Halaman

    Social Items

Ads 728x90

Mengapa entrepreneurship itu sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi sebuah negara? Karena entrepreneurship akan berdampak besar bagi perekomomian. Seorang wirausaha membuat solusi baru dan pada saat yang bersamaan ia telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Bayangkan, jika di Indonesia banyak pengusaha, maka lapangan pekerjaan akan semakin banyak, sehingga dapat membantu untuk merekrut karyawan.

Menjadi pengusaha yang sukses, apa lagi di usia yang masih relatif muda tidaklah gampang, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Sudah ada beberapa contoh wirausahawan yang tampil sukses di usianya yang masih 20 tahunan dengan omset ratusan juta rupiah. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan berdampak juga pada perekonomian negara, sehingga suatu negara akan semakin sejahtera ketika banyak usaha yang tumbuh. Berikut 5 pengusaha muda Indonesia yang sudah sukses di usianya yang masih muda.

1. Putri Tanjung

Pengusaha Muda
Putri Tanjung

Putri Indah Sari Chairul Tanjung merupakan sosok wanita yang masih belia ketika merintis usahanya. Pada usia 15 tahun, ia mulai merintis dan membangun usaha yang inspiratif dan kreatif di bidang Event Organizer (EO). Pertama kali membangun bisnis, wanita kelahiran 1996 ini mendirikan sebuah usaha bernama El Paradiso. Walaupun ayahnya seorang pengusaha yang sukses, ia merintis bisnisnya dari nol, tanpa bantuan dari ayahnya yang bernama Chairul Tanjung.

Pada tahun 2011, Putri Indah Sari memulai langkahnya untuk terjun menjadi wirausahawan. Memang tidak mudah untuk menjadi pengusaha yang sukses di usia muda. Ia bahkan mengalami beberapa kali kegagalan dan pengalaman yang pahit. Mulai dari cemoohan orang-orang, sulitnya dana untuk sebuah event, dan ditolak perusahaan sebagai sponsor. Namun, ia tetap berusaha dan pantang menyerah.

Pantang menyerah dan penuh kesabaran yang Putri Tanjung lakukan ternyata membuahkan hasil. Mulai dari evient kecil-kecilan seperti acara ulang tahun. Dengan pengalaman yang telah didapatkan ia berani memperlebarkan bisnis EO-nya dan merubah nama usahanya menjadi Creativepreneur Event Creator pada tahun2014. Gelaran perdananya adalah “Mandiri Creativepreneur Corner 2014″ hasil kolaborasi dengan Transevent dan Bank Mandiri yang telah terselenggara pada 18 Januari 2014 lalu di The Hall Senayan City, Jakarta.‬

2. Nicolas Kurniawan

Pengusaha Muda
Nicolas Kurniawan

Lahir di sebuah keluarga yang sangat sederhana, namun pada sejak SMA ia telah mendapatkan keuntungan 2-3 juta rupiah setiap bulan. Ketika berusia 23 tahun, Nicolas Kurniawan telah berhasil meraih keuntungan hingga ratusan juta rupiah dari hasil penjualan ikan hias.

Sangat sederhana, itulah keluarga Nico yang dulu sering diremehkan karena banyak hutang. Karena itulah, ia sejak kecil sudah merasa kasihan kepada orang tuanya, sehingga ia bertekad untuk membahagiakan orang tanya. Sejak kecil, Nico memang sudah belajar menjadi seorang pengusaha, dari jualan makanan dan minuman, namun hal itu tidak berlangsung lama.

Gagal pada bisnis kuliner, ia kembali mencoba memulai berjualan pakaian seperti kaos. Bisnis inipun juga tidak berlangsung lama karena ia belum terbiasa memasarkan sebuah produk. Ia pun terus berusaha dan tidak mau disebut gagal, namun ia menyebutnya dengan belum menemukan cara yang tepat untuk mencapai kesuksesan.

Berbagai kegagalan telah ia alami dan belum menemukan cara yang tepat untuk mencapai kesuksesan, hingga pada suatu hari, Nico yang duduk di bangku SMA diberi ikan Garra Rufa oleh temannya. Merasa ikan yang diberi oleh temannya itu tidak terlalu berguna baginya, lantas ia jual melalui Forum Jual-Beli di Kaskus.

Tidak disangka-sangka, ternyata peminat ikan Garra Rufa cukup banyak, bahkan dalam hitungan jam sudah habis dipesan dan masih banyak lagi peminat yang tidak kebagian. Melihat peluang tersebut, Nico tidak menyia-nyiakan. Ia kemudian berhasil dan sukses melalui berjualan ikan hias dan memiliki sebuah brand yang bernama Venus Aquatics.


3. Dea Valencia

Pengusaha Muda
Dea Valencia

Usahanya di bidang fashion batik atau dikenal dengan sebutan Batik Kultur telah mengantarkan Dea menjadi sosok pengusaha muda yang cukup sukses. Omset yang telah ia dapatkan kira-kira sekitar 300 juta rupiah per bulan.

Batik yang telah ia rancang banyak diminati, karena dengan desain modern namun tidak menghilangkan khas batik Indonesia. Berawal dari senang mengoleksi batik yang sudah kuno, lalu ia gunting dan didesain sesuai selera yang kemudian ia jual. Pada saat itu, Dea masih kuliah semester tiga dan menjual hasil karyanya melalui media online.

Pertama hanya terjual 20 potong baju batik, namun berjalannya waktu peminat semakin bertambah, dan terakhir kami dengar ia berhasil menjual sekitar 600 potong baju batik per bulanya. Nama brand Batik Kultur bukan ide yang pertama kali, namun sebelum menemukan brand tersebut Dea memberi brand Batik Sinok. Namun brand tersebut sudah dimiliki orang lain, dan pada akhirnya Batik Kultur yang tetapkan.

Yang paling menginspirasi dari kisah Dea Valencia adalah ia tidak hanya mempekerjakan orang yang normal, tetapi ia juga mempekerjakan orang difabel. Dari sini ternyata bukan orang yang memiliki fisik sempurna saja yang bisa berkarya, namun orang difabel juga memiliki keahlian untuk membantu membuat sebuah produk.


4. Anita Maulia dan Intan Kusuma Fauzia

Pengusaha Muda
Intan Maulia dan Intan Kusuma

Anita Maulia adik dari Intan Kusuma Fauzia yang mengawali bisnis berjualan hijab segi empat melalui BBM. Saat itu, Intan yang baru berusia 18 tahun hobi berjualan dengan mendatangi toko grosir. Jlbab yang ada di toko tersebut ia foto lalu diunggah ke media sosial BBM. Kabarnya, jualan hijab ini berawal dari iseng-iseng mengisi waktu luang yang dimulai pada tahun 2012.

Bisnis berjualan jilbab segi empat hampir tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Anita yang datang ke toko grosir memfoto jilbab kemudian foto tersebut disebarkan melalui BBM. Baru setelah ada yang pesan, Intan mengambil hijab ke toko grosir dan mengirimnya. Setelah transaksi berhasil, baru ia membayar hijab yang telah ia ambil.

Saat itu, Intan kakak Anita, sedang kuliah di jurusan PPM Manajemen jurusan finance business mendapat tugas untuk membuat bisnis baru. Tugas itu sebagai syarat untuk kelulusan kuliahnya. Pada akhirnya adiknya yang bernama Intan memberi tawaran untuk mengelola bersama untuk berjualan jilbab dengan konsep bisnis online.

Usaha yang telah mereka berdua jalani juga pernah mengalami kerugian. Setelah beberapa bulan menjalankan bisnis jual beli jilbab, mereka berdua memutuskan untuk memproduksi barang sendiri. Mereka mencari konveksi yang menyanggupi untuk membuat jilbab segi empat. Namun barang yang ia pesan tidak sesuai harapan. Ukuran hijab malah berbeda-beda sehingga tidak layak untuk dijual. Pada akhirnya mereka rugi hingga 70 juta rupiah.

Namun saat ini, mereka sudah memiliki konveksi sendiri untuk memproduksi barang berupa jilbab segi empat. Setiap bulannya Anita dan Intan bersama dengan patner kerjanya dapat memproduksi hingga 3.500 potong hijab. Sampai saat ini produk hijab buatan mereka laris di pasaran dengan brand Vanila Hijab.


5. Karina Mecca dan Keisha Deisra

Pengusaha Muda
Karian Mecca dan Keisha Deisra

Mereka berdua telah berhasil dan sukses dalam bisnis kuliner. Saat ini cake merupakan salah satu alternatif pengganti parcel. Setelah menemukan ide kreatif untuk membuat kue cake dengan rasa yang tidak terlalu manis dan sesuai dengan selera mereka, kini kakak beradik Karina Mecca (24) dan Keshia Deisra (23) telah mendirikan Dulcet Patisserie.

Pada awalnya, mereka memiliki hobi memodifikasi resep-resep kue yang dipelajari secara otodidak. Hasil kue buatan mereka kemudian diberikan kepada teman dekat atau saudara sebagai hadiah. Tanggapan positif yang diberikan oleh teman dekat dan saudara yang mencicipi kue buatannya mendorong mereka untuk menjualnya secara online. 

Bisnis mereka semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Melalui Salah satu platform pemasaran online yang digunakan oleh Dulcet Patisserie ialah Google Bisnisku (GMB) yang sudah mereka gunakan sejak September 2015. Setelah menggunakan GMB, penjualan serta informasi mengenai Dulcet Patisserie dirasakan semakin meningkat.

Itulah berbagai pengusaha muda yang sukses di berbagai bidang, baik di kuliner, fashion, ikan hias, dan lain-lain. Semoga bermanfaat, dan kita sebagai pemuda dapat mencontoh jejak para pengusaha muda yang telah berhasil membangun bisnis. Berkarya di usia muda lebih baik dari pada menunggu usia yang lebih lanjut.

Artikel Terkait:

5 Pengusaha Muda Indonesia Yang Sukses Di Usia 20 Tahunan

Mengapa entrepreneurship itu sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi sebuah negara? Karena entrepreneurship akan berdampak besar bagi perekomomian. Seorang wirausaha membuat solusi baru dan pada saat yang bersamaan ia telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Bayangkan, jika di Indonesia banyak pengusaha, maka lapangan pekerjaan akan semakin banyak, sehingga dapat membantu untuk merekrut karyawan.

Menjadi pengusaha yang sukses, apa lagi di usia yang masih relatif muda tidaklah gampang, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Sudah ada beberapa contoh wirausahawan yang tampil sukses di usianya yang masih 20 tahunan dengan omset ratusan juta rupiah. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan berdampak juga pada perekonomian negara, sehingga suatu negara akan semakin sejahtera ketika banyak usaha yang tumbuh. Berikut 5 pengusaha muda Indonesia yang sudah sukses di usianya yang masih muda.

1. Putri Tanjung

Pengusaha Muda
Putri Tanjung

Putri Indah Sari Chairul Tanjung merupakan sosok wanita yang masih belia ketika merintis usahanya. Pada usia 15 tahun, ia mulai merintis dan membangun usaha yang inspiratif dan kreatif di bidang Event Organizer (EO). Pertama kali membangun bisnis, wanita kelahiran 1996 ini mendirikan sebuah usaha bernama El Paradiso. Walaupun ayahnya seorang pengusaha yang sukses, ia merintis bisnisnya dari nol, tanpa bantuan dari ayahnya yang bernama Chairul Tanjung.

Pada tahun 2011, Putri Indah Sari memulai langkahnya untuk terjun menjadi wirausahawan. Memang tidak mudah untuk menjadi pengusaha yang sukses di usia muda. Ia bahkan mengalami beberapa kali kegagalan dan pengalaman yang pahit. Mulai dari cemoohan orang-orang, sulitnya dana untuk sebuah event, dan ditolak perusahaan sebagai sponsor. Namun, ia tetap berusaha dan pantang menyerah.

Pantang menyerah dan penuh kesabaran yang Putri Tanjung lakukan ternyata membuahkan hasil. Mulai dari evient kecil-kecilan seperti acara ulang tahun. Dengan pengalaman yang telah didapatkan ia berani memperlebarkan bisnis EO-nya dan merubah nama usahanya menjadi Creativepreneur Event Creator pada tahun2014. Gelaran perdananya adalah “Mandiri Creativepreneur Corner 2014″ hasil kolaborasi dengan Transevent dan Bank Mandiri yang telah terselenggara pada 18 Januari 2014 lalu di The Hall Senayan City, Jakarta.‬

2. Nicolas Kurniawan

Pengusaha Muda
Nicolas Kurniawan

Lahir di sebuah keluarga yang sangat sederhana, namun pada sejak SMA ia telah mendapatkan keuntungan 2-3 juta rupiah setiap bulan. Ketika berusia 23 tahun, Nicolas Kurniawan telah berhasil meraih keuntungan hingga ratusan juta rupiah dari hasil penjualan ikan hias.

Sangat sederhana, itulah keluarga Nico yang dulu sering diremehkan karena banyak hutang. Karena itulah, ia sejak kecil sudah merasa kasihan kepada orang tuanya, sehingga ia bertekad untuk membahagiakan orang tanya. Sejak kecil, Nico memang sudah belajar menjadi seorang pengusaha, dari jualan makanan dan minuman, namun hal itu tidak berlangsung lama.

Gagal pada bisnis kuliner, ia kembali mencoba memulai berjualan pakaian seperti kaos. Bisnis inipun juga tidak berlangsung lama karena ia belum terbiasa memasarkan sebuah produk. Ia pun terus berusaha dan tidak mau disebut gagal, namun ia menyebutnya dengan belum menemukan cara yang tepat untuk mencapai kesuksesan.

Berbagai kegagalan telah ia alami dan belum menemukan cara yang tepat untuk mencapai kesuksesan, hingga pada suatu hari, Nico yang duduk di bangku SMA diberi ikan Garra Rufa oleh temannya. Merasa ikan yang diberi oleh temannya itu tidak terlalu berguna baginya, lantas ia jual melalui Forum Jual-Beli di Kaskus.

Tidak disangka-sangka, ternyata peminat ikan Garra Rufa cukup banyak, bahkan dalam hitungan jam sudah habis dipesan dan masih banyak lagi peminat yang tidak kebagian. Melihat peluang tersebut, Nico tidak menyia-nyiakan. Ia kemudian berhasil dan sukses melalui berjualan ikan hias dan memiliki sebuah brand yang bernama Venus Aquatics.


3. Dea Valencia

Pengusaha Muda
Dea Valencia

Usahanya di bidang fashion batik atau dikenal dengan sebutan Batik Kultur telah mengantarkan Dea menjadi sosok pengusaha muda yang cukup sukses. Omset yang telah ia dapatkan kira-kira sekitar 300 juta rupiah per bulan.

Batik yang telah ia rancang banyak diminati, karena dengan desain modern namun tidak menghilangkan khas batik Indonesia. Berawal dari senang mengoleksi batik yang sudah kuno, lalu ia gunting dan didesain sesuai selera yang kemudian ia jual. Pada saat itu, Dea masih kuliah semester tiga dan menjual hasil karyanya melalui media online.

Pertama hanya terjual 20 potong baju batik, namun berjalannya waktu peminat semakin bertambah, dan terakhir kami dengar ia berhasil menjual sekitar 600 potong baju batik per bulanya. Nama brand Batik Kultur bukan ide yang pertama kali, namun sebelum menemukan brand tersebut Dea memberi brand Batik Sinok. Namun brand tersebut sudah dimiliki orang lain, dan pada akhirnya Batik Kultur yang tetapkan.

Yang paling menginspirasi dari kisah Dea Valencia adalah ia tidak hanya mempekerjakan orang yang normal, tetapi ia juga mempekerjakan orang difabel. Dari sini ternyata bukan orang yang memiliki fisik sempurna saja yang bisa berkarya, namun orang difabel juga memiliki keahlian untuk membantu membuat sebuah produk.


4. Anita Maulia dan Intan Kusuma Fauzia

Pengusaha Muda
Intan Maulia dan Intan Kusuma

Anita Maulia adik dari Intan Kusuma Fauzia yang mengawali bisnis berjualan hijab segi empat melalui BBM. Saat itu, Intan yang baru berusia 18 tahun hobi berjualan dengan mendatangi toko grosir. Jlbab yang ada di toko tersebut ia foto lalu diunggah ke media sosial BBM. Kabarnya, jualan hijab ini berawal dari iseng-iseng mengisi waktu luang yang dimulai pada tahun 2012.

Bisnis berjualan jilbab segi empat hampir tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Anita yang datang ke toko grosir memfoto jilbab kemudian foto tersebut disebarkan melalui BBM. Baru setelah ada yang pesan, Intan mengambil hijab ke toko grosir dan mengirimnya. Setelah transaksi berhasil, baru ia membayar hijab yang telah ia ambil.

Saat itu, Intan kakak Anita, sedang kuliah di jurusan PPM Manajemen jurusan finance business mendapat tugas untuk membuat bisnis baru. Tugas itu sebagai syarat untuk kelulusan kuliahnya. Pada akhirnya adiknya yang bernama Intan memberi tawaran untuk mengelola bersama untuk berjualan jilbab dengan konsep bisnis online.

Usaha yang telah mereka berdua jalani juga pernah mengalami kerugian. Setelah beberapa bulan menjalankan bisnis jual beli jilbab, mereka berdua memutuskan untuk memproduksi barang sendiri. Mereka mencari konveksi yang menyanggupi untuk membuat jilbab segi empat. Namun barang yang ia pesan tidak sesuai harapan. Ukuran hijab malah berbeda-beda sehingga tidak layak untuk dijual. Pada akhirnya mereka rugi hingga 70 juta rupiah.

Namun saat ini, mereka sudah memiliki konveksi sendiri untuk memproduksi barang berupa jilbab segi empat. Setiap bulannya Anita dan Intan bersama dengan patner kerjanya dapat memproduksi hingga 3.500 potong hijab. Sampai saat ini produk hijab buatan mereka laris di pasaran dengan brand Vanila Hijab.


5. Karina Mecca dan Keisha Deisra

Pengusaha Muda
Karian Mecca dan Keisha Deisra

Mereka berdua telah berhasil dan sukses dalam bisnis kuliner. Saat ini cake merupakan salah satu alternatif pengganti parcel. Setelah menemukan ide kreatif untuk membuat kue cake dengan rasa yang tidak terlalu manis dan sesuai dengan selera mereka, kini kakak beradik Karina Mecca (24) dan Keshia Deisra (23) telah mendirikan Dulcet Patisserie.

Pada awalnya, mereka memiliki hobi memodifikasi resep-resep kue yang dipelajari secara otodidak. Hasil kue buatan mereka kemudian diberikan kepada teman dekat atau saudara sebagai hadiah. Tanggapan positif yang diberikan oleh teman dekat dan saudara yang mencicipi kue buatannya mendorong mereka untuk menjualnya secara online. 

Bisnis mereka semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Melalui Salah satu platform pemasaran online yang digunakan oleh Dulcet Patisserie ialah Google Bisnisku (GMB) yang sudah mereka gunakan sejak September 2015. Setelah menggunakan GMB, penjualan serta informasi mengenai Dulcet Patisserie dirasakan semakin meningkat.

Itulah berbagai pengusaha muda yang sukses di berbagai bidang, baik di kuliner, fashion, ikan hias, dan lain-lain. Semoga bermanfaat, dan kita sebagai pemuda dapat mencontoh jejak para pengusaha muda yang telah berhasil membangun bisnis. Berkarya di usia muda lebih baik dari pada menunggu usia yang lebih lanjut.

Artikel Terkait:

Subscribe Our Newsletter