Biografi Lengkap Ir. Soekarno - Biografi Ir. Soekarno Lengkap Dari Lahir, Masa Kecil, Riwayat Pendidikan, Masa Perjuangan, Kepresidenan, Silsilah Ir. Soekarno, sampai Akhir Hayat Ir. Soekarno, akan Kami sajikan untuk Anda yang ingin mengenal atau ingin mengetahui lebih jauh tentang Pahlawan Proklamasi Republik Indonesia. Dalam perjuangannya, Ir. Soekarno mengalami berbagai cobaan yang amat luar biasa. Namun walaupun demikian, Ir. Soekarno tetap berjuang demi Indonesia.
Banyak jasa yang sudah Beliau berikan kepada Negara Indonesia. Di antara yang paling fenomenal adalah pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus, 1945. Ir Soekarno juga pernah mendapatkan berbagai penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Ir. Soekarno juga pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada Saat itulah puncak dari karier perjuangannya. Langsung saja, inilah biografi lengkap Ir. Soekarno:
Nama Lengkap:
Penghargaan yang telah diraih oleh Ir. Soekarno sangat banyak. Bahkan Ir. Soekarno juga cukup terkenal di kancah dunia pada waktu itu. Sepak terjang yang diraih dalam memperoleh beberapa penghargaan sebagai Doctor Honoris Causa adalah sebagai berikut:
1. Luar Negeri
Ir Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, tepatnya di Jalan Peneleh Gang Andean IV No. 40, Kelurahan Peneleh, kecamatan Genteng. Ketika lahir, Ir. Soekarno diberi nama Koesno (dibaca Kusno) oleh orang tuanya. Kemudian nama Koesno (Kusno) diganti oleh ayahnya menjadi Soekarno (Sukarno) pada saat beliau umur 11 tahun. Pergantian nama itu karena Soekarno sering sakit, sehingga ayahnya mengganti namanya. Memang pada jaman dahulu dikalangan orang Jawa terdapat mitos, bahwa jika seseorang yang masih kecil sering sakit, maka obatnya adalah diganti namanya.
Di Mojokerto Soekarno kecil melanjutkan pendidikannya di tempat ayahnya bekerja sebagai guru. Sebelum tamat dari sekolah di tempat ayahnya bekerja, Soekarno kecil pindah ke sekolah lain di Mojokerto. Kepindahan Soekarno kecil di lembaga pendidikan lain karena agar nantinya dapat masuk di sekolah Hogere Burger School (HBS).
Pada tahun 1915, Soekarno telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di ELS dengan baik, dan meneruskan pendidikannya di HBS Surabaya. Kabarnya Soekarno dapat diterima di HBS dengan bantuan teman Ayahnya yang bernama Haji Oemar Said Tjokroaminito (dibaca Haji Umar Said Cokroaminoto). Tidak sampai di situ saja, H.O.S. Tjokroaminito juga menyediakan tempat tinggal untuk Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya inilah cikal bakal Ir. Soekarno berkancah di dunia politik. Karena di Surabaya Soekarno sering bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam (organisasi yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminito). Para pemimpin Sarekat Islam yang sering bertemu dengan Soekarno antara lain, Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.
Pada bulan Juli 1921, Soekarno melanjutkan pendidikannya di Tchnische Hooge School te Bandoeng yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Di Hooge School te Bandoeng Soekarno mengambil jurusan teknik sipil. Beliau (Soekarno) melanjutkan di Hooge School te Bandoeng bersama teman satu angkatan saat di HBS yang bernama Djoko Asmo (dibaca Joko Asmo). Namun setelah 2 bulan di Hooge School te Bandoeng Soekarno meninggalkan kuliahnya.
Pada tahun 1922 Soekarno mendaftar kembali di Hooge School te Bandoeng dan tamat pada pada tahun 1926. Soekarno dinyatakan lulus dari Hooge School te Bandoeng pada 25 Mei 1926 dan menyandang gelar sebagai Insinyur. Pada 3 Juli 1926 Ir. Soekarno diwisuda bersama dengan belasan Insinyur lainya. Tiga orang di antaranya adalah orang Jawa yaitu, Soekarno, Anwari, dan Soetedjo (Sutejo).
Dari kisah singkat riwayat pendidikan Ir. Soekarno tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa;
Ketika Ir. Soekarno menjabat sebagai Presiden RI, ada beberapa karya arsitektur yang mempengaruhi atau dicetuskan oleh Ir. Soekarno. Apalagi ketika perjalanannya ke negara-negara lain di Amerika Serikat, Jerman Barat, Kanada, Italia, dan Swiss Ir. Soekarno mendapat inspirasi untuk menata Indonesia. Perjalanan di berbagai negara itu pada Mei sampai Juli 1956.
Ir. Soekarno membidik Jakarta sebagai pusat kegiatan berskala Internasional yang diadakan di kota itu. Selain itu, Ir. Soekarno juga membidik Jakarta sebagai pusat pemerintahan pada masa yang akan datang. Beberapa karya yang dipengaruhi Ir. Soekarno atau atas perintah dan koordinasi beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M Soedarsono dan dibantu oleh beberapa arsitek junior lainya untuk visualisasi.
Adapun beberapa desain arsitek yang dibuat melalui sayembara untuk membangun kota Jakarta adalah sebagai berikur:
1. Ir. Soekarno di Bidang Politik
Sebelum menamatkan pendidikannya Ir. Soekarno sudah menjadi anggota organisasi Jong Java cabang Surabaya pada 1915. Dalam rapat pleno tahunan organisasi Jong Java Ir. Soekarno menggemparkan sidang tersebut. Karena pada saat sidang, Ir. Soekarno berpidato menggunakan bahasa jawa ngoko (kasar). Setelah sebulan kemudian, Ir. Soekarno menganjurkan agar surat kabar yang di terbitkan Jong Java tidak menggunakan bahasa Belanda, akan tetapi menggunakan bahasa melayu saja.
Di Bandung, Ir Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) pada tahun 1926. Organisasi ASC merupakan organisasi yang terinspirasi dari Indonesische Studie Club (ISC) oleh Dr. Soetomo (Sutomo). Organisasi ASC merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI).
Pada tahun 1927, Partai Nasional Indonesia PNI didirikan. Sepak terjang Ir. Soekarno di PNI membuatnya di tangkap oleh Belanda. Pada 29 Desember 1929 di Yogyakarta, Ir. Soekarno ditangkap oleh Belanda. Ir. Soekarno dijebloskan di Penjara Banceuy oleh Belanda pada keesokan harinya di Bandung. Pada tahun 1930, Ir. Soekarno dipindahkan ke Sukamiskin (Bandung). Pada 18 Desember 1930, Ir. Soekarno membacakan pledoinya yang fenomenal di Pengadilan Landraad Bandung. Pledoi Ir. Soekarno yang fenomenal itu adalah “Indonesia Menggugat”. Pada tanggal 31 Desember 1930 Ir. Soekarno dibebaskan.
Setelah dibebaskan dari tangkapan Belanda, pada Juli 1932 Ir. Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan pecahan dari Partai Nasional Indonesia PNI. Pada bulan Agustus 1933, Ir. Soekarno kembali ditangkap dan di asingkan ke Flores. Di sinilah Ir. Soekarno hampir dilupakan oleh para Tokoh Nasional. Namun, walaupun dengan keadaan yang demikian, Ir. Soekarno tetap semangat pantang menyerah.
Pada tahun 1938 sampai tahun 1942, Ir. Soekarno diasingkan di Bengkulu, hingga pada masa penjajahan Jepang Ir. Soekarno dibebaskan pada tahun 1942.
2. Ir. Soekarno Pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada awalnya penjajah Jepang tidak memperhatikan pergerakan tokoh-tokoh Indonesia. Hal ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang begitu kurang populer. Namun, pada akhirnya penjajah Jepang mulai dan memperhatikan pergerakan mereka. Bukan hanya memperhatikan pergerakan mereka, penjajah Jepang juga memanfaatkan para tokoh Indonesia untuk menarik hati penduduk Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain.
Dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansyur disebut-sebut dan begitu aktif. Akhirnya tokoh-tokoh Indonesia bekerja sama dengan penjajah Jepang yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Dalam perjuangannya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, cara bergabung dengan penjajah Jepang ada yang tidak setuju. Karena penjajah Jepang dianggap fasis berbahaya oleh Sutan Syahrir, dan Amir Sjarifuddin.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia. Tiga tokoh Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Muhammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo datang ke Jepang untuk memenuhi undangan itu. Pada saat di Jepang, mereka disambut langsung oleh Kaisar Hirohito. Dalam pertemuanya, Kaisar Hirohito memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada mereka bertiga. Peristiwa pemberian Bintang Kekaisaran kepada mereka bertiga membuat Pemerintah Penduduk Jepang (penjajah Jepang di Indonesia) terkejut. Karena ketiga tokoh itu berarti dianggap keluarga Kaisar Jepang.
Terdapat tuduhan oleh Belanda kepada Ir. Soekarno bahwa, keterlibatan beliau dalam organisasi bentukan Jepang merupakan kerja sama untuk Jepang khususnya dalam kasus romusa (kerja paksa jepang kepada rakyat Indonesia).
3. Ir. Soekarno Menjelang Kemerdekaan Republik Indonesia
Bersama dengan tokoh Nasional lainya, Ir. Soekarno mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam persiapan itu, Ir. Soekarno bersama tokoh lainya membentuk Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia kecil yang terdiri dari 8 orang (resmi), Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta, dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada bulan 12 Agustus 1945 Ir. Soekarno bersama Hatta dan Radjiman menemui pimpinan Angkatan Darat Wilayah Asia Tenggara di Dalat, Vietnam. Nama pimpinan Akatan Darat tersebut adalah Marsekal Terauchi. Pimpinan Angkatan Darat itu mengatakan kepada mereka bahwa Jepang akan segera memberikan kemerdekaan Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.
Dua hari kemudian, saat Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air. Sultan Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, namun ditolak. Pada 14 Agustus 1945, Jepang telah resmi menyerah pada Sekutu.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, tokoh Pemuda Republik Indonesia membujuk agar Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke asrama pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk mereka antara lain Soekarni, Wikana, Shodanco Singgih, dan Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun, tuntutan itu tidak disetujui oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Yang perlu diperhatikan bahwa, pada saat menjelang kemerdekaan, rakyat Indonesia terbagi menjadi dua golongan. Pertama golongan muda dan yang lainya adalah golongan tua.
Terdapat perbedaan pendapat di antara dua golongan tersebut. Untuk golongan muda menginginkan proklamasi kemerdekaan Indonesia agar dilaksanakan dengan segera. Sedangkan golongan tua tidak mau terburu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 02.00-04.00 dini hari, golongan muda dan golongan tua berunding untuk menyusun teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Perundingan tersebut di tempat Laksamana Tadashi Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1. Para penyusun teks Proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri.
Pada pagi harinya tanggal 17 Agustus 1945, telah hadir antara lain Soewirjo (Suwiryo), Wilopo, Gafar Pringgodigdo, dll, di kediaman Ir. Soekarno, tepatnya di jalan Pegangsaan Timur No. 56, di Jakarta.
Pada pukul 10.00 Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disambung dengan pidato tanpa teks. Setelah itu, Bendera Merah putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan.
Banyak peristiwa-peristiwa dan hal-hal penting pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, di antaranya akan kami tulis dengan singkat. Peristiwa dan hal penting itu adalah:
Pada tanggal 10 Januari 1967 Ir. Soekarno membawakan pidato yang berjudul Nawaksara pada sidang MPRS atas sikapnya terhadap peristiwa G30-SPKI. Namun, kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari 1967. Hingga Akhirnya pada tanggal 20 Februari 1967 Ir. Soekarno menandatangani Surat Pernyataan penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan menandatangani surat pernyataan itu maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.
Pada hari Sabtu, 20 Juni 1970, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSAD) Gatot Subroto, keadaan Ir. Soekarno semakin semakin memburuk dan kesadarannya berangsur-angsur menurun. Pada hari Minggu, 21 Juni 1970 Pukul 03.30 Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar. Pada 21 Juni 1970 pukul 07.00 Ir. Soekarno wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSAD) Gatot Subroto, Jakarta.
Ir. Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu tulis Bogor, Namun Presiden Soeharto memerintahkan agar Jenazah Ir. Soekarno dimakamkan di Kota Blitar, Jawa Timur. Jenazah Ir. Soekarno dibawa ke Blitar satu hari setelah wafatnya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.
Hanya gambar sisilah Ir. Soekarno saja yang dapat penulis sampaikan, karena penulis masih belum menemukan referensinya. Penulis juga masih belum paham perihal silsilah keluarga. Jika penulis paksa untuk menjelaskannya, nantinya malah terjadi kesalahan dalam menjelaskan sejarah, terutama silsilah keluarga Ir. Soekarno.
Ir. Soekarno juga sebagai sosok yang mementingkan pendidikannya. Pada masa di mana rakyat Indonesia sulit untuk mengenyam pendidikan, bahkan lembaga pendidikan juga masih jarang, Ir. Soekarno tetap berjuang untuk belajar dan mendapatkan pendidikan yang layak. Pada masa kepemimpinannya, Ir. Soekarno juga mengalami berbagai rintangan bahkan sempat ditahan oleh Belanda. Namun, semangat Ir. Soekarno demi Tanah Air Indonesia tidaklah pupus begitu saja.
Untuk gelar penghargaan sebagai Doctor Honoris Causa penulis ambil dari wikipedia Demikian sejarah singkat mengenai Biografi Ir. Soekarno Lengkap dari Lahir Hingga Wafat. Semoga bermanfaat bagi Anda.
Biografi Lengkap Pangeran Diponegoro
Pengertian Serta Contoh Periodisasi dan Kronologi Dalam Sejarah
Banyak jasa yang sudah Beliau berikan kepada Negara Indonesia. Di antara yang paling fenomenal adalah pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus, 1945. Ir Soekarno juga pernah mendapatkan berbagai penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Ir. Soekarno juga pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada Saat itulah puncak dari karier perjuangannya. Langsung saja, inilah biografi lengkap Ir. Soekarno:
A. Biodata Singkat Ir. Soekarno
Sebelum lebih jauh mengenal Ir. Soekarno Melalui Biografinya, alangkah baiknya jika kita mengetahui biodata Ir. Soekarno terlebih dahulu. Dengan begitu akan lebih mudah mempelajari biografi lengkap Ir. Soekarno. Karena dalam kehidupan sehari-hari kita berkenalan dengan seseorang biasanya bertanya mengenai nama, alamat, dan lain-lain.Nama Lengkap:
- Ir., H. Soekarno ("Soekarno" dibaca "Sukarno")
- Bung Karno / Pak Karno
- Koesno Sosrodihardjo ("Koesno Sosrodihardjo" dibaca "Kusno Sosrodiharjo")
- Pahlawan Nasional dan Pahlawan Proklamasi
- Surabaya, 06 Juni 1901
- Pada Usia 69 Tahun di Jakarta, 21 Juni 1970
- Blitar, Jawa Timur
- Islam
- Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta (sekarang Jalan Pegangsaan Timur berganti nama menjadi Jalan Proklamasi).
- Presiden pertama RI dari 1945-1966
- Di Tulung Agung (tidak diketahui nama lembaga sekolanhnya)
- Sekolah Dasar di Eerste Inlande School (EIS), Mojokerto
- Sekolah Dasar di Europeesche Lagere (ELS), Mojokerto (1911)
- Hoogere Burger School (HBS), Surabaya, (1911-1915)
- Technische Hoge School, Bandung (1920)
- Sebagai Insinyur dan Politikus
- Ayah: Soekemi Sosrodihardjo
- Ibu: Ida Ayu Nyoman Rai
- Oentari (1921-1923)
- Inggit Garnasih (1923-1943)
- Fatmawati (1943-1956)
- Hartini (1952-1970)
- Kartini Monoppo (1959-1968)
- Ratna Sari Dewi (1962-1670)
- Haryati (1963-1966)
- Yurike Sanger (1964-1968)
- Heldi Djafar (1966-1969)
- Putri: Megawati Soekarnoputri, Kartika Sari Dewi Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Ayu Gembirowati, Rukmini Soekarnoputri.
- Putra: Guruh Soekarnoputra, Guntur Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Totok Suryawan.
- Mendapat gelar Sebagai Doctor Honoris Causa di 26 Universitas baik dalam dan luar negeri
Penghargaan yang telah diraih oleh Ir. Soekarno sangat banyak. Bahkan Ir. Soekarno juga cukup terkenal di kancah dunia pada waktu itu. Sepak terjang yang diraih dalam memperoleh beberapa penghargaan sebagai Doctor Honoris Causa adalah sebagai berikut:
1. Luar Negeri
- 10 Januari 1951, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Far Eastern Univercity, Manila, Filipina
- 24 Mei 1956, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law), Columbia Univercity, New York, Amerika Serikat
- 27 Mei 1956, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Michigan Univercity, Amerika Serikat
- 8 Juni 1956, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di McGill Univercity, Montreal, Kanada
- 23 Juni 1956, Doctor Honoris Causa Ilmu Teknik (Doctor of Technical Sciene) di Berlin Univercity, Jerman Barat
- 11 September 1956, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Lomonosov Univercity, Moskow, Rusia
- 13 September 1956, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Beograd Univercity, Belgrado, Yugoslavia
- 23 September 1956 Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Karlova Univercity, Paraha, Cekoslovakia
- 27 April 1959, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Istanbul Univercity, Istanbul, Turki
- 30 April 1959, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Warsaw Univercity, Warsawa, Polandia
- 20 Mei 1959, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Brazil Univercity, Rio de Janeiro, Brazil
- 11 April 1960, Doctor Honoris Causa Ilmu Politik (Doctor of Politikal Science) Sofia Univercity, Sofia, Bugaria
- 13 April 1960, Doctor Honoris Causa Ilmu Politik (Doctor of Political Science) di Bucharest Univercity, Budapest, Hungaria
- 17 April 1960, Doctor Honoris Causa Ilmu Mesin (Doctor of Engineering) di Bucharest Univercity, Budapest, Hungaria
- 24 April 1960, Doctor Honoris Honoris Ilmu Falsafah (Doctor of Philosophy) di Al-Azhar Univercity, Kairo, Mesir
- 5 mei 1960, Doctor Honoris Causa Ilmu Sosial dan Politik (Doctor of Social and Politics) di La Paz Univercity, La Paz, Bolivia
- 14 Januari 1964, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum dan Politik (Doctor Of Law and Politics) di Royal Khmere Univercity, Phnom Penh, Kamboja
- 2 Agustus 1964, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum (Doctor of Law) di Univercity of the Philippines, Manila, Filipina
- 3 November 1964, Doctor Honoris Causa Ilmu Pengetahuan Politik, Universitas Pyongyang, Korea Utara
- 19 September 1951, Doctor Honoris Causa Ilmu Hukum di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia
- 13 September 1962, Doctor Honoris Causa Ilmu Taknik (Doctor of Technical Science) di Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
- 2 Desember 1964, Doctor Honoris Causa ilmu Ushuluddin Jurusan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri, Jakarta, Indosesia
- 23 Desember 1964, Doctor Honoris Causa Ilmu Sejarah, Universitas Pajajaran, Bandung, Indonesia
- 3 Agustus 1964, Doctor Honoris Causa Falsafah Ilmu Tauhid, Universitas Muhammadiyah, Jakarta, Indonesia
B. Kelahiran Ir. Soekarno
Ir. Soekarno lahir dari rahim seseorang ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai, sedangkan ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Ayah dan Ibu Ir. Soekarno bertemu di Bali. Pada saat itu Raden Soekemi Sosrodihardjo menjadi seorang guru di pulau Bali, sedangkan Ibu beliau yaitu, Ida Ayu Nyoman Rai adalah seorang putri bangsawan di Bali.Ir Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, tepatnya di Jalan Peneleh Gang Andean IV No. 40, Kelurahan Peneleh, kecamatan Genteng. Ketika lahir, Ir. Soekarno diberi nama Koesno (dibaca Kusno) oleh orang tuanya. Kemudian nama Koesno (Kusno) diganti oleh ayahnya menjadi Soekarno (Sukarno) pada saat beliau umur 11 tahun. Pergantian nama itu karena Soekarno sering sakit, sehingga ayahnya mengganti namanya. Memang pada jaman dahulu dikalangan orang Jawa terdapat mitos, bahwa jika seseorang yang masih kecil sering sakit, maka obatnya adalah diganti namanya.
Catatan:
Pada saat Ir. Soekarno menjadi presiden RI, beliau mengganti ejaan namanya sendiri menjadi “Sukarno”. Menurutnya nama “Soekarno” adalah ejaan penjajah Belanda. Namun ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya, karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berusia 50 tahun.
C. Ir. Soekarno Pada Masa Kecil/Muda
Masa kecil Ir. Soekarno hanya beberapa tahun hidup di Blitar bersama orang tuanya, hingga akhirnya pindah di Tulung Agung Jawa Timur bersama kakeknya Raden Hardjokromo. Di tempat kakeknya, Soekarno kecil sempat bersekolah walaupun tidak sampai tamat. Soekarno kecil tidak tamat sekolah di daerah Tulung Agung karena ikut dengan orang tuanya yang pindah di Mojokerto.Di Mojokerto Soekarno kecil melanjutkan pendidikannya di tempat ayahnya bekerja sebagai guru. Sebelum tamat dari sekolah di tempat ayahnya bekerja, Soekarno kecil pindah ke sekolah lain di Mojokerto. Kepindahan Soekarno kecil di lembaga pendidikan lain karena agar nantinya dapat masuk di sekolah Hogere Burger School (HBS).
D. Riwayat Pendidikan Ir. Soekarno
Ir. Soekarno pertama kali mengenyam pendidikan di Tulung Agung sampai akhirnya beliau pindah ke Mojokerto. Kepindahannya ke Mojokerto disebabkan oleh ayahnya yang pindah tugas sebagai guru. Di Mojokerto ayah Soekarno bekerja di Eerste Inlandse School, begitu pula Soekarno juga bersekolah di Eerste Inlandse School. Pada tahun 1911, Soekarno pindah sekolah dari Eerste Inlandse School ke Europeesche Lagere School (ELS). Kepindahannya tersebut agar nantinya dapat dengan mudah masuk atau diterima di sekolah Hogere Burger School (HBS) Surabaya.Pada tahun 1915, Soekarno telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di ELS dengan baik, dan meneruskan pendidikannya di HBS Surabaya. Kabarnya Soekarno dapat diterima di HBS dengan bantuan teman Ayahnya yang bernama Haji Oemar Said Tjokroaminito (dibaca Haji Umar Said Cokroaminoto). Tidak sampai di situ saja, H.O.S. Tjokroaminito juga menyediakan tempat tinggal untuk Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya inilah cikal bakal Ir. Soekarno berkancah di dunia politik. Karena di Surabaya Soekarno sering bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam (organisasi yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminito). Para pemimpin Sarekat Islam yang sering bertemu dengan Soekarno antara lain, Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.
Pada bulan Juli 1921, Soekarno melanjutkan pendidikannya di Tchnische Hooge School te Bandoeng yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Di Hooge School te Bandoeng Soekarno mengambil jurusan teknik sipil. Beliau (Soekarno) melanjutkan di Hooge School te Bandoeng bersama teman satu angkatan saat di HBS yang bernama Djoko Asmo (dibaca Joko Asmo). Namun setelah 2 bulan di Hooge School te Bandoeng Soekarno meninggalkan kuliahnya.
Pada tahun 1922 Soekarno mendaftar kembali di Hooge School te Bandoeng dan tamat pada pada tahun 1926. Soekarno dinyatakan lulus dari Hooge School te Bandoeng pada 25 Mei 1926 dan menyandang gelar sebagai Insinyur. Pada 3 Juli 1926 Ir. Soekarno diwisuda bersama dengan belasan Insinyur lainya. Tiga orang di antaranya adalah orang Jawa yaitu, Soekarno, Anwari, dan Soetedjo (Sutejo).
Dari kisah singkat riwayat pendidikan Ir. Soekarno tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa;
- Ir. Soekarno menjalani pendidikannya di 5 sekolah yaitu, di Tulung Agung (tidak diketahui nama lembaga pendidikanya), Eerste Inlandse School Mojokerto, Europeesche Lagere School (ELS) Mojokerto, Hogere Burger School (HBS) Surabaya, dan di Tchnische Hooge School te Bandoeng yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
- Ir. Soekarno sempat berpindah tempat pendidikan dari Tulung Agung ke Mojokerto (Eerste Inlandse School). Setelah dari Eerste Inlandse School pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) Mojokerto. Menurut penulis berarti Soekarno sempat berpindah sekolah dasar sebanyak 2 kali.
- Ir. Soekarno kuliah di Tchnische Hooge School te Bandoeng yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Walaupun sempat putus kuliah, Ir. Soekarno kembali mendaftar di Tchnische Hooge School te Bandoeng dan lulus sebagai Insinyur.
Catatan:
Tempat pendidikan di Tulung Agung, Eerste Inlandse School Mojokerto, Europeesche Lagere School (ELS) Mojokerto, menurut penulis adalah Sekolah Dasar.
E. Ir. Soekarno Adalah Seorang Arsitek Yang Handal
Setelah lulus dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang menjadi ITB) tepatnya pada tahu 1926, Ir. Soekarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari (teman wisudanya). Pada saaat itu, Ir. Soekarno bersama temanya banyak mengerjakan rancangan bangunan. Kemudian bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainya. Ketika dibuang di Bengkulu Ir. Soekarno juga sempat merancang beberapa rumah dan merenovasi masjid Jami’ di tengah kota.Ketika Ir. Soekarno menjabat sebagai Presiden RI, ada beberapa karya arsitektur yang mempengaruhi atau dicetuskan oleh Ir. Soekarno. Apalagi ketika perjalanannya ke negara-negara lain di Amerika Serikat, Jerman Barat, Kanada, Italia, dan Swiss Ir. Soekarno mendapat inspirasi untuk menata Indonesia. Perjalanan di berbagai negara itu pada Mei sampai Juli 1956.
Ir. Soekarno membidik Jakarta sebagai pusat kegiatan berskala Internasional yang diadakan di kota itu. Selain itu, Ir. Soekarno juga membidik Jakarta sebagai pusat pemerintahan pada masa yang akan datang. Beberapa karya yang dipengaruhi Ir. Soekarno atau atas perintah dan koordinasi beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M Soedarsono dan dibantu oleh beberapa arsitek junior lainya untuk visualisasi.
Adapun beberapa desain arsitek yang dibuat melalui sayembara untuk membangun kota Jakarta adalah sebagai berikur:
- Masjid Istiqlal
- Monumen Nasional (Monas)
- Gedung Conefo
- Gedung Sarinah
- Wisma Nusantara
- Dll.
F. Sepak Terjang Perjuangan Ir. Soekarno
Dalam kehidupannya, Ir. Soekarno memiliki dua profesi yang sangat ia geluti, yaitu sebagai politikus dan seorang arsitek (Insinyur). Maka dari itu, pada bab (Sepak Terjang Ir. Soekarno) membahas tentang kiprah beliau di kancah politik maupun di bidang arsiteknya.1. Ir. Soekarno di Bidang Politik
Sebelum menamatkan pendidikannya Ir. Soekarno sudah menjadi anggota organisasi Jong Java cabang Surabaya pada 1915. Dalam rapat pleno tahunan organisasi Jong Java Ir. Soekarno menggemparkan sidang tersebut. Karena pada saat sidang, Ir. Soekarno berpidato menggunakan bahasa jawa ngoko (kasar). Setelah sebulan kemudian, Ir. Soekarno menganjurkan agar surat kabar yang di terbitkan Jong Java tidak menggunakan bahasa Belanda, akan tetapi menggunakan bahasa melayu saja.
Di Bandung, Ir Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) pada tahun 1926. Organisasi ASC merupakan organisasi yang terinspirasi dari Indonesische Studie Club (ISC) oleh Dr. Soetomo (Sutomo). Organisasi ASC merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI).
Pada tahun 1927, Partai Nasional Indonesia PNI didirikan. Sepak terjang Ir. Soekarno di PNI membuatnya di tangkap oleh Belanda. Pada 29 Desember 1929 di Yogyakarta, Ir. Soekarno ditangkap oleh Belanda. Ir. Soekarno dijebloskan di Penjara Banceuy oleh Belanda pada keesokan harinya di Bandung. Pada tahun 1930, Ir. Soekarno dipindahkan ke Sukamiskin (Bandung). Pada 18 Desember 1930, Ir. Soekarno membacakan pledoinya yang fenomenal di Pengadilan Landraad Bandung. Pledoi Ir. Soekarno yang fenomenal itu adalah “Indonesia Menggugat”. Pada tanggal 31 Desember 1930 Ir. Soekarno dibebaskan.
Setelah dibebaskan dari tangkapan Belanda, pada Juli 1932 Ir. Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan pecahan dari Partai Nasional Indonesia PNI. Pada bulan Agustus 1933, Ir. Soekarno kembali ditangkap dan di asingkan ke Flores. Di sinilah Ir. Soekarno hampir dilupakan oleh para Tokoh Nasional. Namun, walaupun dengan keadaan yang demikian, Ir. Soekarno tetap semangat pantang menyerah.
Pada tahun 1938 sampai tahun 1942, Ir. Soekarno diasingkan di Bengkulu, hingga pada masa penjajahan Jepang Ir. Soekarno dibebaskan pada tahun 1942.
2. Ir. Soekarno Pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada awalnya penjajah Jepang tidak memperhatikan pergerakan tokoh-tokoh Indonesia. Hal ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang begitu kurang populer. Namun, pada akhirnya penjajah Jepang mulai dan memperhatikan pergerakan mereka. Bukan hanya memperhatikan pergerakan mereka, penjajah Jepang juga memanfaatkan para tokoh Indonesia untuk menarik hati penduduk Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain.
Dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansyur disebut-sebut dan begitu aktif. Akhirnya tokoh-tokoh Indonesia bekerja sama dengan penjajah Jepang yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Dalam perjuangannya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, cara bergabung dengan penjajah Jepang ada yang tidak setuju. Karena penjajah Jepang dianggap fasis berbahaya oleh Sutan Syahrir, dan Amir Sjarifuddin.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia. Tiga tokoh Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Muhammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo datang ke Jepang untuk memenuhi undangan itu. Pada saat di Jepang, mereka disambut langsung oleh Kaisar Hirohito. Dalam pertemuanya, Kaisar Hirohito memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada mereka bertiga. Peristiwa pemberian Bintang Kekaisaran kepada mereka bertiga membuat Pemerintah Penduduk Jepang (penjajah Jepang di Indonesia) terkejut. Karena ketiga tokoh itu berarti dianggap keluarga Kaisar Jepang.
Terdapat tuduhan oleh Belanda kepada Ir. Soekarno bahwa, keterlibatan beliau dalam organisasi bentukan Jepang merupakan kerja sama untuk Jepang khususnya dalam kasus romusa (kerja paksa jepang kepada rakyat Indonesia).
3. Ir. Soekarno Menjelang Kemerdekaan Republik Indonesia
Bersama dengan tokoh Nasional lainya, Ir. Soekarno mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam persiapan itu, Ir. Soekarno bersama tokoh lainya membentuk Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia kecil yang terdiri dari 8 orang (resmi), Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta, dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada bulan 12 Agustus 1945 Ir. Soekarno bersama Hatta dan Radjiman menemui pimpinan Angkatan Darat Wilayah Asia Tenggara di Dalat, Vietnam. Nama pimpinan Akatan Darat tersebut adalah Marsekal Terauchi. Pimpinan Angkatan Darat itu mengatakan kepada mereka bahwa Jepang akan segera memberikan kemerdekaan Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.
Dua hari kemudian, saat Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air. Sultan Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, namun ditolak. Pada 14 Agustus 1945, Jepang telah resmi menyerah pada Sekutu.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, tokoh Pemuda Republik Indonesia membujuk agar Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke asrama pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk mereka antara lain Soekarni, Wikana, Shodanco Singgih, dan Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun, tuntutan itu tidak disetujui oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Yang perlu diperhatikan bahwa, pada saat menjelang kemerdekaan, rakyat Indonesia terbagi menjadi dua golongan. Pertama golongan muda dan yang lainya adalah golongan tua.
Terdapat perbedaan pendapat di antara dua golongan tersebut. Untuk golongan muda menginginkan proklamasi kemerdekaan Indonesia agar dilaksanakan dengan segera. Sedangkan golongan tua tidak mau terburu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Catatan:4. Ir. Soekarno Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus 1945
Peristiwa pada 16 Agustus 1945, atas tuntutan para pemuda Indonesia untuk membujuk Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan disebut dengan Peristiwa Rengasdengklok.
Ir Soekarno Saat Membacakan Teks Proklamasi |
Pada pagi harinya tanggal 17 Agustus 1945, telah hadir antara lain Soewirjo (Suwiryo), Wilopo, Gafar Pringgodigdo, dll, di kediaman Ir. Soekarno, tepatnya di jalan Pegangsaan Timur No. 56, di Jakarta.
Pada pukul 10.00 Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disambung dengan pidato tanpa teks. Setelah itu, Bendera Merah putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan.
G. Sekilas Masa Kepresidenan Ir. Soekarno
Ir. Soekarno diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan Wakil Presiden Dr. Moh. Hatta. Pengakatan tersebut dilaksanakan oleh PPKI. Pada tanggal 29 Agustus 1945, Presiden dan Wakil Presiden yang pertama dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia pusat (KNPI). Belum genap satu bulan atas pengukuhan KNIP, Ir. Soekarno telah menyelesaikan peristiwa Lapangan Ikada, yaitu tempat akan terjadinya bentrok antara 200.000 rakyat Jakarta dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.Banyak peristiwa-peristiwa dan hal-hal penting pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, di antaranya akan kami tulis dengan singkat. Peristiwa dan hal penting itu adalah:
- Pada masa kepemerintahan Ir. Soekarno disebut dengan Orde Lama
- Ir. Soekarno menjabat sebagai presiden RI pada periode 1945-1966
- Pada tanggal 1 Oktober 1945, Sekutu mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara de facto melalui Letjen Sir Phillip Christison.
- Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun, karena provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda), meledaklah Peristiwa 10 November 1945.
- Pada tanggal 4 Januari 1946, Presiden Ir. Soekarno memindahkan Ibu Kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
- Pada tahun 1948, peristiwa Madiun serta agresi militer Belanda II menyebabkan Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda.
- Pada saat kepemimpinan Ir. Soekarno sistem kepemerintahan sempat berganti dari Republik Indonesia (RI) menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Pada 17 Agustus 1950, RIS berubah kembali menjadi RI.
- Pada 1955 Ir. Soekarno mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung.
- Pada 30 September 1965 terjadi peristiwa G30-SPKI.
H. Akhir Kepresidenan Ir. Soekarno
Peristiwa G30-SPKI masih kontroversi, walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian setelah peristiwa G30-SPKI terjadi, masa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) melakukan demonstrasi. Dalam demonstrasi tersebut kedua organisasi tersebut menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Salah satu isi dari Tritura adalah meminta agar PKI dibubarkan. Namun, Ir. Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan Nasakom. Sikap menolak membubarkan PKI membuat Ir. Soekarno menjadi lemah posisinya dalam politik.Pada tanggal 10 Januari 1967 Ir. Soekarno membawakan pidato yang berjudul Nawaksara pada sidang MPRS atas sikapnya terhadap peristiwa G30-SPKI. Namun, kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari 1967. Hingga Akhirnya pada tanggal 20 Februari 1967 Ir. Soekarno menandatangani Surat Pernyataan penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan menandatangani surat pernyataan itu maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.
I. Akhir Hayat Ir. Soekarno
Sejak bulan Agustus 1965, kesehatan Ir. Soekarno mulai menurun. Sebelumnya, Ir. Soekarno telah dinyatakan menjalani perawatan di Wina, Austria pada tahun 1961 dan 1964 karena gangguan ginjal. Saat menjalani perawatan di Wina, Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Ir. Soekarno diangkat. Namun beliau menolaknya dan memilih pengobatan tradisional.Pada hari Sabtu, 20 Juni 1970, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSAD) Gatot Subroto, keadaan Ir. Soekarno semakin semakin memburuk dan kesadarannya berangsur-angsur menurun. Pada hari Minggu, 21 Juni 1970 Pukul 03.30 Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar. Pada 21 Juni 1970 pukul 07.00 Ir. Soekarno wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSAD) Gatot Subroto, Jakarta.
Ir. Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu tulis Bogor, Namun Presiden Soeharto memerintahkan agar Jenazah Ir. Soekarno dimakamkan di Kota Blitar, Jawa Timur. Jenazah Ir. Soekarno dibawa ke Blitar satu hari setelah wafatnya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.
J. Gelar Kepahlawanan Ir. Soekarno
Menjelang hari Pahlawan 10 November, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani keputusan mengenai gelar pahlawan nasional untuk Presiden dan Wakil Presiden pertama RI. Sebelumnya, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dianugrahi gelar sebagai Pahlawan Proklamator berdasarkan keputusan Presiden No. 081/TK/1986 yang ditandatangani oleh presiden Soeharto.K. Silsilah Keluarga Ir. Soekarno
Silsilah Ir Soekarno |
L. Kesimpulan Biografi Ir. Soekarno
Dari keterangan di atas, banyak sekali hal-hal yang dapat kita ambil pelajarannya. Namun, dari sekian banyak keterangan, Ir. Soekarno merupakan sosok yang penuh dengan perjuangan dalam membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan. Cobaan yang bertubi-tubi datang menghadang, namun sosok Ir. Soekarno adalah pejuang yang pantang menyerah.Ir. Soekarno juga sebagai sosok yang mementingkan pendidikannya. Pada masa di mana rakyat Indonesia sulit untuk mengenyam pendidikan, bahkan lembaga pendidikan juga masih jarang, Ir. Soekarno tetap berjuang untuk belajar dan mendapatkan pendidikan yang layak. Pada masa kepemimpinannya, Ir. Soekarno juga mengalami berbagai rintangan bahkan sempat ditahan oleh Belanda. Namun, semangat Ir. Soekarno demi Tanah Air Indonesia tidaklah pupus begitu saja.
Untuk gelar penghargaan sebagai Doctor Honoris Causa penulis ambil dari wikipedia Demikian sejarah singkat mengenai Biografi Ir. Soekarno Lengkap dari Lahir Hingga Wafat. Semoga bermanfaat bagi Anda.
Penting:Pelajaran Sejarah Lainya:
Biografi Ir. Soekarno Lengkap dari Lahir Hangga Wafat merupakan sepenggal sejarah yang masih perlu didalami dan dirinci. Penulis menyarankan agar tidak hanya mempelajari Biografi Ir. Soekarno saja, akan tetapi pelajarilah sejarah-sejarah yang masih berkaitan dengan Ir. Soekarno. Karena, jika sejarah mengenai Ir. Soekarno beserta yang berkaitan dengannya, maka artikel ini akan terlalu panjang. Bahkan penulis merasa bahwa, sejarah mengenai Ir. Soekarno jika dikumpulkan maka akan menjadi 1 buku yang sangat tebal.
Kata bijak menyatakan “Jangan mempelajari sejarah hanya sepotong-potong saja!, akan tetapi pelajarilah sejarah secara keseluruhan agar tidak terjadi kesalahpahaman”.
Sebelum penulis akhiri, jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan alur ceritanya, mohon untuk diberitahukan melalui kolom komentar. Tujuannya untuk meluruskan sejarah agar tidak melenceng dari fakta.
Biografi Lengkap Pangeran Diponegoro
Pengertian Serta Contoh Periodisasi dan Kronologi Dalam Sejarah