Strategi yang digunakan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah juga memiliki tahapan-tahapan. Ini sangat penting, karena pada saat itu masyarakat Bangsa Arab sudah mempunyai kepercayaan dan kebudayaan yang sudah mengakar kuat yaitu, kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Kepercayaan itu adalah menyembah berhala dan berbagai kebiasaan yang tidak dibenarkan oleh syariat.
Dakwah Nabi Muhammad di Mekkah ( Image By: pixabay.com ) |
Dakwah Nabi Muhammad Periode Mekkah
Menjelang usia 40 tahun, Muhammad mengasingkan diri di Gua Hira' untuk merenungi alam dengan ciptaannya. Sang istri tercinta, Khadijah memberi dukungan penuh terhadap Nabi atas keinginannya tersebut. Maka disediakanlah makanan untuk dibawa suaminya Muhammad sebagai bekal di Gua Hira'.
Ketika usia Muhammad SAW genap 40 tahun, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril mendatanginya menyampaikan wahyu Allah yang pertama yaitu, Surat al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa ini berarti secara simbolis Muhammad telah dilantik sebagai Nabi dan Rasul akhir zaman.
Setelah wahyu yang pertama datang, terputuslah wahyu selama lebih kurang dua tahun, kemudian Malaikat Jibril datang kembali untuk membawa wahyu yang kedua, yaitu Surat al-Mudatsir ayat 1-7. Dengan turunnya wahyu kedua itu, maka Nabi sudah mulai wajib menyampaikan dakwah.
Tahapan Dakwah Periode Mekkah
Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekkah melalui beberapa tahap. Pertama, dakwah secara sembunyi-sembunyi atau secara diam-diam. Dakwah ini hanya dilakukan di lingkungan keluarga dan sahabat dekatnya saja. Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun. Selama itu pula terdapat beberapa keluarga dan sahabat dekat yang telah memeluk agama Islam di antaranya, istrinya Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, serta sahabat dekatnya Abu Bakar.
Kedua, dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib. Dakwah ini dilakukan setelah turunnya wahyu yang ketiga yaitu, Surat asy-Syu'ara' ayat 214. Nabi mengajak dan mengumpulkan mereka supaya beriman, akan tetapi Abu Lahab beserta keturunannya menolak dan malah mengutuk Nabi, sehingga turun surat al-Lahab ayat 1-5.
Ketiga, dakwah secara terang-terangan yaitu, dakwah kepada semua orang setelah turunnya wahyu Allah surat al-Hijir ayat 94. Pada tahap ini dakwah ditujukan kepada semua lapisan masyarakat, tidak sebatas hanya penduduk Mekkah saja, tetapi juga termasuk orang-orang yang mengunjungi kota itu.
Setelah dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah dilakukan secara terang-terangan, maka semakin hari semakin bertambah jumlah pengikut Nabi. Akan tetapi, pemimpin Quraisy juga mulai berusaha menghalangi dan menentang dakwah Rasul tersebut, bahkan semakin keras tantangan yang dilancarkan mereka.
Tantangan Kaum Quraisy Terhadap Nabi
Perjuangan Rasulullah di Mekkah mendapat beberapa tantangan yang telah dilancarkan kaum kafir Quraisy Mekkah. Pertama, kaum kafir Quraisy membujuk paman Nabi Muhammad SAW, karena kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat disegani di kalangan masyarakat Mekkah. Mereka meminta Abu Thalib memilih satu di antara dua pilihan yaitu, memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar berhenti berdakwah atau menyerahkan Nabi kepada mereka untuk dibunuh. Namun, permintaan itu ditolak oleh paman Nabi, Abu Thalib.
Kaum kafir Quraisy kemudian mengutus Walid bi Mughirah dengan membawa seseorang pemuda yang tampan dan gagah untuk ditukar dengan Nabi Muhammad SAW, namun Abu Thalib menolaknya. Bukan hanya itu saja, mereka, kaum Quraisy membujuk Rasulullah dengan menawarkan harta, tahta, dan wanita agar Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran yang telah ditujukan kepada Nabi ditolak.
Kedua, dengan mengintimidasi atau mengancam dengan keras. Karena gagal dengan cara membujuk, para pemimpin Quraisy melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang lebih intensif dari sebelumnya. Budak-budak yang telah memeluk agama Islam disiksa oleh tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga memerintahkan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang telah masuk Islam sampai ia murtad kembali.
Ketiga, memboikot seluruh keluarga Nabi Muhammad SAW yaitu, Bani Hasyim. Tujuan pemboikotan itu adalah untuk melumpuhkan kekuatan kaum Muslimin. Karena menurut kaum kafir Quraisy kekuatan Nabi terletak pada keluarganya yang melindunginya, baik yang sudah masuk Islam maupun yang belum masuk Islam. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku Bani Hasyim.
Peristiwa Penting Dakwah Nabi Periode Mekkah
Tidak lama setelah pemboikotan itu dihentikan, pada tahun ke-10 dari kenabian, Nabi Muhammad SAW berganti menghadapi tiga peristiwa yang menyedihkan. Peristiwa ini disebut dengan tahun duka cita. Adapun tiga peristiwa tersebut yang pertama, paman Nabi Muhammad (Abu Thalib) telah meninggal dunia, padahal Abu Thalib merupakan pelindung utama Nabi ketika berdakwah di Mekkah.
Kedua, tiga hari setelah itu, meninggal dunia pula istri tercinta Khadijah pada usia 65 tahun. Sepeninggalan dua pendukung utama itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan amarah mereka terhadap Nabi. Ketiga, ketika nabi berdakwah di Thaif, belau diejek dan dilempar batu, bahkan sampai terluka dibagian kepala dan dada. Dari tiga peristiwa yang menyedihkan tersebut, maka peristiwa itu disebut dengan tahun duka cita dalam sejarah Islam.
Dalam situasi berduka cita yang dialami Nabi secara beruntun, Allah SWT mengisra' mi'rajkan Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-10 dari kenabian. Berita Isra' Mi'raj tersebut menggemparkan masyarakat Mekkah. Nabi yang kesulitan mengumpulkan orang Mekkah untuk menyampaikan berita tersebut dibantu oleh Abu Jahal yang memiliki maksud agar kaumnya mendustakan Nabi.
Ternyata setelah peristiwa Isra' Mi'raj, muncul perkembangan besar bagi dakwah Islam. Kerana sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj menemui Nabi dan masuk Islam. Penduduk Madinah yang menemui Nabi dalam tiga gelombang.
Pertama, pada tahun ke 11 dar kenabian, 6 orang dari suku Khazraj menemui Nabi dan menyatakan diri masuk Islam. Mereka mengharapkan Nabi Agar bersedia mempersatukan kaum yang saling bermusuhan di Yatsrib. Kedua, pada tahun ke-12 kenabian, datang lagi rombongan dari Yatsrib dan menyatakan masuk Islam. Rombongan tersebut terdiri dari 10 orang suku Khazraj, 2 orang suku Aus, dan seorang wanita.
Ketiga, pada tahun 13 kenabian, sebanyak 73 orang dari Yatsrib meminta Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Nabi pun minta menginginkan perjanjian dari mereka agar selalu membela Naibi dari segala ancaman. Setelah perjanjian tersebut disepakati, lalu Nabi menyetujui usulan yang mereka ajukan.
Dalam waktu kurang lebih dua bulan sekitar 150 orang Muslim telah meninggalkan kota Mekkah. Orang kafir Quraisy menjadi semakin menggila setelah mendengar berita akan hijrahnya Nabi Madinah. Mereka berencana membunuh Nabi dan atas usulan Abu Jahal agar pembunuhan tersebut dilakukan oleh seluruh kabilah Arab melalui wakil masing-masing kabilah. Berita tentang pembunuhan Nabi dikabarkan oleh Allah SWT kepada Nabi, maka segeralah berangkat beliau bersama Abu Bakar ke Madinah.
Dakwah Nabi Muhammad di Madinah ( Image By: pixabay.com ) |
Dakwah Nabi Muhammad Periode Madinah
Dalam perjalanan menuju Madinah, Nabi dan Abu Bakar singgah di Gua Tsur, arah selatan Mekkah untuk menghindari pengejaran dari orang-orang kafir Quraisy. Pada malam ketiga mereka keluar dari persembunyian dan melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib bergerak ke arah barat menuju laut merah melewati jalan yang tidak biasa dilewati kabilah dagang ketika itu.
Setelah tujuh hari perjalanan, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar sampai di sebuah desa yang bernama Quba. Desa yang berada pada jarak kurang lebih 10 kilo meter dari Yatsrib. Nabi beristirahat selama beberapa hari lamanya. Ia menginap di rumah Kalsum bin Hindu. Di halaman rumah inilah Nabi membangun masjid untuk pertama kalinya yang disebut dengan Majid Quba.
Tak lama kemudian Ali menggabungkan diri dengan Nabi setelah menyelesaikan segala urusan di Mekkah. Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu kedatangan Nabi dan kedua sahabatnya. Akhirnya yang mereka tunggu datang dan mereka sambut dengan penuh suka cita.
Pada hari Jum'at 12 Rabiul Awal tahun 13 kenabian atau 24 September 662 M, Nabi meninggalkan Quba. Di tengah-tengah perjalanan di perkampungan Bani Salim, Nabi melaksanakan shalat Jum'at untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam. Nabi kembali melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib/Madinah. Sesampainya di Madinah Nabi mendapatkan sambutan yang sangat baik dari penduduk Madinah. Dengan demikian, dimulailah dakwah Nabi Muhammad periode Madinah.
Membangun Masyarakat Islam
Dakwah Rasulullah di Madinah melalui beberapa tahap yang penuh dengan strategi dalam berdakwah. Guna membina masyarakat yang baru, Nabi meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat di kalangan internal umat Islam. Lalu apa saja tahapan dakwah Nabi di Madinah?
Pertama, membangun masjid yang kemudian dikenal dengan sebutan Masjid Nabawi. Di masjid ini, selain dijadikan tempat beribadah sahalat, juga sebagai tempat musyawarah dan juga berfungsi sebgai pusat pemerintahan. Kedua, Nabi mempersaudarakan antara golongan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kaum Muhajirin adalah orang-orang Islam yang hijrah dari Mekkah ke Madinah, sedangkan kaum Anshar adalah orang muslim Madinah yang menyambut Nabi dan para sahabat. Dengan demikian, setiap muslim terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan.
Mengadakan Perjanjian Dengan non Muslim (Piagam Madinah)
Pada awal kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah, masyarakat setempat terdiri dari tiga kelompok yaitu, bangsa Arab Muslim, bangsa Arab non Muslim, dan kaum Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan antara tiga kelompok tersebut, Nabi mengadakan perjanjian. Perjanjian itu yang nantinya dikenal dengan Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah. Isi Piagam Madinah antara lain;
- Semua kelompok yang ikut menandatangani piagam merupakan satu bangsa.
- Bila salah satu kelompok diserang musuh, maka kelompok lain wajib untuk membantunya.
- Masing-masing kelompok tidak dibenarkan membuat perjanjian dalam bentuk apapun dengan orang Quraisy.
- Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran agama tanpa campur tangan kelompok lain.
- Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non Muslim, dan kaum Yahudi, salin membantu moril dan materiil.
- Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah dan dia menyelesaikan masalah yang timbul antar kelompok.
Pesatnya perkembangan Islam di Madinah, mendorong para pemimpin Quraisy Mekkah untuk segera menaklukan Madinah dan memaksa berhenti dakwah yang dilakukan Nabi. Akhirnya, pada tahun 2 Hijriah umat Islam diijinkan perang dengan dua alasan. Pertama, untuk mempertahankan diri dan hak miliknya. Kedua, menjaga keselamatan dalam penyebaran Islam dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalanginya.
Peristiwa Penting Dakwah Nabi Fase Madinah
Meskipun Nabi dan umat Islam meninggalkan Mekkah, tetapi kafir Quraisy tidak menghentikan permusuhan terhadap kaum Muslimin. Karena jika Islam berkembang di Madinah bukan hanya mengancam kepercayaan mereka, tetapi juga ekonomi. Sebab Madinah terletak di jalur perdagangan dari Mekkah ke Syam. Maka tidak heran, jika terjadi perang antara umat Islam dan kafir Mekkah. Selama 8 tahun telah terjadi puluhan kali peperangan.
Peperangan antara kafir Quraisy dengan Umat Islam yang penting dalam sejarah adalah
- Perang Badar yang terjadi pada bulan ramadhan 2 h (624 M), di dekat sumur miliki Badr.
- Perang Uhud yang terjadi pada tahun 3 H (625 M), di bukit Uhud.
- Perang Khandaq/Ahzab, terjadi pada bulan syawal 5 H (627 M)
Perjanjian Hudaibiyah
Merupakan perjanjian yang dilakukan antara Nabi Muhammad SAW sebagai perwakilan umat Islam dengan Suhail bin Amru perwakilan dari kafir Quraisy pada tahun 6 H ketika ibadah haji sudah disyariatkan.
Isi perjanjian Hudaibiyah
- Gencatan senjata antara kedua belah pihak selama 10 tahun
- Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah tahun ini, tetapi ditunda tahun depan.
- Orang kafir yang ingin masuk islam tanpa ijin walinya harus ditolak
- Orang muslim yang ingin kembali ke Mekkah (murtad) tidak boleh ditolak orang Quraisy.
Masa gencatan senjata memberikan kesempatat umat Islam untuk berdakwah secara bebas tanpa adanya gangguan dari kaum kafir Quraisy. Sehingga seluruh Jazirah Arab, termasuk suku-suku yang selatan menggabungkan diri dalam Islam. Ternyata perjanjian Hudaibiyah telah dimanfaatkan Nabi dan umat Islam dengan sangat baik.
Penaklukan Kota Mekkah
Dua tahun setelah terjadinya Perjanjian Hudaibiyah, kaum kafir Quraisy membatalkan secara sepihak dengan melanggar perjanjian tersebut. Pada tahun 8 Hijriah mereka membantu sekutunya Bani Bakr yang berperang dengan Bani Khuza'an sekutu umat Islam. Nabi Muhammad menegur Abu Sofyan tentang bantuan tersebut, namun dijawab olehnya bahwa perjanjian telah mereka batalkan.
Karena perjanjian dibatalkan secara sepihak, maka Nabi bersama 10.000 pasukan berangkat dari Madinah menuju Mekkah untuk melawan mereka. Menjelang sampai di Kota Mekkah, Nabi dan pasukan berkemah terlebih dahulu di pinggiran Mekkah. Ternyata Abu Sofyan (pemimpin Quraisy), anaknya Muawiyah dan paman Nabi (Abbas) menemui Nabi untuk menyatakan masuk Islam.
Dengan demikian para pemimpin Quraisy sudah masuk Islam menjelang penaklukan kota Mekkah, sehingga pasukan Islam memasuki kota tanpa perlawanan sama sekali. Berhala-berhala sebanyak 360 yang selama ini mengelilingi Ka'bah dihancurkan. Maka dengan ijin Allah SWT, kini kota Mekkah telah dikuasai oleh umat Islam. Penaklukan Kota Mekkah ini kemudian dikenal dengan Fathul Mekkah.
Haji Wada'
Pada tahun 10 Hijriah Nabi bersama kurang lebih 100.000 orang Muslim menunaikan ibadah haji yang dikenal dengan Haji Wada'. Didepan jama'ah kemudian Nabi berkhutbah. Isi khutbah Nabi ketika haji wada' antara lain;
- Jangan menumpahkan darah kecuali dengan hak.
- Jangan mengambil harta orang lain dengan batil.
- Jangan balas dendam dengan tebusan dosa.
- Memperlakukan istri dengan baik dan lemah lembut.
- Perintah menjauhi dosa.
- Perintah salaing memaafkan atas semua pertengkaran antara mereka di jaman jahiliah.
- Tegakkan persaudaraan dan persamaan antara manusia.
- Perintah memperlakukan hamba sahaya dengan baik.
- Perintah harus berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Sunnah.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Tiga bulan setelah Nabi kembali ke Madinah, beliau menderita sakit. Abu Bakar diperintah oleh Nabi untuk menjadi imam shalat sebanyak tiga kali apabila beliau tidak sanggup melakukannya. Sakit Nabi Muhammad berlangsung selama 14 hari. Akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awal 11 H, dalam usia 63 tahun di rumah istrinya Aisyah.
Kabar tersebut tersebar di kalangan umat Islam, sehingga membuat mereka menjadi kebingungan. Namun Abu Bakar tampil dengan membaca ayat al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 144, dan berpidato "wahai manusia, barang siapa memuja Nabi Muhammad SAW, maka Nabi Muhammad telah wafat, tetapi barang siapa memuja Allah SWT, maka Ia kekal selama-lamanya.
Artikel Terkait:
Sejarah Singkat Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat
Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam Datang
Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad