Perang Uhud merupakan pertempuran yang terjadi pada 22 Maret 625 M ( 7 Syawal 3 Hijriah ) antara kaum Muslimin dan kaum kafir Quraisy. Tentara Islam berjumlah 700 pasukan, sedangkan pasukan kafir Quraisy sekitar 3000 orang. Pasukan Islam dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, sedangkan pasukan Quraisy dipimpin oleh seorang pembesar utama Bani Quraisy yaitu, Abu Sofyan.
Penyebab Perang Uhud karena kekalahan kaum Quraisy Mekkah dalam Perang Badr yang membuat mereka menjadi ingin balas dendam atas kekalahannya. Bahkan beberapa pembesar Quraisy mengajak istrinya karena dendam terhadap umat Islam, termasuk istrinya Abu Sofyan yang bernama Hindun. Disebut Perang Uhud karena pertempuran ini terjadi di dekat bukit Uhud sekitar 4 Mil dari Masjid Nabawi.
Perang Uhud
Ilustrasi Perang Uhud ( doks: bincangsyariah.com ) |
Jalanya Peperangan
Mendengar berita, bahwa pasukan Quraisy Mekkah menuju Madinah untuk menyerang, Nabi Muhammad SAW bermusyawarah dengan para sahabat. Musyawarah menghasilkan kesepakatan bahwa pasukan Islam akan menyongsong musuh di luar kota. Nabi Muhammad dengan pasukan 1000 orang meninggalkan Madinah. Tetapi baru saja melewati batas kota, Abdullah bi Ubay dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah.
Di bukit Uhud pasukan kaum Muslimin dan kaum kafir Quraisy berhadapan dan saling serang. Nabi memilih 50 orang pemanah ahli di bawah pimpinan Abdullah bin Jabir untuk menjaga garis belakang pertahanan. Mereka diperintah Nabi agar tidak meninggalkan tempat yang sudah ditentukan, apapun yang terjadi, menang atau kalah.
Perang dahsyat berkobar. Pasukan Islam berhasil memukul mundur pasukan musuh yang jumlahnya lebih besar. Pasukan berkuda Khalid bin Walid gagal menembus benteng pertahanan pasukan panah Islam. Kemenangan sudah di ambang pintu, prajurit umat Islam memungut dan saling berebut harta rampasan perang, membuat mereka lalai, bahwa perang belum selesai.
Akhirnya, kemenangan yang sudah di ambang pintu itu gagal karena godaan harta rampasan perang. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan tanpa menghiraukan gerakan musuh. Termasuk pasukan pemanah yang diperintah oleh Nabi agar tidak meninggalkan pos apapun yang terjadi.
Kelengahan kaum Muslimin ini dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid untuk melumpuhkan pasukan pemanah Islam. Pasukan musuh yang tadinya sudah kalah berbalik menyerang pasukan Islam. Akibatnya satu persatu pahlawan prajurit Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terluka terperosok jatuh ke dalam sebuah lubang dengan bercucuran darah.
Melihat hal tersebut, seorang Quraisy meneriakkan bahwa Nabi telah tewas. Karena yakin bahwa Nabi telah terbunuh, kaum Quraisy menghentikan perang dan kembali ke Mekkah.
Peristiwa Perang Uhud pihak Islam telah mengalami kekalahan dan lebih dari 70 orang gugur, termasuk paman Nabi yang bernama Hamzah. Pada bagian dada Hamzah dibelah dan hatinya dimakan oleh Hindun, istrinya Abu Sofyan.Hal tersebit dilakukan Hindun karena dendam melihat Hamzah yang membunuh saudaranya dalam perang tanding di Perang Badar.
Pengkhianatan Abdullah bin Ubay dan pasukan Yahudi yang membelot diberi hukuman, diusir keluar kota Madinah. Mereka terdiri dari Yahudi Bani Nadzir, salah satu suku Madinah. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar, sedangkan yang lainnya, yaitu Bani Quraidhah masih tetap di Madinah.
Peta Perang Uhud |
Strategi Perang Uhud
Setiap peperangan tentu memerlukan sebuah taktik perang untuk menang dalam melawan musuh. Begitu pula dalam Perang Uhud ini, baik pasukan Muslim maupun pasukan Quraisy sama-sama mengadu taktik pertempuran. Berikut strategi Perang Uhud kaum Muslimin dan kaum Quraisy Mekkah.
Strategi Kaum Muslimin
Sebelum terjadinya peperangan, Rasulullah SAW mengatur para prajurit untuk menciptakan strategi dalam perang Uhud. Nabi menempatkan pasukan Islam di kaki Bukit Uhud di bagian Barat. Syap kanan berada di kaki Bukit Uhud sedangkan sayap kiri berada di kaki Bukit Ainain. Sayap kanan pasukan Islam terlindungi oleh Bukit Uhud, sementara itu sayap kiri barada dalam bahaya, karna musuh dapat memutari Bukit Ainain dan menyerang dari belakang. Untuk mengatasi itu, Rasul menempatkan 50 pemanah di Ainain di bawah pimpinan Abdulallah bi Zubair.
Nabi memberi perintah yang tegas kepada pasukan pemanah agar tidak meninggalkan pos pemanah dalam keadaan apapun, baik dalam kondisi menang atau dalam kondisi kalah. Jika kalian melihat kami menang, jangan bergabung, dan jika melihat kami kalah, jangan ikut turun dan membantu. Sebenarnya pasukan pemanah yang jumlahnya 50 orang itu memiliki tugas yang sangat penting bagi kemenangan Islam, namun mereka malah tergoda oleh harta rampasan perang, sehingga meninggalkan masing-masing pos.
Strategi Kaum Quraisy Mekkah
Tentara kafir Quraisy berkemah di selatan bukit Uhud, sekitar satu mil dari bukit tersebut. Abu Sofyan, pemimpin pasukan mengelompokkan pasukannya menjadi Infantri di bagian tengah dan dua sayap pasukan kuda di samping kanan dan kiri. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal, masing-masing (sayap kanan dan kiri) berjumlah 100 pasukan berkuda.
Amr bin al-Aas ditunjuk sebagai panglima bagi kedua sayap, tetapi tugas utamanya untuk berkomunikasi antara pasukan sayap kanan dan kiri. Abu Sofyan juga meletakkan 100 orang pemanah di barisan depan dan bendera Quraisy dibawa oleh Talha bin Abu Talha.
Hikmah Perang Uhud
Pertempuran antara kaum Muslimin dengan kaum Quraisy Mekkah di dekat Bukit Uhud telah memberikan hikmah dan pelajaran. Di saat prajurit Muslim hampir mengalahkan pasukan Quraisy Mekkah, banyak dari mereka yang tergoda dengan harta rampasan perang (ghonimah). Mereka berebut harta, sampai-sampai tidak lagi memperhatikan pergerakan musuh. Ingat, perang belum selesai, namun pasukan pemanah terlanjur turun dari bukit, sehingga pasukan Quraisys menyerang balik dan membuat pasukan Islam mengalami kekalahan.
Dari peristiwa tersebut, pelajaran atau hikmah dari perang Uhud adalah harta yang begitu banyak ternyata dapat melalaikan kita semua, bahkan saat dalam keadaan berperang sekalipun. Oleh sebab itu, jangan mengambil sesuatu yang berharga sebelum memastikan bahwa harta itu tidak merugikan kita sendiri.
Artikel Terkait:
Perang Khandaq: Sejarah dan Jalannya Peperangan
Isi Perjanjian Hudaibiyah dan Latar Belakang Perjanjian
Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW