Halaman

    Social Items

Ads 728x90

Perang Badar - Sejarah perang Badar merupakan peristiwa yang penuh dengan keajaiban. Bayangkan, 313 tentara Muslim melawan 1.000 tentara Quraisy Makkah, tentu dilihat dari segi apapun peperangan ini tidak seimbang, baik dari segi jumlah dan peralatan perang. Dan yang lebih mengejutkan, perang badar terjadi pada taggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 13 Maret 624 M.


Perang Badar

Artinya, saat pertempuran berkecamuk di Lembah Badar, kaum Muslimin dalam kondisi berpuasa.

Sungguh ajaib, ketika pasukan Muslim kembali ke Madinah dengan membawa obor kemenangan. Senang, bahagia dan duka menyelimuti pasukan Muslim saat kembali ke Madinah. Bahagia karena telah memenangkan pertarungan dengan membawa 70 tawanan dan duka karena 14 dari mereka telah gugur.

Dinamakan perang badar karena pertempuran terjadi di lembah Badar. Pasukan Islam berjumlah 313 dengan membawa alat perang seadanya; 8 pedang, 6 baju perang, 70 unta dan 2 kuda. Pasukan Quraisy berjumlah 1.000 pasukan, dengan peralatan perang; 600 senjata lengkap, 700 ekor kuda, dan 300 ekor kuda.

Berawal dari kaum Muslimin yang tinggal di Madinah Ingin merebut kembali harta yang telah dirampas oleh Musyrikin Quraisy Makkah. Ketika itu, rombongan dagang Quraisy Makkah yang dipimpin oleh Abu Sofyan sedang dalam perjalanan dari Suriah menuju Makkah. Berita tersebut sampai kepada Nabi SAW, sehingga Beliau menyiapkan pasukan untuk menghadang dan merampas harta mereka.

Namun, sayangnya Abu Sofyan telah mengetahui rencana Nabi. Akhirnya, Abu Sofyan mengirim utusan untuk menyampaikan berita kepada Quraisy Makkah. Segeralah para Pemimpin Quraisy menghimpun pasukan untuk melawan pasukan Muslimin.

Terjadi perbedaan pendapat mengenai jumlah pasukan dalam perang badar. Ada yang berpendapat bahwa pasukan Muslim berjumlah 313 orang. Ada pula yang berpendapat bahwa pasukan Muslim berjumlah 134 pasukan. Pendapat lain mengatakan bahwa jumlah pasukan Muslim saat perang badar adalah 319 orang.
Begitu pula dengan jumlah pasukan Quraisy Makkah, terjadi perbedaan pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa pasukan Quraisy berjumlah 1.000 orang dan 1.300 pasukan adalah pendapat lain.
Perang Badar (bahasa Arab: غزوة بدر, ghazwāt badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan kaum Musrikin Quraisy sekaligus menjadi penentu dalam sejarah Islam selanjutnya. Perang yang terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah dengan jumlah dan alat perang tidak seimbang.

A. Latar Belakang Perang Badar

Hijrahnya kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah tidak membawa harta benda mereka. Harta dan benda mereka ditinggal dan dirampas oleh kaum musrikin Quraisy Makkah. Sehingga kaum Muhajirin hijrah menuju Madinah tidak mempunyai harta apapun.  Sehingga kaum Anshorlah yang menolong mereka untuk bertahan hidup.
Kaum Muhajirin adalah orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Sedangkan kaum Anshor adalah penduduk madinah yang telah menyambut dan memberikan pertolongan di Madinah.
Sebelum perang Badar berlansung, kaum Muslimin Madinah mencoba untuk mengambil kembali hak mereka. Beberapa kali penghadangan kaum Muslimin terhadap kaum Quraisy Makkah dilancarkan. Namun, belum kunjung berhasil. Kaum Muslimin menghadang kaum Quraisy Makkah ketika sedang dalam perjalanan berdagang. Karena Madinah merupakan jalur strategis yang menghubungkan jalur perdagangan antara Makkah dan Syam.

Setelah kaum Muhajirin hijrah dari Makkah ke Madinah, peperangan dalam skala kecil sering terjadi antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy Makkah. Hal ini sesebabkan oleh kaum Muslimin yang menghadang perjalanan kaum Quraisy Makkah ketika berdagang.

Ketegangan pun semakin memanas. Pada tahun 623 ketika kaum Muslim memulai beberapa serangan (sering disebut ghazawāt dalam bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak di antara rute utama perdagangan Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim berasal dari kaum Quraisy juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil harta para pedagang Quraisy Mekkah tersebut; karena sebelumnya telah menjarah harta dan rumah kaum muslimin yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan telah mengeluarkan mereka dari suku dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan.

Pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ghazawāt semakin sering dan terjadi di mana-mana. Pada bulan September 623, Nabi Muhammad memimpin sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan terhadap rombongan besar kafilah Makkah. Aksi penyerangan ini ternyata gagal.

Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah melakukan serangan balasan ke Madinah, dengan tujuan untuk mencuri ternak kaum Muslim. Pada bulan January 624, kaum Muslim menyerang kafilah dagang Mekkah di dekat daerah Nakhlah yang berjarak 40 kilometer di luar kota Mekkah. Dalam aksi penyerbuan ini, berhasil membunuh seorang penjaga. Akhirnya peristiwa ini benar-benar membangkitkan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah.

Terlebih lagi dari sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu terjadi pada bulan Rajab; bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah.

Menurut tradisi Quraisy Makkah, dalam bulan Rajab peperangan dilarang dan gencatan senjata seharusnya dijalankan. Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran Badar terjadi.

B. Hari-Hari Menjelang Perang Badar

Pada tahun 624, rombongan kafilah Quraisy Makkah yang dipimpin oleh Abu Sofyan sedang dalam perjalanan dari Suriah menuju Makkah. Kafilah tersebut melintasi jalur yang berdekatan dengan kota Madinah dan membawa harta dagangan. Penjagaan harta dagang cukup ketat dengan melibatkan 30-40 penjaga.

Rasulullah ternyata mengetahui informasi tersebut dari mata-mata yang telah ditugaskan sebelumnya. Akhirnya Nabi SAW menyiapkan lebih dari 300 pasukan untuk menyergap kafilah dagang yang dipimpin Abu Sofyan. Jumlah pasukan tersebut adalah yang paling besar dibanding jumlah pasukan yang dihimpun untuk berperang sebelumnya.

Nabi Muhammad SAW beserta pasukan pun berangkat. Beliau SAW menyertakan beberapa panglima perang di antaranya; Paman Beliau sendiri yaitu Hamzah dan calon Khalifah selanjutnya kecuali, Utsman bin 'Affan. Dikisahkan pada saat keberangkatan pasukan Muslim untuk menyergap kafilah Abu Sofyan, dia sedang menjaga istrinya yang sedang sakit.

Dalam keberangkatan menuju kafilah Abu Sofyan, kaum Muslimin membawa peralatan seadanya yaitu, 70 ekor unta, 2 ekor kuda, 6 baju perang dan 8 buah pedang.

Dari informasi tersebut berarti, pada saat itu kaum Muslimin masih dalam keadaan yang belum cukup baik. Karena pasukan Muslim membawa peralatan perang seadanya. Bayangkan dari pasukan 300 lebih hanya membawa 70 ekor unta, 8 pedang, 2 ekor kuda dan yang memakai baju perang hanya berjumlah 6 orang.

Namun sungguh sayang, ketika rombongan dagang Abu Sofyan mendekati kota Madinah, ia mengetahui rencana kaum Muslimin. Sehingga Abu Sofyan mengutus Damdam untuk segera ke Makkah dan memberitahukan rencana kaum Muslimin.

Di Makkah, Damdam yang menjadi utusan Abu Sofyan langsung memberikan kabar tersebut kepada kaum Quraisy Makkah. Pemimpin Quraisy saat mengetahui hal tersebut tanpa basa-basi langsung menyiapkan pasukan untuk membantu rombongan dagang Abu Sofyan.

Pasukan yang disiapkan oleh kaum Quraisy Makkah berjumlah lebih dari 1.000 orang dengan menggunakan peralatan 700 ekor unta, 300 ekor kuda, dan 600 persenjataan lengkap.

Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah yang turut bergabung, termasuk di antaranya Amr bin Hisyam, Walid bin Utbah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf. Alasan keikut-sertaan mereka masing-masing berbeda. Beberapa ikut karena mempunyai bagian dari barang-barang dagangan pada kafilah dagang tersebut, yang lain ikut untuk membalas dendam atas Ibnu al-Hadrami, penjaga yang tewas di Nakhlah, dan sebagian kecil ikut karena berharap untuk mendapatkan kemenangan yang mudah atas kaum Muslim.

Saat mendekati salah satu sumur di Badar. Pasukan kaum Muslimin berencara untuk meyeregap rombongan dagang Abu Sofyan di salah satu sumur yang berada di daerah badar. Sumur tersebut adalah lokasi yang biasa menjadi tempat singgah bagi para pedagang baik akan menuju maupun kembali dari Suriah.

Namun, Abu Sofyan telah merubah rute menuju Yanbu. Sebelumnya, Abu Sofyan telah mengutus mata-mata untuk mencari informasi mengenai rencana kaum Muslimin Madinah. Pengintai tersebut berhasil mengetahui keberadaan pasukan Muslim dan akhirnya Abu Sofyan merubah rute perjalanannya. Dia merubah rute yang awalnya akan menuju Badar menjadi berbelok menuju Yanbu.

C. Adu Strategi Perang Badar

Dari kedua pihak telah menyiapkan rencana yang akan diambil dalam peperangan. Pihak Muslim maupun Musrikin Quraisy Makkah telah menyusun sedemikian rupa untuk memenamgkan pertempuran ini. Pihak Muslim Madinah yang hanya berjumlah 300 lebih pasukan tentu harus menyiapkan rencana yang sangat matang. Sehingga pihak Muslim Madinah sebelum masuk di area Badar berdiskusi dan bermusyawarah. Pihak Musrikin Makkah yang jumlahnya lebih dari 1.000 pasukan seharusnya juga menyusun recana yang jitu. Namun, walaupun mereka juga menyusun rencana sertinya tidak direncanakan dengan baik.


1. Strategi Perang Badar Pasukan Muslim 

Berita keberangkatan pasukan Quraisy Makkah telah sampai kepada Muslimin Madinah. Nabi beserta shahabat yang mengetahui hal tersebut akhirnya bermusyawarah. Apakah dalam keadaan yang kalah jumlah dan peralatan perang masih tetap maju dan melawan atau mundur. Hingga akhirnya salah satu Shahabat anshor Sa'ad bin Ubadah berkata "Seandainya engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu." Mendengar perkataan tersebut, diputuskanlah untuk tetap maju dan melawan pasukan Quraisy Makkah.

Lalu apa strategi dan rencana pasukan Muslim?. Mohon dibaca sampai paragraf keempat, maka Anda akan mengerti.

Pada hari berikutnya, setelah bermusyawarah Nabi Muhammad beserta rombongan melanjutkan pergerakan ke wadi Badar dan syukur alhamdullah pasukan Muslim telah sampai sebelum pasukan Makkah. Di sinilah strategi perang di Badar direncanakan dan dilancarkan.

Di Badar terdapat beberapa sumur yang menjadi sumber air. Suhu yang panas ditengah padang pasir membuat kedua pihak sangat membutuhkan air. Ketika pasukan Muslim tiba dari arah timur, Muhammad pertama-tama memilih dan menempatkan pasukannya pada sumur pertama yang dicapainya.

Tetapi, ia kemudian tampaknya berhasil diyakinkan oleh salah seorang pejuangnya, untuk memindahkan pasukan ke arah barat dan menduduki sumur yang terdekat dengan posisi pasukan Quraisy. Muhammad kemudian memerintahkan agar sumur-sumur yang lain ditimbuni, sehingga pasukan Mekkah terpaksa harus berperang melawan pasukan Muslim untuk dapat memperoleh satu-satunya sumber air yang tersisa.

Jadi strategi yang dilancarkan oleh pasukan Muslim adalah, membuat pasukan Quraisy Makkah tidak mendapatkan tempat sumber air, sehingga pasukan Quraisy Makkah nantinya, ketika bertempur dalam keadaan kekurangan air.
kesimpulan perang badar


2. Strategi Perang Badar Pasukan Quraisy Makkah

Pasukan Quraisy Makkah telah tiba di perbatasan Badar. Mereka tidak membawa istri dan anak-anak mereka, serta tidak meminta bantuan suku-suku Badui di Hijaz yang menjadi sekutu mereka. Padahal dan pada umumnya, dalam tradisi Arab biasanya mereka membawa serta istri dan anak-anaknya ketika akan bertempur. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi dan merawat mereka selama dalam masa pertempuran.

Melihat hal tersebut, sepertinya pasukan Quraisy Makkah kekurangan waktu untuk mempersiapkan penyerangan tersebut, karena tergesa-gesa untuk melindungi kafilah dagang mereka.

Rombongan dagang Abu Sofyan telah berhasil menghindari pasukan Muslim. Berita ini telah sampai kepada pasukan Quraisy Makkah ketika berada di Juhfah, sedikit di arah selatan Badar. Keberadaan rombongan dagang Abu Sofyan telah aman dan berada di belakang pasukan musrikin Quraisy, sehingga dapat kembali ke Makkah.

Menurut seorang peneliti yang bernama Karen Armstron,  telah terjadi perdebatan di antara pemimpin suku pasukan Makkah. Pada saat berita tersebut sampai, Amr bin Hisyam ingin melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, beberapa suku termasuk yang dipimpin Bani Zuhra dan Bani 'adi ingin segera kembali ke Makkah.

Akhirnya beberapa suku pasukan Makkah kembali, sedangkan Amr bin Hisyam tetap teguh pada pendiriannya. Pada masa inilah Abu Sufyan dan beberapa orang dari kafilah dagang turut bergabung dengan pasukan utama.

Lalu, apa strategi pasukan Quraisy Makkah dalam perang Badar?

Melihat dari keterangan di atas, pasukan Quraisy dari Makkah tidak merencanakan suatu strategi yang matang. Meraka sepertinya tergesa-gesa dalam menyiapkan pasukan dan tidak matang dalam merencanakan strategi.

D. Pertempuran Di Lembah Badar: Strategi Jitu Pasukan Muslim

Pada tanggal 13 Maret tahun 624 M bertepatan pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah, peperangan terjadi dan tidak bisa dihindari. Ronde pertama dalam perang Badar telah dimulai.

Diawali dengan perang tanding dengan sistem one by one (berduel). Kedua belah pihak mengirimkan wakilnya untuk bertarung. Dari pihak pasukan Muslimin menurunkan Hamzah, Ali, dan Ubaidah bin Alharits. Sementara kaum Quraisy menerjunkan Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah. 

Hasil pertarungan ronde pertama dimenangkan oleh pihak Muslim. Ketiga jago pasukan Quraisy itu akhirnya tewas mengenaskan. Sementara Ubaidah mendapat luka serius dan mesti diusung ke luar medan.

Setalah perang ronde pertama usai, Perang Badar ronde kedua dilancarkan. Kedua pasukan melepaskan anak panah. Beberapa pasukan baik dari pihak Muslim maupun pihak lawan telah gugur. Akhirnya, pasukan Quraisy Makkah maju menyongsong dan menyerbu pasukan Muslim terlebih dahulu.

Pasukan Muslim masih dalam posisi dan tempat yang sama saat adu panahan. Mereka masih terus melancarkan serangan jarak jauh dengan anak panah.

Setelah pasukan Quraisy Makkah berhasil mendekati pasukan Muslim, barulah pasukan Muslim mencabut pedang mereka.

Pertempuran berkecamuk. Aneh tapi nyata. Pasukan Muslim yang jumlahnya sedikit menyongsong dan menyerbu pasukan Quraisy Makkah. Kekuatan yang jumlahnya kecil dibanding dengan pasukan lawan dapat memenangkan pertempuran tersebut.

E. Akhir dari Pertempuran

Perang yang begitu dahsyat telah usai. Pasukan Muslim kembali dengan gembira, namun mereka juga merasakan kepedihan. Empat belas pasukan Muslim telah gugur, termasuk Ubaidah bin Harits yang bertempur pada ronde pertama. Sedangkan pasukan Quraisy Makkah telah kalah dalam peperangan. 70 pasukan mereka telah gugur dalam pertempuran dan 70 pasukan ditawan oleh pihak Muslim.

E. Kesimpulan

Cerita tentang perang badar di atas merupakan cerita yang disajikan secara singkat. Masih banyak kejadian yang belum dikisahkan pada tulisan ini.

Perang Badar terjadi pada tanggal 13 Maret tahun 624 M bertepatan pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Pertempuran ini terjadi karena kaum Muhajirin ingin mengambil kembali hak mereka yaitu, harta benda yang telah dirampas oleh orang-orang Musyrikin Makkah. Pada saat itu, rombongan dagang kaum Quraisy yang dipimpin Abu Sofyan sedang dalam perjalanan pulang menuju Makkah dari Suriah. Kebetulan rute yang digunakan dekat dengan kota Madinah.

Akhirnya pasukan Muslim dihimpun untuk menyerang dan merampas harta dagang mereka. Pada saat itulah pasukan dari Makkah membantu rombongan dagang tersebut.

Pertempuran di Badar dimenangkan oleh pasukan Muslim. Strategi yang digunakan pejuang Muslim sangat jitu, sehingga dapat mengalahkan pasukan Quraisy Makkah yang besar jumlahnya.

Sejarah perang Badar ini termasuk pertempuran besar dalam sejarah Islam. Karena, jika pasukan Muslim kalah, maka Islam akan sangat sulit berkembang. 

Perang Badar: Strategi dan Jalanya Peperangan

Perang Badar - Sejarah perang Badar merupakan peristiwa yang penuh dengan keajaiban. Bayangkan, 313 tentara Muslim melawan 1.000 tentara Quraisy Makkah, tentu dilihat dari segi apapun peperangan ini tidak seimbang, baik dari segi jumlah dan peralatan perang. Dan yang lebih mengejutkan, perang badar terjadi pada taggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 13 Maret 624 M.


Perang Badar

Artinya, saat pertempuran berkecamuk di Lembah Badar, kaum Muslimin dalam kondisi berpuasa.

Sungguh ajaib, ketika pasukan Muslim kembali ke Madinah dengan membawa obor kemenangan. Senang, bahagia dan duka menyelimuti pasukan Muslim saat kembali ke Madinah. Bahagia karena telah memenangkan pertarungan dengan membawa 70 tawanan dan duka karena 14 dari mereka telah gugur.

Dinamakan perang badar karena pertempuran terjadi di lembah Badar. Pasukan Islam berjumlah 313 dengan membawa alat perang seadanya; 8 pedang, 6 baju perang, 70 unta dan 2 kuda. Pasukan Quraisy berjumlah 1.000 pasukan, dengan peralatan perang; 600 senjata lengkap, 700 ekor kuda, dan 300 ekor kuda.

Berawal dari kaum Muslimin yang tinggal di Madinah Ingin merebut kembali harta yang telah dirampas oleh Musyrikin Quraisy Makkah. Ketika itu, rombongan dagang Quraisy Makkah yang dipimpin oleh Abu Sofyan sedang dalam perjalanan dari Suriah menuju Makkah. Berita tersebut sampai kepada Nabi SAW, sehingga Beliau menyiapkan pasukan untuk menghadang dan merampas harta mereka.

Namun, sayangnya Abu Sofyan telah mengetahui rencana Nabi. Akhirnya, Abu Sofyan mengirim utusan untuk menyampaikan berita kepada Quraisy Makkah. Segeralah para Pemimpin Quraisy menghimpun pasukan untuk melawan pasukan Muslimin.

Terjadi perbedaan pendapat mengenai jumlah pasukan dalam perang badar. Ada yang berpendapat bahwa pasukan Muslim berjumlah 313 orang. Ada pula yang berpendapat bahwa pasukan Muslim berjumlah 134 pasukan. Pendapat lain mengatakan bahwa jumlah pasukan Muslim saat perang badar adalah 319 orang.
Begitu pula dengan jumlah pasukan Quraisy Makkah, terjadi perbedaan pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa pasukan Quraisy berjumlah 1.000 orang dan 1.300 pasukan adalah pendapat lain.
Perang Badar (bahasa Arab: غزوة بدر, ghazwāt badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan kaum Musrikin Quraisy sekaligus menjadi penentu dalam sejarah Islam selanjutnya. Perang yang terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah dengan jumlah dan alat perang tidak seimbang.

A. Latar Belakang Perang Badar

Hijrahnya kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah tidak membawa harta benda mereka. Harta dan benda mereka ditinggal dan dirampas oleh kaum musrikin Quraisy Makkah. Sehingga kaum Muhajirin hijrah menuju Madinah tidak mempunyai harta apapun.  Sehingga kaum Anshorlah yang menolong mereka untuk bertahan hidup.
Kaum Muhajirin adalah orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Sedangkan kaum Anshor adalah penduduk madinah yang telah menyambut dan memberikan pertolongan di Madinah.
Sebelum perang Badar berlansung, kaum Muslimin Madinah mencoba untuk mengambil kembali hak mereka. Beberapa kali penghadangan kaum Muslimin terhadap kaum Quraisy Makkah dilancarkan. Namun, belum kunjung berhasil. Kaum Muslimin menghadang kaum Quraisy Makkah ketika sedang dalam perjalanan berdagang. Karena Madinah merupakan jalur strategis yang menghubungkan jalur perdagangan antara Makkah dan Syam.

Setelah kaum Muhajirin hijrah dari Makkah ke Madinah, peperangan dalam skala kecil sering terjadi antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy Makkah. Hal ini sesebabkan oleh kaum Muslimin yang menghadang perjalanan kaum Quraisy Makkah ketika berdagang.

Ketegangan pun semakin memanas. Pada tahun 623 ketika kaum Muslim memulai beberapa serangan (sering disebut ghazawāt dalam bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak di antara rute utama perdagangan Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim berasal dari kaum Quraisy juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil harta para pedagang Quraisy Mekkah tersebut; karena sebelumnya telah menjarah harta dan rumah kaum muslimin yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan telah mengeluarkan mereka dari suku dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan.

Pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ghazawāt semakin sering dan terjadi di mana-mana. Pada bulan September 623, Nabi Muhammad memimpin sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan terhadap rombongan besar kafilah Makkah. Aksi penyerangan ini ternyata gagal.

Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah melakukan serangan balasan ke Madinah, dengan tujuan untuk mencuri ternak kaum Muslim. Pada bulan January 624, kaum Muslim menyerang kafilah dagang Mekkah di dekat daerah Nakhlah yang berjarak 40 kilometer di luar kota Mekkah. Dalam aksi penyerbuan ini, berhasil membunuh seorang penjaga. Akhirnya peristiwa ini benar-benar membangkitkan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah.

Terlebih lagi dari sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu terjadi pada bulan Rajab; bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah.

Menurut tradisi Quraisy Makkah, dalam bulan Rajab peperangan dilarang dan gencatan senjata seharusnya dijalankan. Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran Badar terjadi.

B. Hari-Hari Menjelang Perang Badar

Pada tahun 624, rombongan kafilah Quraisy Makkah yang dipimpin oleh Abu Sofyan sedang dalam perjalanan dari Suriah menuju Makkah. Kafilah tersebut melintasi jalur yang berdekatan dengan kota Madinah dan membawa harta dagangan. Penjagaan harta dagang cukup ketat dengan melibatkan 30-40 penjaga.

Rasulullah ternyata mengetahui informasi tersebut dari mata-mata yang telah ditugaskan sebelumnya. Akhirnya Nabi SAW menyiapkan lebih dari 300 pasukan untuk menyergap kafilah dagang yang dipimpin Abu Sofyan. Jumlah pasukan tersebut adalah yang paling besar dibanding jumlah pasukan yang dihimpun untuk berperang sebelumnya.

Nabi Muhammad SAW beserta pasukan pun berangkat. Beliau SAW menyertakan beberapa panglima perang di antaranya; Paman Beliau sendiri yaitu Hamzah dan calon Khalifah selanjutnya kecuali, Utsman bin 'Affan. Dikisahkan pada saat keberangkatan pasukan Muslim untuk menyergap kafilah Abu Sofyan, dia sedang menjaga istrinya yang sedang sakit.

Dalam keberangkatan menuju kafilah Abu Sofyan, kaum Muslimin membawa peralatan seadanya yaitu, 70 ekor unta, 2 ekor kuda, 6 baju perang dan 8 buah pedang.

Dari informasi tersebut berarti, pada saat itu kaum Muslimin masih dalam keadaan yang belum cukup baik. Karena pasukan Muslim membawa peralatan perang seadanya. Bayangkan dari pasukan 300 lebih hanya membawa 70 ekor unta, 8 pedang, 2 ekor kuda dan yang memakai baju perang hanya berjumlah 6 orang.

Namun sungguh sayang, ketika rombongan dagang Abu Sofyan mendekati kota Madinah, ia mengetahui rencana kaum Muslimin. Sehingga Abu Sofyan mengutus Damdam untuk segera ke Makkah dan memberitahukan rencana kaum Muslimin.

Di Makkah, Damdam yang menjadi utusan Abu Sofyan langsung memberikan kabar tersebut kepada kaum Quraisy Makkah. Pemimpin Quraisy saat mengetahui hal tersebut tanpa basa-basi langsung menyiapkan pasukan untuk membantu rombongan dagang Abu Sofyan.

Pasukan yang disiapkan oleh kaum Quraisy Makkah berjumlah lebih dari 1.000 orang dengan menggunakan peralatan 700 ekor unta, 300 ekor kuda, dan 600 persenjataan lengkap.

Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah yang turut bergabung, termasuk di antaranya Amr bin Hisyam, Walid bin Utbah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf. Alasan keikut-sertaan mereka masing-masing berbeda. Beberapa ikut karena mempunyai bagian dari barang-barang dagangan pada kafilah dagang tersebut, yang lain ikut untuk membalas dendam atas Ibnu al-Hadrami, penjaga yang tewas di Nakhlah, dan sebagian kecil ikut karena berharap untuk mendapatkan kemenangan yang mudah atas kaum Muslim.

Saat mendekati salah satu sumur di Badar. Pasukan kaum Muslimin berencara untuk meyeregap rombongan dagang Abu Sofyan di salah satu sumur yang berada di daerah badar. Sumur tersebut adalah lokasi yang biasa menjadi tempat singgah bagi para pedagang baik akan menuju maupun kembali dari Suriah.

Namun, Abu Sofyan telah merubah rute menuju Yanbu. Sebelumnya, Abu Sofyan telah mengutus mata-mata untuk mencari informasi mengenai rencana kaum Muslimin Madinah. Pengintai tersebut berhasil mengetahui keberadaan pasukan Muslim dan akhirnya Abu Sofyan merubah rute perjalanannya. Dia merubah rute yang awalnya akan menuju Badar menjadi berbelok menuju Yanbu.

C. Adu Strategi Perang Badar

Dari kedua pihak telah menyiapkan rencana yang akan diambil dalam peperangan. Pihak Muslim maupun Musrikin Quraisy Makkah telah menyusun sedemikian rupa untuk memenamgkan pertempuran ini. Pihak Muslim Madinah yang hanya berjumlah 300 lebih pasukan tentu harus menyiapkan rencana yang sangat matang. Sehingga pihak Muslim Madinah sebelum masuk di area Badar berdiskusi dan bermusyawarah. Pihak Musrikin Makkah yang jumlahnya lebih dari 1.000 pasukan seharusnya juga menyusun recana yang jitu. Namun, walaupun mereka juga menyusun rencana sertinya tidak direncanakan dengan baik.


1. Strategi Perang Badar Pasukan Muslim 

Berita keberangkatan pasukan Quraisy Makkah telah sampai kepada Muslimin Madinah. Nabi beserta shahabat yang mengetahui hal tersebut akhirnya bermusyawarah. Apakah dalam keadaan yang kalah jumlah dan peralatan perang masih tetap maju dan melawan atau mundur. Hingga akhirnya salah satu Shahabat anshor Sa'ad bin Ubadah berkata "Seandainya engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu." Mendengar perkataan tersebut, diputuskanlah untuk tetap maju dan melawan pasukan Quraisy Makkah.

Lalu apa strategi dan rencana pasukan Muslim?. Mohon dibaca sampai paragraf keempat, maka Anda akan mengerti.

Pada hari berikutnya, setelah bermusyawarah Nabi Muhammad beserta rombongan melanjutkan pergerakan ke wadi Badar dan syukur alhamdullah pasukan Muslim telah sampai sebelum pasukan Makkah. Di sinilah strategi perang di Badar direncanakan dan dilancarkan.

Di Badar terdapat beberapa sumur yang menjadi sumber air. Suhu yang panas ditengah padang pasir membuat kedua pihak sangat membutuhkan air. Ketika pasukan Muslim tiba dari arah timur, Muhammad pertama-tama memilih dan menempatkan pasukannya pada sumur pertama yang dicapainya.

Tetapi, ia kemudian tampaknya berhasil diyakinkan oleh salah seorang pejuangnya, untuk memindahkan pasukan ke arah barat dan menduduki sumur yang terdekat dengan posisi pasukan Quraisy. Muhammad kemudian memerintahkan agar sumur-sumur yang lain ditimbuni, sehingga pasukan Mekkah terpaksa harus berperang melawan pasukan Muslim untuk dapat memperoleh satu-satunya sumber air yang tersisa.

Jadi strategi yang dilancarkan oleh pasukan Muslim adalah, membuat pasukan Quraisy Makkah tidak mendapatkan tempat sumber air, sehingga pasukan Quraisy Makkah nantinya, ketika bertempur dalam keadaan kekurangan air.
kesimpulan perang badar


2. Strategi Perang Badar Pasukan Quraisy Makkah

Pasukan Quraisy Makkah telah tiba di perbatasan Badar. Mereka tidak membawa istri dan anak-anak mereka, serta tidak meminta bantuan suku-suku Badui di Hijaz yang menjadi sekutu mereka. Padahal dan pada umumnya, dalam tradisi Arab biasanya mereka membawa serta istri dan anak-anaknya ketika akan bertempur. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi dan merawat mereka selama dalam masa pertempuran.

Melihat hal tersebut, sepertinya pasukan Quraisy Makkah kekurangan waktu untuk mempersiapkan penyerangan tersebut, karena tergesa-gesa untuk melindungi kafilah dagang mereka.

Rombongan dagang Abu Sofyan telah berhasil menghindari pasukan Muslim. Berita ini telah sampai kepada pasukan Quraisy Makkah ketika berada di Juhfah, sedikit di arah selatan Badar. Keberadaan rombongan dagang Abu Sofyan telah aman dan berada di belakang pasukan musrikin Quraisy, sehingga dapat kembali ke Makkah.

Menurut seorang peneliti yang bernama Karen Armstron,  telah terjadi perdebatan di antara pemimpin suku pasukan Makkah. Pada saat berita tersebut sampai, Amr bin Hisyam ingin melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, beberapa suku termasuk yang dipimpin Bani Zuhra dan Bani 'adi ingin segera kembali ke Makkah.

Akhirnya beberapa suku pasukan Makkah kembali, sedangkan Amr bin Hisyam tetap teguh pada pendiriannya. Pada masa inilah Abu Sufyan dan beberapa orang dari kafilah dagang turut bergabung dengan pasukan utama.

Lalu, apa strategi pasukan Quraisy Makkah dalam perang Badar?

Melihat dari keterangan di atas, pasukan Quraisy dari Makkah tidak merencanakan suatu strategi yang matang. Meraka sepertinya tergesa-gesa dalam menyiapkan pasukan dan tidak matang dalam merencanakan strategi.

D. Pertempuran Di Lembah Badar: Strategi Jitu Pasukan Muslim

Pada tanggal 13 Maret tahun 624 M bertepatan pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah, peperangan terjadi dan tidak bisa dihindari. Ronde pertama dalam perang Badar telah dimulai.

Diawali dengan perang tanding dengan sistem one by one (berduel). Kedua belah pihak mengirimkan wakilnya untuk bertarung. Dari pihak pasukan Muslimin menurunkan Hamzah, Ali, dan Ubaidah bin Alharits. Sementara kaum Quraisy menerjunkan Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah. 

Hasil pertarungan ronde pertama dimenangkan oleh pihak Muslim. Ketiga jago pasukan Quraisy itu akhirnya tewas mengenaskan. Sementara Ubaidah mendapat luka serius dan mesti diusung ke luar medan.

Setalah perang ronde pertama usai, Perang Badar ronde kedua dilancarkan. Kedua pasukan melepaskan anak panah. Beberapa pasukan baik dari pihak Muslim maupun pihak lawan telah gugur. Akhirnya, pasukan Quraisy Makkah maju menyongsong dan menyerbu pasukan Muslim terlebih dahulu.

Pasukan Muslim masih dalam posisi dan tempat yang sama saat adu panahan. Mereka masih terus melancarkan serangan jarak jauh dengan anak panah.

Setelah pasukan Quraisy Makkah berhasil mendekati pasukan Muslim, barulah pasukan Muslim mencabut pedang mereka.

Pertempuran berkecamuk. Aneh tapi nyata. Pasukan Muslim yang jumlahnya sedikit menyongsong dan menyerbu pasukan Quraisy Makkah. Kekuatan yang jumlahnya kecil dibanding dengan pasukan lawan dapat memenangkan pertempuran tersebut.

E. Akhir dari Pertempuran

Perang yang begitu dahsyat telah usai. Pasukan Muslim kembali dengan gembira, namun mereka juga merasakan kepedihan. Empat belas pasukan Muslim telah gugur, termasuk Ubaidah bin Harits yang bertempur pada ronde pertama. Sedangkan pasukan Quraisy Makkah telah kalah dalam peperangan. 70 pasukan mereka telah gugur dalam pertempuran dan 70 pasukan ditawan oleh pihak Muslim.

E. Kesimpulan

Cerita tentang perang badar di atas merupakan cerita yang disajikan secara singkat. Masih banyak kejadian yang belum dikisahkan pada tulisan ini.

Perang Badar terjadi pada tanggal 13 Maret tahun 624 M bertepatan pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Pertempuran ini terjadi karena kaum Muhajirin ingin mengambil kembali hak mereka yaitu, harta benda yang telah dirampas oleh orang-orang Musyrikin Makkah. Pada saat itu, rombongan dagang kaum Quraisy yang dipimpin Abu Sofyan sedang dalam perjalanan pulang menuju Makkah dari Suriah. Kebetulan rute yang digunakan dekat dengan kota Madinah.

Akhirnya pasukan Muslim dihimpun untuk menyerang dan merampas harta dagang mereka. Pada saat itulah pasukan dari Makkah membantu rombongan dagang tersebut.

Pertempuran di Badar dimenangkan oleh pasukan Muslim. Strategi yang digunakan pejuang Muslim sangat jitu, sehingga dapat mengalahkan pasukan Quraisy Makkah yang besar jumlahnya.

Sejarah perang Badar ini termasuk pertempuran besar dalam sejarah Islam. Karena, jika pasukan Muslim kalah, maka Islam akan sangat sulit berkembang. 

Subscribe Our Newsletter