Gempa bumi atau juga dapat disebut seisme, merupakan getaran yang ditimbulkan oleh gejala pergerakan lapisan kulit bumi karena berbagai faktor. Di Indonesia sendiri pada umumnya tenaga tektonik dan vulkanik yang menyebabkan gempa atau seisme. Pada 27 Mei 2006, telah terjadi gempa di Yogyakarta yang amat besar. Gempa tersebut akibat tenaga tektonik yang amat kuat dan menyebabkan 6.234 orang meninggal dunia.
Seisme (Gempa Bumi)
Seisme atau gempa bumi yang disebabkan oleh letusan gunung api (vulkanisme) disebut dengan gempa vulkanik, sedangkan gempa bumi akibat gerakan lempeng tektonik pada lapisan kulit bumi disebut gempa tektonik. Dari beberapa faktor penyebab seisme tersebut, yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa tektonik. Seperti gempa yang telah terjadi di Jogja.
Seisme juga merupakan salah satu tenaga endogen yang mempengaruhi bentuk muka bumi. Memang seisme tidak banyak merubah permukaan bumi, namun efeknya sangat berpengaruh terhadap mahluk hidup di area gempa.
Pengertian Seisme
Pengertian seisme atau gempa adalah getaran keras akibat peristiwa bergesernya lapisan bumi yang disebabkan oleh adanya pergerakan lapisan kulit bumi atau lempeng bumi. Secara sederhana, seisme adalah guncangan kuat akibat pergerakan lempeng kulit bumi yang terjadi secara tiba-tiba karena berbagai faktor. Penyebab dari seisme (gempa bumi) adalah tenaga tektonik, vulkanik, dan lain-lain. Semakin besar tenaga yang menyebabkan gempa, maka akan samakin dahsyat pula getaran yang ditimbulkan.
Macam-Macam Seisme
Ada sebab pasti ada akibat, begitu pula dengan peristiwa terjadinya gempa atau seisme. Gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 disebabkan oleh tektonik, dan pada tahun 2010, Gunung Merapi meletus juga mengakibatkan gempa akibat proses vulkanisme. Oleh sebab itu, berdasarkan faktor penyebabnya, gempa bumi (seisme) dibedakan menjadi beberapa jenis. Berikut jenis-jenis seisme atau gempa bumi.
1. Gempa Tektonik
Gempa tektonik merupakan gempa yang terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik yang berupa lapisan kulit bumi. Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer yang padat dan terapung di atas lapisan selubung bergerak satu sama lain. Gempa ini terjadi karena pelepasan tenaga yang dihasilkan oleh pergeseran lempeng tektonik.
Jika dua lempeng bertemu pada suatu patahan, kadang dapat bergerak saling menjauhi, mendekati, atau saling bergeser. Selanjutnya, terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tidak mampu menahannya. Akibatnya, terjadi pelepasan secara tiba-tiba hingga dapat menggetarkan kulit bumi dengan kekuatan yang besar yang kita kenal sebagai gempa bumi tektonik.
Gempa tektonik yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran lempeng tektonik yang berupa lapisan kulit bumi. Sebagian besar gempa yang terjadi di bumi merupakan gempa tektonik dan termasuk yang paling berbahaya. Contoh seisme tektonik yang pernah terjadi di Indonesia adalah gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, Aceh, dan di Pangandaran.
Gempa bumi tektonik yang berada di dasar laut berpotensi menyebabkan tsunami. Tsunami pernah terjadi di Aceh yang berlangsung kurang lebih setengah jam setelah terjadinya gempa bumi.
Gempa tektonik yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran lempeng tektonik yang berupa lapisan kulit bumi. Sebagian besar gempa yang terjadi di bumi merupakan gempa tektonik dan termasuk yang paling berbahaya. Contoh seisme tektonik yang pernah terjadi di Indonesia adalah gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, Aceh, dan di Pangandaran.
Gempa bumi tektonik yang berada di dasar laut berpotensi menyebabkan tsunami. Tsunami pernah terjadi di Aceh yang berlangsung kurang lebih setengah jam setelah terjadinya gempa bumi.
2. Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh proses vulkanisme seperti letusan gunung berapi. Aktivitas gunung api menimbulkan getaran pada wilayah sekitarnya. Getaran tersebut biasanya tidak seluas gempa yang ditimbulkan oleh gempa tektonik. Karena gempa ini terjadi pada saat adanya aktivitas gunung api, maka peristiwa gempa vulkanik tidak sesering gempa tektonik.
Gempa yang mengguncang bumi juga dapat ditimbulkan oleh gejala vulkanik atau gunung api. Letusan itu terjadi akibat aliran magma dari dalam bumi yang menerobos ke atas lapisan kerak bumi. Letusan gunung api yang keras menyebabkan getaran kulit bumi, terutama di daerah sekitar gunung tersebut. Akibat yang ditimbulkan oleh gempa vulkanik tidak seluas gempa tektonik.
Gempa vulkanik juga dapa diartikan sebagai getaran kuat di sekitar gunung berapi yang diakibatkan oleh aktivitas magma yang keluar ke permukaan bumi yang tersumbat di dalam batuan beku dalam. Apabila magma tersumbat oleh batuan beku dalam pada salurannya, maka terjadilah getaran kuat di sekitar gunung berapi. Getaran itulan yang disebut gempa vulkanik. Jagi, gempa vulkanik terjadi karena aktivitas gunung berapi yang akan mengeluarkan magma tersumbat.
Contoh gempa vulkanik yang pernah terjadi di Indonesia akibat aktivitas gunung api adalah gempa di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010, yaitu meletusnya gunung berapi yang mengeluarkan awan panas.
3. Gempa Runtuhan
Gempa terban, gempa lonsoran, atau dapat disebut gempa runtuhan merupakan getaran kulit bumi akibat adanya runtuhnya tanah dari atas dan ambles ke bawah. Kekuatan getaran yang mengakibatkan gempa tergantung banyaknya tahan yang longsor dan seberapa jauh tanah turun ke bawah. Namun, biasanya gempa runtuhan ini getaranya tidak sebesar gempa tektonik dan vulkanik.
Benar, gempa runtuhan tidak begitu berbahaya, namun tanah yang longsor cukup berbahaya bagi penduduk di sekitarnya. Bahkan rumah dapat tertimbun karenanya dan bisa saja menelan korban jiwa.
Gempa runtuhan biasanya terjadi di daerah yang terdapat banyak rongga-rongga di bawah tanah. Seperti kegiatan penambangan bawah tanah yang menyisakan rongga-rongga di bawah tanah berupa gua-gua. Karena tidak kuat menahan atap rongga maka terjadi runtuhan yang mengakibatkan gempa.
Alat pengukur kekuatan gempa disebut seismograf. Hasil pengukuran pada alat tersebut tercatat pada sebuah kertas seperti gambar di atas. Kekuatan gempa dapat ditentukan dengan menggunakan Skala Richter. Skala tersebut menggambarkan kekuatan gempa berdasarkan tinggi dan panjang gelombang yang tercatat pada kertas seismograf.
Berdasarkan Kekuatan Gempa, seisme terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Berdasarkan hiposentrum (kedalaman pusat gempa) dapat dibedakan sebagai berikut:
Berdasarkan bentuk episentrum, ada dua jenis gempa:
Menurut jaraknya, ada tiga jenis gempa:
Menurut lokasi gempa ada dua jenis gempa:
Berdasarkan penyebabnya inilah seisme atau gempa bumi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan. Dari masing-masing gempa tersebut yang paling berbahaya adalah gempa tektonik, diikuti oleh gempa vulkanik, dan yang terakhir adalah gempa runtuhan.
Jenis-jenis seisme ternyata bukan hanya itu saja. Masih ada beberapa jenis gempa berdasarkan lokasi gempa, berdasarkan jarak terjadinya gempa, berdasarkan episentrum, dan lain-lain masih dibagi menjadi beberapa jenis gempa, seperti uraian di atas.
Gempa yang mengguncang bumi juga dapat ditimbulkan oleh gejala vulkanik atau gunung api. Letusan itu terjadi akibat aliran magma dari dalam bumi yang menerobos ke atas lapisan kerak bumi. Letusan gunung api yang keras menyebabkan getaran kulit bumi, terutama di daerah sekitar gunung tersebut. Akibat yang ditimbulkan oleh gempa vulkanik tidak seluas gempa tektonik.
Gempa vulkanik juga dapa diartikan sebagai getaran kuat di sekitar gunung berapi yang diakibatkan oleh aktivitas magma yang keluar ke permukaan bumi yang tersumbat di dalam batuan beku dalam. Apabila magma tersumbat oleh batuan beku dalam pada salurannya, maka terjadilah getaran kuat di sekitar gunung berapi. Getaran itulan yang disebut gempa vulkanik. Jagi, gempa vulkanik terjadi karena aktivitas gunung berapi yang akan mengeluarkan magma tersumbat.
Contoh gempa vulkanik yang pernah terjadi di Indonesia akibat aktivitas gunung api adalah gempa di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010, yaitu meletusnya gunung berapi yang mengeluarkan awan panas.
3. Gempa Runtuhan
Gempa terban, gempa lonsoran, atau dapat disebut gempa runtuhan merupakan getaran kulit bumi akibat adanya runtuhnya tanah dari atas dan ambles ke bawah. Kekuatan getaran yang mengakibatkan gempa tergantung banyaknya tahan yang longsor dan seberapa jauh tanah turun ke bawah. Namun, biasanya gempa runtuhan ini getaranya tidak sebesar gempa tektonik dan vulkanik.
Benar, gempa runtuhan tidak begitu berbahaya, namun tanah yang longsor cukup berbahaya bagi penduduk di sekitarnya. Bahkan rumah dapat tertimbun karenanya dan bisa saja menelan korban jiwa.
Gempa runtuhan biasanya terjadi di daerah yang terdapat banyak rongga-rongga di bawah tanah. Seperti kegiatan penambangan bawah tanah yang menyisakan rongga-rongga di bawah tanah berupa gua-gua. Karena tidak kuat menahan atap rongga maka terjadi runtuhan yang mengakibatkan gempa.
Seismograf |
Alat pengukur kekuatan gempa disebut seismograf. Hasil pengukuran pada alat tersebut tercatat pada sebuah kertas seperti gambar di atas. Kekuatan gempa dapat ditentukan dengan menggunakan Skala Richter. Skala tersebut menggambarkan kekuatan gempa berdasarkan tinggi dan panjang gelombang yang tercatat pada kertas seismograf.
Berdasarkan Kekuatan Gempa, seisme terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Gempa kurang dari 2 skala lichter : Gempa lemah dan manusia sering tidak merasakannya.
- Gempa berkekuatan 3,5 - 4,2 skala licther : dirasakan sedikit orang.
- Gempa berkekuatan 4,9 - 5,4 skala licther : dirasakan banyak orang.
- Gempa berkekuatan 5,5 - 61 skala licther : kerusakan ringan pada bangunan.
- Gempa berkekuatan 6,2 - 6,9 skala licther : kerusakan bangunan agak besar.
- Gempa berkekuatan 7,0 - 7,3 skala ticther : kerusakan serius dan bisa menyebabkan rel bengkok, jalan pecah.
- Gempa berkekuatan lebih dari 7,4 skala licther : dapat berakibat fatal.
Berdasarkan hiposentrum (kedalaman pusat gempa) dapat dibedakan sebagai berikut:
- Gempa dangkal, yaitu pusat gempa berada pada kedalaman kurang dari 60 km.
- Gempa menengah, yaitu pusat gempa berada pada kedalaman antara 60 km hingga 300 km.
- Gempa dalam, yaitu pusat gempa berada pada kedalaman lebih dari 300 km.
Berdasarkan bentuk episentrum, ada dua jenis gempa:
- Gempa sentral, yaitu episentrumnya berbentuk titik.
- Gempa linier, yaitu episentrumnya berbetuk garis.
Menurut jaraknya, ada tiga jenis gempa:
- Gempa sangat jauh, jarak episentrum lebih dari 10.000 km.
- Gempa jauh, episentrum sekitar 10.000 km.
- Gempa lokal, yaitu jarak episentrum kurang dari 10.000 km.
Menurut lokasi gempa ada dua jenis gempa:
- Gempa daratan, yaitu gempa yang berada di daratan.
- Gempa lautan, yaitu episentrumnya di dasar laut.
Penutup
Itulah pengertian dan jenis-jenis seisme yang lumayan banyak juga ternyata. Diawali dengan pengertian seisme yang merupakan getaran kuat akibat dari berbagai faktor penyebabnya, yaitu kekuatan tektonik, vulkanik, dan runtuhan.Berdasarkan penyebabnya inilah seisme atau gempa bumi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan. Dari masing-masing gempa tersebut yang paling berbahaya adalah gempa tektonik, diikuti oleh gempa vulkanik, dan yang terakhir adalah gempa runtuhan.
Jenis-jenis seisme ternyata bukan hanya itu saja. Masih ada beberapa jenis gempa berdasarkan lokasi gempa, berdasarkan jarak terjadinya gempa, berdasarkan episentrum, dan lain-lain masih dibagi menjadi beberapa jenis gempa, seperti uraian di atas.