Pada saat penjajahan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi bentukan Jepang telah berdiri. Ada tiga jenis organisasi pada masa pendudukan Jepang yaitu, organisasi yang bersifat militer dan militer. Organisasi yang terakhir adalah organisasi yang akan dibahas yaitu, organisasi yang bersifat non militer. Tujuan Jepang membentuk organisasi militer, semi militer, dan non militer adalah untuk mengambil hati rakyat Indonesia agar mau membantu dalam peperangan melawan Sekutu dan untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia.
Organisasi Non Militer Bentukan Jepang
Ada beberapa organisasi non militer pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Bagi Jepang, tujuan membentuk organisasi tersebut adalah untuk mengambil hati rakyat untuk membantu Jepang. Namun, bagi para Nasionalis dan rakyat, adalah untuk mempersiapkan dan menuju cita-cita, yaitu kemerdekaan. Organisasi non militer bentukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut
1. Gerakan 3A
Gerakan 3A didirikan pada bulan April 1942. Semboyan Gerakan Tiga A adalah Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Semboyan tersebut merupakan penjabaran dari 3A itu sendiri. Jepang membentuk organisasi ini bertujuan untuk memikat dan mencari dukungan dari rakyat agar mau membantu dalam memenangkan peperangan dalam Perang Pasifik. Pimpinan Gerakan 3A adalah Mr. Syamsudin. Gerakan Tiga A dibubarkan pada bulan Desember 1942 karena Jepang menilai bahwa organisasi ini sudah tidak efektif lagi untuk mengambil simpati rakyat.
Pada awal gerakan ini dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa pemerintah Jepang berjanji bahwa saudara tua nya ini dapat mencium aroma kemerdekaan. Pada awal gerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia, tetapi akhirnya sikap baik itu berubah. Apa yang ditetapkan pemerintah Jepang sebenarnya bukan untuk mencapai kemakmuran dan kemerdekaan Indonesia, melainkan demi kepentingan pemerintahan Jepang yang pada saat itu sedang menghadapi perang.
Dalam menjalankan aksinya, Jepang berusaha untuk bekerja sama dengan para pemimpin bangsa (bersikap kooperatif). Cara ini digunakan agar para pemimpin nasionalis dapat merekrut massa dengan mudah dan pemerintah Jepang dapat mengawasi kinerja para pemimpin bangsa. Tetapi gerakan ini tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan kurang mendapat simpati di kalangan masyarakat Indonesia.
Gerakan Tiga A didirikan atas dasar prakarsa pemerintah Jepang ini bertujuan untuk membujuk kaum nasionalis sekuler dan kaum intelektual agar dapat mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk usaha perang negara Jepang.
2. Putera
Atau disebut dengan Pusat Tenaga Rakyat, Dibentuk pada 1 Maret 1943 dan dibubarkan pada tahun 1944. Pemimpin Putera adalah empat serangkai yaitu, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Bagi Jepang, Putera dibentuk dengan tujuan untuk memusatkan seluruh kekuatan masyarakat demi membantu usaha Jepang. Tugas pemimpin Putera adalah memimpin rakyat dan bertanggungjawab dalam menghapus pengaruh budaya Barat. Bagi rakyat Indonesia, Putera dibentuk untuk mempererat persaudaraan dan sebagai wadah untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Gerakan ini ini tidak dibiayai pemerintahan Jepang. Walaupun demikian, pemimpin bangsa ini mendapat kemudahan untuk menggunakan fasilitas Jepang yang ada di Indonesia, seperti radio dan koran. Dengan cara ini, para pemimpin bangsa dapat berkomunikasi secara leluasa kepada rakyat. Sebab, pada masa ini radio umum sudah banyak yang masuk ke desa-desa. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat Indonesia untuk menyambut kemerdekaan pada masa yang akan datang.
3. Jawa Hokokai
Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Organisasi ini diresmikan pada tanggal 1 Maret 1944. Pimpinan tertinggi Jawa Hokokai dipegang oleh gunseikan (kepala pemerintahan militer yang dijabat oleh kepala staf tentara), sedangkan Ir. Sukarno hanya menjabat sebagai penasihat. Anggota Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia di atas 14 tahun. Perhimpunan ini bertugas mengerahkan rakyat agar mengumpulkan padi, permata, besi-besi tua, dan barang berharga lainnya demi kepentingan perang Jepang. Pada saat itu, Jepang makin terdesak oleh tentara Sekutu.
Organisasi ini dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Berarti, organisasi ini diintegrasikan ke dalam tubuh pemerintah. Organisasi ini mempunyai berbagai macam hokokai profesi, di antaranya Izi hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian Para Pendidik), Fujinkai (Organisasi Wanita), Keimin Bunka Syidosyo (Pusat Budaya) dan Hokokai Perusahaan.
Struktur kepemimpinan di dalam Jawa Hokokai ini langsung dipegang oleh Gunseikan, sedangkan di daerah dipimpin oleh Syucohan (Gubernur atau Residen). Pada masa ini, golongan nasionalis disisihkan, mereka diberi jabatan baru dalam pemerintahan, akan tetapi, segala kegiatannya memperoleh pengawasan yang ketat dan segala bentuk komunikasi dengan rakyat dibatasi.