Sejarah Kerajaan Kutai |
Namun, ketika pengaruh Hindu Budha masuk ke Indonesia, sistem pemerintahan menjadi berubah. Pemimpin rakyat diganti dengan sebutan Raja, tempat tinggal raja dan keturunannya, disebut istana dan daerah kekuasaan disebut dengan wilayah kerajaan. Salah satu di antara kerajaan-kerajaan Hindu Budha yang pernah berdiri dan berkembang di Indonesia adalah Kerajaan Kutai.
A. Sejarah Singkat Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, diperkirakan berdiri pada tahun 400 Masehi. Terletak di daerah Muarakaman tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, dekat Kota Tenggarong (sekarang). Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar di Kalimantan Timur dan bermuara di Selat Makasar, dengan panjang 920 km. Dari dulu hingga sekarang, sungai Mahakam memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.
Wikipedia Bahasa Indonesia menyebutkan "Nama Kutai diberikan oleh Para Ahli berdasarkan tempat ditemukannya prasasti yang menunjukan eksistensi kerajaan tersebut". Ini menunjukan bahwa, belum ada bukti atau sumber sejarah yang menyebutkan secara jelas mengenai nama asli kerajaan tersebut, akan tetapi nama Kutai saat ini sudah disepakati bersama. Mungkin karena masih sedikit sumber informasi tentang kerajaan Kutai, sehingga nama asli kerajaan belum terungkap.
Baca Juga: Kerajaan Bercorak Hindu-Budha di Indonesia
Baca Juga: Kerajaan Bercorak Hindu-Budha di Indonesia
Sumber utama yang menunjukan eksistesi Kerajaan Kutai adalah prasasti yang bernama Yupa (disebut juga Prasasti Kutai atau Prasasti Mulawarman). Berjumlah tujuh buah Prasasti Yupa, empat di antaranya berhasil dibaca dan diterjemahkan. Parasasti Yupa ditemukan di kawasan Muarakaman, bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta dengan huruf Pallawa. Ada beberapa informasi yang didapatkan dari prasasti tersebut, di antaranya adalah silsilah Raja Kutai.
Prasasti Yupa menyebutkan bahwa pendiri Kerajaan Kutai adalah Asmawarman atas perintah Mulawarman. Berarti Kudungga bukan pendiri kerajaan, melainkan anaknya Kudungga, yaitu Asmawarman. Hal itu disebut dalam Wamsakerta atau pendiri keluarga. Di perkirakan Asmawarman, anak dari Kudunggalah yang sudah menganut agama Hindu, sedangkan Kudungga belum.
Namun, Prasasti Yupa juga menuturkan, bahwa raja pertama Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Ia mempunyai putra bernama Asamawarman. Lalu Asmawarman mempunyai tiga putra dan yang paling terkenal adalah Mulawarman. Nama Asmawarman dan Mulawarma berasal dari bahasa Sansekerta dan tampak adanya penyerapan budaya dari India. Dan yang menarik, nama Kudungga bukan nama Hindu, melainkan nama asli Indonsesia.
Lalu siapakah pendiri Kerajaan Kutai sebenarnya? Prasasti Yupa seolah-olah menyebutkan dua hal yang bertentangan. Pertama, pendiri Kerajaan Kutai adalah Amawarman atas perintah Mulawarman. Kedua, Yupa juga menyebutkan bahwa raja pertama kerajaan Kutai adalah Kudungga.
Kemungkinannya, karena Kudungga belum terpengaruh oleh agama Hindu, maka Ia sebenarnya adalah kepala adat atau seorang pemimpin yang belum bisa disebut raja, namun sudah memiliki wilayah kekuasaan. Kemudian, kepemimpinannya diserahkan kepada anaknya, Asmawarman yang sudah masuk agama Hindu. Lahirlah Mulawarman anak dari Asmawarman yang meneruskan kepemimpinan. Budaya asli Indonesia tidak mengenal istilah raja, karena "raja" adalah budaya Hindu dari India sebagai simbol pemerintahan.
2. Pemerintahan Kerajaan Kutai
Mungkin akan semakin jelas, siapa pendiri dari Kerajaan Kutai ketika kalian sudah membaca keterangan tentang raja-raja yang pernah memerintah Kutai. Berikut raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai, bersumber dari Buku IPS/MTs Kelas VII, Departemen Pendidikan Nasional dan Wikipedia Bahasa Indonesia.
a. Kudungga
Ia adalah pendiri kerajaan. Jika dilihat dari namanya, raja ini masih mempergunakan nama asli Indonesia. Diduga Kudungga adalah kepala adat setempat yang kemudian mewariskan kedudukannya kepada anaknya Asmawarman yang sudah memeluk agama Hindu. Ingat...!, istilah raja merupakan budaya Hindu dari India.
b. Asmawarman
Asmawarman disebut sebagai Wasma Karta, yaitu pendiri dinasti kerajaan. Pada masa pemerintahannya, raja ini pernah melakukan upacara Aswa Medha, yaitu upacara pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas-batas wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai. Selain disebut sebagai Wasma Karta, Asmawarman juga dikatakan seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari).
c. Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Ia memeluk agama Hindu Siwa, tempat sucinya disebut Wapra Kaswara. Mulawarman dikenal sangat dekat dengan kaum Brahmana dan rakyat. Bahkan ia pernah mengadakan korban emas dan 20 ribu ekor lembu untuk Brahmana.
Sumber: Buku IPS untuk SMP/MTs Klas VII, Nanang Herjumanto DKK Hak Cipta dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Adapun daftar raja-raja Kerajaan Kutai adalah sebagai berikut;
- Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
- Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
- Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
- Maharaja Marawijaya Warman
- Maharaja Gajayana Warman
- Maharaja Tungga Warman
- Maharaja Jayanaga Warman
- Maharaja Nalasinga Warman
- Maharaja Nala Parana Tungga Warman
- Maharaja Gadingga Warman Dewa
- Maharaja Indra Warman Dewa
- Maharaja Sangga Warman Dewa
- Maharaja Candrawarman
- Maharaja Sri Langka Dewa Warman
- Maharaja Guna Parana Dewa Warman
- Maharaja Wijaya Warman
- Maharaja Sri Aji Dewa Warman
- Maharaja Mulia Putera Warman
- Maharaja Nala Pandita Warman
- Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
- Maharaja Dharma Setia Warman
Sumber: Wikipedia Bahasa Indonesia
3. Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Pada masa Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami kejayaan. Sang raja menaklukan wilayah-wilayah di sekitarnya untuk memperluas kekuasaan. Rakyatnya hidup tentram dan dangat menghormati rajanya. Ini terbukti dengan adanya Yupa sebagai rasa terimakasih atau penghormatan kepada raja.
Selain itu, hubungan antara kerajaan lain juga terjalin dengan baik, terutama dalam bidang perdagangan dan keagamaan. Dengan adanya Prasasti Yupa, maka berakhirlah masa praaksara di Indonesia.
Kelanjutan Kerajaan Kutai setelah raja Mulawarman tidak menunjukan tanda-tanda yang jelas. Pada periode setelah abad ke V Masehi, kerajaan lain yang bercorak Hindu Budha di Indonesia telah berkembang di daerah lain. Hal ini menunjukan, pada fase selanjutnya agama dan budaya hindu Budha di Indonesia berkembang pesat di berbagai daerah.
B. Kehidupan Masyarakat kerajaan Kutai
Raja Mulawarman sebagai raja terbesar di Kutai memeluk agama Hindu Siwa. Ia sangat dekat dengan rakyat dan kaum Brahmana. Ini dibuktikan dengan pemberian sedekah upacara keagamaan. Besarnya hadiah yang diberikan kepada Mulawarman tercantum dalam Yupa sebesar 1.000 ekor sapi.Upacara ini menunjukan bahwa rakyat Kerajaan Kutai hidup makmur. Hubungan raja, rakyat, dan Brahmana terjalin dengan baik. Diperkirakan sumber perekonomian masyarakat Kutai umumnya petani dan pedagang.
Masyarakat Kutai sebelumnya tidak mengenal kasta. Namun, setelah agama Hindu masuk, mulailah pengaruh kasta terasa dalam lapisan masyarakat. Buktinya, saat Raja Kudungga mengadakan upacara Vrayastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta kesatria sesuai kedudukanya sebagai keluarga raja.
C. Sumber Sejarah Kerajaan Kutai
Prasasti Yupa |
Baca Juga: Jenis-Jenis Peninggalan Sejarah Hindu Budha di Indonesia
Wikipedia Bahasa Indonesia menyebutkan, salah satu Prasasti Yupa yang ditandai dengan angka D.175 berisi, (jika ditranslit ke dalam huruf biasa) adalah;
śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.Artinya:
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.