Halaman

    Social Items

Ads 728x90

Masih dalam pembahasan proses masuk dan berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia yang berkaitan dengan hubungan perdagangan antara Indonesia, India, dan Cina. Sejak zaman prasejarah, penduduk Indonesia terkenal dengan debutan pelaut ulung yang sanggup mengarungi samudra.

Pada permulaan pertama tarikh Masehi, telah terjalin hubungan dagang Indonesia dan India. Hubungan ini kemudian berkembang dalam ranah agama dan kebudayaan. Latar belakang terjadinya hubungan dagang India dengan Indonesia diawali dengan adanya pera pedagang dari India tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga membawa agama dan kebudayaan mereka sehingga menimbulkan perubahan kehidupan dalam masyarakat Indonesia.

hubungan dagang Indonesia dengan India dan cina

Perubahan agama dan kebudayaan yang disebabkan oleh hubungan dagang tersebut antara lain;

  • Semula hanya mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian setelah hubungan dagang terjalin masyarakat Indonesia menjadi mengenal dan menganut agama Hindu Budha.
  • Semula masyarakat Indonesia memasuki zaman pra aksara atau belum mengenal aksara atau tulisan, setelah hubungan dagang terjalin Indonesia menjadi mengenal aksara dan memasuki zaman aksara.

Hubungan Dagang Indonesia Dengan India dan Cina


Pada awal abad tarikh Masehi, Negeri Kepulauan Nusantara telah menjalin hubungan dagang bangsa-bangsa yang berada di Asia. Bentuk hubungan dagang yang berlangsung lama itu bermula dari kegiatan perdagangan dan pelayaran. Sebagai akibat dari pelayaran dan perdagangan, muncul pertemuan kebudayaan antara India, Cina dan Indonesia, sehingga melahirkan kebudayaan baru bagi masyarakat Nusantara.

Hubungan perdagangan antara India dengan Indonesia pada awal tahun masehi telah menimbulkan akulturasi kebudayaan. Proses pencampuran antara dua atau lebih kebudayaan yang saling bertemu dan mempengaruhi disebut dengan akulturasi budaya. Bukti-bukti adanya hubungan perdagangan antara Indonesia, India dan Cina ada dua jenis yaitu bukti Ekstern dan Intern.

1. Bukti Intern Hubungan Dagang Indonesia, India, dan Cina


Bukti intern adalah bukti-bukti yang berada dan ditemukan di Indonesia. Bukti-bukti tersebut terbagi menjadi tiga jenis bukti yaitu, berupa Prasasti, Kitab-Kitab Kuno, dan Bangunan-bangunan Kuno seperti candi. Berikut penjelasannya.

Prasasti


Prasasti-prasasti tertua di Indonesia yang menunjukan hubungan Indonesia dengan India misalnya, Prasasti Mulawarman di Kalimantan Timur yang berbentuk Yupa. Demikian juga prasasti-prasasti Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Semua prasasti ditulis dalam bahasa sansekerta dan huruf pallawa.

Kitab Kuno


Kitab-kitab kuno yang ada di Indonesia biasanya ditulis pada daun lontar yang ditulis dengan bahawa dan tulisan Jawa Kuno yang merupakan pengaruh dari bahasa Sansekerta dan tulisan Pallawa. Kemempuan membaca dan menulis ini diperoleh dari pengaruh Hindu Budha.

Bangunan-Bangunan Kuno


Bangunan kuno yang bercorak Hindu atau pun Buddha terdiri atas candi, stupa, relief, dan arca. Banyak peninggalan bangunan-bangunan kuno yang bercorak Hindu atau Buddha di Indonesia. Demikian juga benda-benda peninggalan dinasti-dinasti Cina. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara Indonesia, India, dan Cina.

2. Bukti Ekstern Hubungan Dagang Indonesia Dengan India dan Cina


Bukti-bukti yang ada di Indonesia diperkuat dengan bukti-bukti yang berada di luar Indonesia atau disebut juga dengan bukti ekstern.

Sumber Dari India


Menurut Van Leur dan Wolters, kegiatan hubungan dagang Indonesia dengan bangsa-bangsa Asia pertama kali dilakukan dengan India, kemudian Cina. Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat diketahui datri kitab Jataka dan kitab Ramayana. Kitab Jataka menyebut nama Swarnabhumi sebuah negeri emas yang dapat dicapai setelah melalui perjalanan yang penuh bahaya. Swarnabhumi yang dimaksud ialah Pulau Sumatra.

Kitab Ramayana menyebut nama Yawadwipa dan Swarnadwipa. Menurut para ahli, Yawadwipa (pulau padi) diduga sebutan untuk Pulau Jawa, sedangkan Swarnadwipa (pulau emas dan perak) adalah Pulau Sumatra.

Nah, kapan terjadi hubungan dagang antara India dengan Indonesia secara aktif? Kitab Jataka dan kitab Ramayana tidak menyebut secara jelas terjadinya hubungan dagang dengan tempat-tempat di Indonesia. Salah satu kitab sastra India yang dapat dipercaya adalah kitab Mahaniddesa yang memberi petunjuk bahwa masyarakat India telah mengenal beberapa tempat di Indonesia pada abad ke-3 Masehi.

Dalam kitab Geographike yang ditulis pada abad ke-2 juga disebutkan telah ada hubungan dagang antara India dan Indonesia. Dari kedua keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara intensif terjadinya hubungan dagang antara Indonesia dan India mulai abad-abad tersebut (abad ke 2-3 Masehi).

Sumber dari Yunani


Keterangan lain tentang adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan India, dan Cina dapat diketahui dari Claudius Ptolomeus, seorang ahli ilmu bumi Yunani. Dalam kitabnya yang berjudul Geographike yang ditulis pada abad ke-2, Ptolomeus menyebutkan nama Iabadio yang artinya pulau jelai.

Mungkin kata itu ucapan Yunani untuk menyebut Yawadwipa, yang artinya juga pulau jelai. Dengan demikian, seperti yang disebutkan dalam kitab Ramayana bahwa Yawadwipa yang dimaksud ialah Pulau Jawa.

Sumber dari Cina


Kontak hubungan Indonesia dengan Cina diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5. Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antaranya adalah perjalanan seorang pendeta Buddha, Fa Hien. Pada sekitar tahun 413 M, Fa Hien melakukan perjalanan dari India ke Ye-po-ti (Tarumanegara) dan kembali ke Cina melalui jalur laut.

Selanjutnya, Kaisar Cina, Wen Ti mengirim utusan ke She-po ( Pulau Jawa). Berdasarkan bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa pada abad ke-5 telah dilakukan hubungan perdagangan dan pelayaran secara langsung antara Indonesia dan Cina.

Barang-barang yang diperdagangkan dari Cina berupa sutra, kertas, kulit binatang berbulu, kulit manis, dan barang-barang porselin. Barang-barang dagangan dari India berupa ukiran, gading, perhiasan, kain tenun, gelas, permata, dan wol halus yang ditukar dengan komoditas dari Indonesia seperti rempah-rempah, emas, dan perak.

Hubungan dagang Indonesia dengan India dan Cina telah menempatkan Indonesia di kancah perdagangan dan pelayaran masa Kuno. Namun, pengaruh kebudayaan India dan Cina terhadap perkembangan sejarah Indonesia amat berbeda. Hal itu disebabkan dalam perkembangan selanjutnya, para pedagang India di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu–Buddha.

Para brahmana atau pendeta dengan ikut para pedagang berlayar, mereka singgah di daerah-daerah untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha. Dengan demikian, hubungan dagang dengan India telah memunculkan perubahan besar dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia, baik di bidang sosial, budaya, maupun politik sebagai dampak dari persebaran agama dan kebudayaan Hindu Buddha. Terbukti di Indonesia muncullah kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan Bali.

Itulah pembahasan mengenai hubungan dagang Indonesia dengan India dan Cina. Terdapat bukti atau sumber ekstern dan Intern yang keduanya saling menguatkan.

Hubungan Dagang Indonesia Dengan India dan Cina Pada Masa Perkembangan Hindu Budha

Masih dalam pembahasan proses masuk dan berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia yang berkaitan dengan hubungan perdagangan antara Indonesia, India, dan Cina. Sejak zaman prasejarah, penduduk Indonesia terkenal dengan debutan pelaut ulung yang sanggup mengarungi samudra.

Pada permulaan pertama tarikh Masehi, telah terjalin hubungan dagang Indonesia dan India. Hubungan ini kemudian berkembang dalam ranah agama dan kebudayaan. Latar belakang terjadinya hubungan dagang India dengan Indonesia diawali dengan adanya pera pedagang dari India tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga membawa agama dan kebudayaan mereka sehingga menimbulkan perubahan kehidupan dalam masyarakat Indonesia.

hubungan dagang Indonesia dengan India dan cina

Perubahan agama dan kebudayaan yang disebabkan oleh hubungan dagang tersebut antara lain;

  • Semula hanya mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian setelah hubungan dagang terjalin masyarakat Indonesia menjadi mengenal dan menganut agama Hindu Budha.
  • Semula masyarakat Indonesia memasuki zaman pra aksara atau belum mengenal aksara atau tulisan, setelah hubungan dagang terjalin Indonesia menjadi mengenal aksara dan memasuki zaman aksara.

Hubungan Dagang Indonesia Dengan India dan Cina


Pada awal abad tarikh Masehi, Negeri Kepulauan Nusantara telah menjalin hubungan dagang bangsa-bangsa yang berada di Asia. Bentuk hubungan dagang yang berlangsung lama itu bermula dari kegiatan perdagangan dan pelayaran. Sebagai akibat dari pelayaran dan perdagangan, muncul pertemuan kebudayaan antara India, Cina dan Indonesia, sehingga melahirkan kebudayaan baru bagi masyarakat Nusantara.

Hubungan perdagangan antara India dengan Indonesia pada awal tahun masehi telah menimbulkan akulturasi kebudayaan. Proses pencampuran antara dua atau lebih kebudayaan yang saling bertemu dan mempengaruhi disebut dengan akulturasi budaya. Bukti-bukti adanya hubungan perdagangan antara Indonesia, India dan Cina ada dua jenis yaitu bukti Ekstern dan Intern.

1. Bukti Intern Hubungan Dagang Indonesia, India, dan Cina


Bukti intern adalah bukti-bukti yang berada dan ditemukan di Indonesia. Bukti-bukti tersebut terbagi menjadi tiga jenis bukti yaitu, berupa Prasasti, Kitab-Kitab Kuno, dan Bangunan-bangunan Kuno seperti candi. Berikut penjelasannya.

Prasasti


Prasasti-prasasti tertua di Indonesia yang menunjukan hubungan Indonesia dengan India misalnya, Prasasti Mulawarman di Kalimantan Timur yang berbentuk Yupa. Demikian juga prasasti-prasasti Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Semua prasasti ditulis dalam bahasa sansekerta dan huruf pallawa.

Kitab Kuno


Kitab-kitab kuno yang ada di Indonesia biasanya ditulis pada daun lontar yang ditulis dengan bahawa dan tulisan Jawa Kuno yang merupakan pengaruh dari bahasa Sansekerta dan tulisan Pallawa. Kemempuan membaca dan menulis ini diperoleh dari pengaruh Hindu Budha.

Bangunan-Bangunan Kuno


Bangunan kuno yang bercorak Hindu atau pun Buddha terdiri atas candi, stupa, relief, dan arca. Banyak peninggalan bangunan-bangunan kuno yang bercorak Hindu atau Buddha di Indonesia. Demikian juga benda-benda peninggalan dinasti-dinasti Cina. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara Indonesia, India, dan Cina.

2. Bukti Ekstern Hubungan Dagang Indonesia Dengan India dan Cina


Bukti-bukti yang ada di Indonesia diperkuat dengan bukti-bukti yang berada di luar Indonesia atau disebut juga dengan bukti ekstern.

Sumber Dari India


Menurut Van Leur dan Wolters, kegiatan hubungan dagang Indonesia dengan bangsa-bangsa Asia pertama kali dilakukan dengan India, kemudian Cina. Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat diketahui datri kitab Jataka dan kitab Ramayana. Kitab Jataka menyebut nama Swarnabhumi sebuah negeri emas yang dapat dicapai setelah melalui perjalanan yang penuh bahaya. Swarnabhumi yang dimaksud ialah Pulau Sumatra.

Kitab Ramayana menyebut nama Yawadwipa dan Swarnadwipa. Menurut para ahli, Yawadwipa (pulau padi) diduga sebutan untuk Pulau Jawa, sedangkan Swarnadwipa (pulau emas dan perak) adalah Pulau Sumatra.

Nah, kapan terjadi hubungan dagang antara India dengan Indonesia secara aktif? Kitab Jataka dan kitab Ramayana tidak menyebut secara jelas terjadinya hubungan dagang dengan tempat-tempat di Indonesia. Salah satu kitab sastra India yang dapat dipercaya adalah kitab Mahaniddesa yang memberi petunjuk bahwa masyarakat India telah mengenal beberapa tempat di Indonesia pada abad ke-3 Masehi.

Dalam kitab Geographike yang ditulis pada abad ke-2 juga disebutkan telah ada hubungan dagang antara India dan Indonesia. Dari kedua keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara intensif terjadinya hubungan dagang antara Indonesia dan India mulai abad-abad tersebut (abad ke 2-3 Masehi).

Sumber dari Yunani


Keterangan lain tentang adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan India, dan Cina dapat diketahui dari Claudius Ptolomeus, seorang ahli ilmu bumi Yunani. Dalam kitabnya yang berjudul Geographike yang ditulis pada abad ke-2, Ptolomeus menyebutkan nama Iabadio yang artinya pulau jelai.

Mungkin kata itu ucapan Yunani untuk menyebut Yawadwipa, yang artinya juga pulau jelai. Dengan demikian, seperti yang disebutkan dalam kitab Ramayana bahwa Yawadwipa yang dimaksud ialah Pulau Jawa.

Sumber dari Cina


Kontak hubungan Indonesia dengan Cina diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5. Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antaranya adalah perjalanan seorang pendeta Buddha, Fa Hien. Pada sekitar tahun 413 M, Fa Hien melakukan perjalanan dari India ke Ye-po-ti (Tarumanegara) dan kembali ke Cina melalui jalur laut.

Selanjutnya, Kaisar Cina, Wen Ti mengirim utusan ke She-po ( Pulau Jawa). Berdasarkan bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa pada abad ke-5 telah dilakukan hubungan perdagangan dan pelayaran secara langsung antara Indonesia dan Cina.

Barang-barang yang diperdagangkan dari Cina berupa sutra, kertas, kulit binatang berbulu, kulit manis, dan barang-barang porselin. Barang-barang dagangan dari India berupa ukiran, gading, perhiasan, kain tenun, gelas, permata, dan wol halus yang ditukar dengan komoditas dari Indonesia seperti rempah-rempah, emas, dan perak.

Hubungan dagang Indonesia dengan India dan Cina telah menempatkan Indonesia di kancah perdagangan dan pelayaran masa Kuno. Namun, pengaruh kebudayaan India dan Cina terhadap perkembangan sejarah Indonesia amat berbeda. Hal itu disebabkan dalam perkembangan selanjutnya, para pedagang India di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu–Buddha.

Para brahmana atau pendeta dengan ikut para pedagang berlayar, mereka singgah di daerah-daerah untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha. Dengan demikian, hubungan dagang dengan India telah memunculkan perubahan besar dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia, baik di bidang sosial, budaya, maupun politik sebagai dampak dari persebaran agama dan kebudayaan Hindu Buddha. Terbukti di Indonesia muncullah kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan Bali.

Itulah pembahasan mengenai hubungan dagang Indonesia dengan India dan Cina. Terdapat bukti atau sumber ekstern dan Intern yang keduanya saling menguatkan.

Subscribe Our Newsletter