aksa Mahmud dengan nama lengkap Muhammad Aksa Mahmud, lahir dari pasangan H. Muhammad Mahmud dan H. Kambira yang keduanya berprofesi sebagai Petani Biasa. Semasa kecil, Aksa biasa ikut orang tuanya menjual hasil bumi dari Desa ke Kota. Mungkin dari sinilah Aksa belajar berbisnis dan kelak memiliki insting pembisnis yang handal.
Saat usianya yang masih di bangku Sekolah Dasar, Aksa pernah berjualan kurma, permen dan es balok yang di pecah menjadi beberapa bagian saat puasa tiba di samping sekolahnya. Inilah awal dari seorang Aksa yang belajar dan terjun dalam dunia usaha di usianya yang masih kecil.
2. Pendidikan dan Organisasi Aksa Mahmud
Orang tua Aksa menganggap bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting. Awal mengenyam pendidikan, Aksa duduk di bangku Sekolah Rakyat yang sekarang disebut dengan Sekolah Dasar pada tahun 1959. Aksa melanjutkan pendidikanya di Sekolah Taknik Menengah (STM) Makasar yang sebelumnya pernah di Sekolah Teknik Negeri Pare-Pare pada tahun 1962. Di sekolah, Aksa mengikuti sebuah organisasi yang bernama Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII).
Tamat dari STM Makasar pada 1965, Aksa Mahmud melanjutkan pendidikanya di Universitas Hasanudin, Fakultas Teknik Elektro. Ikut organisasi juga di kampusnya dengan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makasar. Pada tahun 1965 hingga 1966 gejolak politik mengalami goncangan dahsyat sehingga Aksa juga bergabung dengan organisasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia).
Bergabung dengan organisasi resmi kampus IPMI (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia), Aksa mendirikan sebuah stasiun radio amatir dan menjadi penerbit koran maha siswa. Pers Mahasiswa memiliki fungsi untuk memberikan informasi aktual. Baik di dalam kampus maupun di luar kampus secara kritis dan bijak.
Operasi Militer Samsudari yang dipimpin oleh Panglima Saidiman dengan beranggotakan Kodam Hasanudin Makasar telah Aksa kritisi melalui sebuah tulisan. Ia menilai bahwa operasi tersebut melanggar HAM dan penuh dengan kekerasan. Informasi tersebut ia dapatkan dari fakta-fakta yang ada di lapangan. Pendapat yang dicurahkan oleh Aksa melalui tulisan tersebut diakui oleh Panglima Saidiman, namun akibatnya ia ditangkap dan ditahan selama 10 hari.
Perjalanan Aksa Mahmud Menuju Kesuksesan
Tidak hanya menjadi seorang pengusaha yang sukses, Aksa Mahmud juga telah membuktikan bahwa organisasi yang telah ia ikuti selama ini juga berhasil menghantarkannya dalam dunia politik. Menjadi pengusaha sukses, Aksa masuk dan terdaftar sebagai orang terkaya di Indonesia pada umur 69 tahun versi majalah Forbes.
1. Aksa Mahmud Sebagai Pengusaha
Masuk sebagai orang terkaya seIndonesia merupakan hal yang luar biasa bagi Aksa Mahmud. Hal itu tentu tidak pernah ia sangka, mengenang bahwa ia dahulu hanyalah seorang bocah yang menjual es balok dan kurma. Pada tahun 2014, ia dimuat dalam Majalah Forbes yang menyebutkan bahwa Muhammad Aksa Mahmud merupakan orang terkaya di Indonesia dari 50 orang. Belum lama dimuat dalam majalah tersebut, kini ia menjadi peringkat ke-36 di antara orang-orang terkaya.
Aksa Mahmud satu-satunya putera Bugis yang masuk dalam daftar bergengsi tersebut. Kekayaannya ditaksir kurang lebih ada US$ 860 juta atau setara dengan Rp 10,58 triliun. Aksa Mahmud mengembangkan usaha lokomotif tergabung dalam kelompok usaha Bosowa Corporation yang didirikannya. Padahal, orang tuanya, H. Muhammad Mahmud dan Hj. Kambria merupakan petani biasa bukan seorang pedagang.
Awal mula ia mengasah kemampuannya dalam dunia bisnis pada saat masih duduk di bangku SD, yaitu menjual es balok dan kurma serta permen pada bulan puasa. Hasil yang ia dapatkan ternyata lebih dari memuaskan untuk ukuran anak seusia sekolah dasar. Mengasah kemampuan dalam berbisnis telah ia dapatkan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia ikut orang tuanya juga untuk menjual hasil bumi ke kota. Alhasil Aksa yang masih kecil tumbuh naluri untuk menjadi seorang usahawan.
Saat pindah sekolah dari STN Pare Pare ke Sekolah Teknik Menengah (STM) Makasar, Aksa juga lebih mengasah kemampuannya. Ia berjualan kacang tanah saat musim panen dari kampung menuju ke Kota Makasar dengan bermodalkan kepercayaan.
Lulus dari STM Makasar, Aksa mengikuti beberapa organisasi, di antaranya adalah IPMI (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia). Ikut bergabung dengan organisasi tersebut, Aksa bertemu dengan Pak Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI 2014-2019). Sempat ditahan selama 10 hari membuat Aksa berhenti untuk menjadi seorang Jusnalis. Akibatnya, Aksa diberi tawaran oleh Pak Jusuf Kalla untuk bekerja di Dolog dalam rangka menyalurkan bahan-bahan pokok ke masyarakat.
Ternyata nasehat yang berikan oleh ayah Jusuf Kalla membuatnya untuk berhenti dari pekerjaan di Dolog dan memilih untuk bekerja di sebuah Perusahaan NV Hadji Kalla yang didirikan oleh Hadji Kalla (ayah Jusuf Kalla). Nasehat yang diterimanya adalah “Karena kau akan menduduki jabatan itu melalui pressure group yang nantinya mengganti orang-orang Orde Lama dengan Orde Baru, maka suatu ketika juga kau akan diturunkan secara paksa”.
2. Bertemu Dengan Pujaan Hati
Aksa Mahmud yang sering ditugaskan oleh Hadji Kalla ke Jakarta dan biasa singgah di sebuah pesantren yang berada daerah di Jawa Timur. Pesantren Wonokromo adalah tempat di mana Siti Ramlah belajar menimba ilmu agama. Di sana lah Aksa sering bertemu dengan Siti Ramlah untuk mengantarkan titipan dari ibu Jusuf Kalla yakni, Hj Athirah. Siti Ramlah adalah adik Jusuf Kalla.
Pepatah Jawa mengatakan “treno jalaran songko kulino”. Paling tidak itulah yang dapat penulis katakan. Aksa Mahmud yang sering bertemu dengan Siti Ramlah keduanya tumbuh benih-benih cinta, hingga akhirnya mereka berdua menikah dan menjalani hidup sebagai keluarga yang kelak akan bahagia.
Cie...cie.... yang jomblo jangan baper yaaaaa......
3. Mendirikan Sebuah CV Moneter
Setelah menikah dengan Siti Ramlah, Aksa Mahmud masih bekerja di NV Hadji Kalla milk mertuanya. Pada tahap inilah, naluri seorang pengusaha yang dulu sempat tertahan kembali muncul. Tidak lama setelah menikah, Aksa mulai berfikir untuk membangun usahanya sediri. Aksa Mahmud kini mulai berfikir keras, hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatinya kepada Istri tercinanya. Ia mengaku dan memiliki prinsip lebih baik menjadi orang nomor satu di perusahaan kecil dari pada menjadi orang nomor dua di sebuah perusahaan yang besar.
Keinginan Aksa Mahmud telah diutarakan kepada istri tercinta, hingga pada tahun 1973, ia mendirikan sebuah CV yang diberi nama CV Moneter. Dengan meminjam uang senilai 5 juta rupiah di BNI (Bank Nasional Indonesia), proyek pertamanya yaitu, menjadi agen Datsun di Indonesia Timur berhasil dengan baik.
Bisnis show room mobil Datsun di Makassar yang ditekuninya berkembang dengan baik, hingga pada tahun 1980, Mitsubishi tertarik dengan cara kerja Aksa Mahmud yang kemudian memberikan kesempatan kepada Aksa untuk menjadi salah satu agen penyalur Mitsubishi di Indonesia Timur. Perusahaan yang memberikan kepercayaan kepadanya adalah PT Krama Yudha Tiga Berlian.
Merubah nama perusahaan dari CV Moneter menjadi PT Bosowa Berlian Motor telah ia lakukan pada tahun yang sama. Seiring dengan perubahan nama perusahaan, bisnis yang Aksa Mahmud geluti menjadi berkembang dengan pesat Hingga secara resmi PT Bosowa Berlian dipercaya oleh Jepang untuk menjadi agen penyalur mobil Mitsubishi di 13 provinsi di bagian timur Indonesia. Hingga pada saatnya perusahaan Akasa Mahmud memiliki induk perusahaan yang bernama Bosowa Corporation.
Aksa Mahmud Sebagai Politikus
Perjalanan karier Aksa Mahmud dalam bidang politik, tentu memiliki proses yang cukup panjang, hingga ia menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) RI. Masa jabatannya 1 Oktober 2004 - 1 Oktober 2009 kepresidenan Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Pada masa Presiden sebelumnya, Megawati Soekarno Putri, Aksa Mahmud juga menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPR) RI.
Sejak masuk sekolah di STM Makasar, Muhammdad Aksa Mahmud telah bergabung dengan organisasi PII (Pelajar Islam Sekolah). Kemudian pada saat di kampus ia menjadi anggota beberapa organisasi yang salah satu organisasi tersebut mempertemukannya dengan Pak Jusuf Kalla. Organisasi-organisasi yang ia ikuti adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Makasar, Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), dan IPMI (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia).
Mungkin jejak rekam itulah salah satu faktor yang membuat Aksa Mahmud menduduki salah satu jabatan pemerintahan RI. Namun, yang perlu di ingat bahwa untuk menjadi pejabat negara perlu adanya dukungan dari Partai Politik. Ia bergabung dengan Partai Politik Golkar dan ternyata kariernya berkembang dengan baik, sehingga berhasil menjadi pejabat RI.