Halaman

    Social Items

Ads 728x90

Prinsip Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Lisan
Prinsip prinsip dasar penelitian sejarah lisan merupakan cara atau metode dasar untuk melakukan penelitian sejarah lisan. Sejarah lisan sendiri adalah sejarah yang diambil dan bersumber dari lisan seseorang yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam peristiwa sejarah.

Penelitian sejarah lisan - Penelitian sejarah lisan adalah suatu penelitian yang sumber utamanya menggunakan sumber lisan, sedangkan metode penelitian yang digunakan sama, yakni metode sejarah ( Dwi A. Listiyani; 65). Sejarah lisan adalah pencarian sumber-sumber yang berdasarkan pada sumber lisan atau disebut dengan oral history.

Metode sejarah lisan atau oral history merupakan metode yang digunakan dalam mengumpulkan sumber sejarah. Penggunaan metode ini sudah lama digunakan, Herodatus sejarawan Yunani yang pertama, telah mengembara ke tempat-tempat yang jauh untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah lisan.

Hal terpenting dari sejarah lisan adalah untuk mencari informasi-informasi yang luput atau lolos dari sumber tertulis. Banyak pembicaraan yang tidak terekam dalam sumber tertulis. Penemuan-penemuan teknologi memberikan bantuan penting terhadap metode sejarah lisan, misalnya telepon. Barangkali ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang berangkat dari pembicaraan-pembicaraan telepon dan tidak tercatat dalam arsip resmi.

Penelitian sejarah lisan membutuhkan suatu metode pengumpulan data atau bahan penulisan sejarah yang dilakukan oleh peneliti sejarah melalui wawancara secara lisan terhadap pelaku atau saksi peristiwa. Metode ini sudah dipergunakan sejak masa lalu yang semula dipergunakan di Amerika Serikat.

Langkah yang harus ditempuh bagi penelitian sejarah lisan adalah menemukan sumber pendukung yang berasal dari para pelaku atau saksi-saksi langsung serta tempat terjadinya peristiwa untuk mencari latar belakang dan pemahaman akibat dari peristiwa yang ditimbulkan sehingga akan mendekati kebenaran seperti yang diharapkan.

Prinsip dasar penelitian sejarah salah satunya adalah mengenai sumber sejarah lisan itu sendiri. Karena data atau informasi sejarah lisan didapat melalui wawancara, maka kita perlu mengetahui prinsip dari sumber sejarah lisan. 

A. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penelitian Sejarah Lisan

Dalam buku sejarah karya Hendrayana (2009) menyebutkan lima hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian sejarah lisan terkait dengan sumber sejarah itu sendiri. 


1. Sumber dari Pelaku Sejarah


Para pelaku sejarah adalah mereka yang terjun atau berkecimpung langsung dalam sebuah peristiwa bersejarah. Pelaku ini memegang peranan yang cukup penting dalam proses terjadinya kejadian sejarah. Dengan demikian, seorang pelaku sejarah dapat mengungkapkan segamblang-gamblangnya−sejauh yang masih dapat ia ingat−peristiwa yang dialaminya karena ia aktif dan mungkin cukup tahu latar belakang peristiwa. Di sinilah letak kelebihan seorang pelaku sebagai sumber sejarah lisan.

Meski demikian, tetap saja penelitian terhadap para pelaku sejarah dapat menimbulkan keterangan yang subjektif. Ia dapat saja menambahkan atau mengurangi kisah yang sebenarnya terjadi guna kepentingan pribadi atau golongan atau negaranya. Ada beberapa hal yang sengaja disembunyikan olehnya karena menyangkut nama baiknya. Atau mungkin pula ia memang lupa sebagian atau detail peristiwa yang terjadi.


Pelaku merupakan unsur utama yang berperan dalam peristiwa sebab para pelaku tahu persis latar belakang peristiwa tersebut, apa yang terjadi, sasaran dan tujuannya, serta mengapa terjadi dan siapa saja pelakunya. Metode wawancara kepada pelaku merupakan metode yang paling tepat untuk mengungkapkan dan memaparkan suatu peristiwa.

Ada beberapa cara dalam pengumpulan informasi lisan melalui teknik wawancara, yaitu adanya seleksi individu untuk diwawancarai guna memperoleh informasi yang akurat (maksudnya kedudukan orang tersebut dalam suatu peristiwa, sebagai pelaku utama, informan, atau saksi), harus ada pendekatan kepada orang yang diwawancarai, mengembangkan suasana lancar dalam wawancara dengan pertanyaan yang jelas, tidak berbelit dan menghindari pertanyaan yang menyinggung perasaan.


2. Sumber dari Saksi Sejarah


Saksi merupakan seseorang yang pernah menyaksikan atau melihat sebuah peristiwa ketika berlangsung. Namun berbeda dengan pelaku, saksi ini bukan pelaksana dan tidak terlibat langsung dengan jalannya peristiwa. Ia hanya menyaksikan dan bersaksi bahwa peristiwa tersebut ada dan pernah berlangsung.

Sama seperti para pelaku, para saksi sejarah pun dapat mengungkapkan kesaksiannya secara tak jujur. Ia bisa menutup-nutupi atau menambahkan cerita yang sesungguhnya tak ia lihat atau tak pernah terjadi. Bisa saja ia bersaksi sebelah pihak, berat sebelah. Ia menceritakan kebenaran sepihak karena apa yang ia beritakan ternyata mengagung-agungkan salah satu pihak atau pihak-pihak tertentu. Pada kesempatan lain bisa saja saksi sejarah ini menjelek-jelekkan pihak tertentu agar pihak yang dipojokkannya itu namanya makin hancur.


3. Tempat Peristiwa Sejarah


Dalam sejarah, permasalahan tentang lokasi tempat dan waktu peristiwa sejarah berlangsung sangatlah utama. Karena sebuah peristiwa, baik itu sejarah atau keseharian, tentunya terikat dengan waktu dan tempat. Tak mungkin sebuah kejadian tidak terjadi di sebuah tempat.

Bila menentukan tempat bersejarah yang terjadi beberapa tahun yang lalu, kita mampu melihat tempat tersebut karena lokasinya masih ada atau seperti ketika peristiwa berlangsung. Tempat di sini dapat berupa nama jalan, gedung, gunung, jembatan, sungai, lapangan alun-alun, desa, kabupaten, atau kota. Gedung fisik di sini dapat berbentuk gedung kantor, rumah, hotel, gedung parlemen, teater, bioskop, sekolah, masjid, gereja, candi, atau istana keraton.

Sumber-Sumber Sejarah: Pengertian, Jenis, dan Contoh


4. Latar Belakang Peristiwa Sejarah


Di samping sumber dan lokasi, kita harus mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa sejarah. Latar belakang ini termasuk hal terpenting dalam menelusuri jalannya peristiwa bersejarah. Ialah peletup dan penyebab peristiwa terjadi dan berlangsung. Tanpa adanya latar belakang tak mungkin sebuah peristiwa terjadi.

Peristiwa sejarah dapat terjadi karena faktor sosial, politik, ekonomi, ideologi, atau kebudayaan. Peristiwa Revolusi Perancis 1789, misalnya, meletus akibat kebijakan Raja Perancis yang mengakibatkan rakyat jelata di Perancis tertekan. Kehidupan ekonomi mereka terpuruk, sementara kehidupan para abdi istana bermewah-mewahan. Faktor sosial dan ekonomi pun akhirnya sangat berpengaruh terhadap sebuah peristiwa.


5. Pengaruh serta Akibat dari Peristiwa Sejarah


Peristiwa sejarah mau tidak mau meninggalkan akibat yang memengaruhi kehidupan masa berikutnya. Kita tak menginginkan, misalnya, terjadinya peristiwa tsunami di Aceh atau gempa di Yogyakarta, namun kita tak bisa menghindarinya, dan bencana alam tersebut telah memperlihatkan akibat serta pengaruhnya yang hebat kepada penduduk setempat dan masyarakat luas. Orang-orang yang tertimpa bencana tersebut harus menerima akibat yang terjadi, seperti kehilangan sanak saudara, harta benda, pekerjaan, dan sebagainya.

Sebagai akibat lain dari peristiwa alam tersebut, kita serta merta bergotong royong guna meringankan beban penduduk yang terkena musibah alam tersebut. Kejadian alam tersebut berpengaruh (besar atau kecil) pula pada diri kita yang tidak terkena musibah. Kita menjadi dapat lebih bersyukur, lebih arif memandang arti kehidupan, dan menjadi dermawan

B. Langkah-Langkah Penelitian Sejarah

Selain prinsip-prinsip penelitian sejarah terkait dengan sumber sejarah untuk diwawancarai, langkah-langkah penelitian sejarah juga memiliki hal-hal yang penting untuk diketahui. Oleh karena itu dalam buku sejarah karya Tarunasena (2009; 105) menyebutkan; Ada beberapa hal atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian sejarah lisan, yaitu sebagai berikut.


1. Perencanaan Wawancara


Perencanaan yang baik akan menghasilkan pengumpulan sumber lisan yang sangat baik. Oleh sebab itu, perencanaan wawancara harus benar-benar diperhatikan oleh orang-orang yang akan melaksanakan wawancara lisan.

Langkah pertama dalam perencanaan adalah menetapkan orang yang akan kita wawancarai. Agar wawancara itu berjalan dengan lancar sebaiknya sebelum wawancara itu dilaksanakan kita mempelajari latar belakang dari orang tersebut. Selain itu seorang pewancara harus menguasai materi yang akan ditanyakan. Untuk menguasai materi yang akan ditanyakan, sebaiknya pewancara terlebih dahulu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan materi pembicaraan.

Kedua, sebelum kita melakukan wawancara langsung, sebaiknya orang yang akan kita wawancarai dihubungi terlebih dahulu dan mengadakan perjanjian kapan wawancara itu dilakukan.

Langkah ketiga ialah menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan kita tanyakan. Sebaiknya kita membuat daftar pertanyaan dan pertanyaan yang kita ajukan bukan pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa “ya” atau “tidak”. Jadi, yang ditanya hendaknya “Mengapa?”, “Bagaimana?”, “Di mana”. Jenis pertanyaan ini untuk menghindari jawaban “ya”, atau “tidak”.


2. Pelaksanaan Wawancara


Dalam melaksanakan wawancara, sebaiknya pewancara mampu menciptakan situasi yang kondusif. Wawancara yang dilakukan bukanlah suatu dialog. Dalam dialog biasanya terjadi interpretasi terhadap fakta, baik yang dilakukan oleh pewancara maupun informan. 

Hal yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah mendapatkan kisah pengalaman dari orang yang sedang diwawancarai. Pewancara berbicara hanya sebatas mengarahkan pertanyaan yang diajukan kepada informan. Jangan sampai pewancara banyak berbicara dan menggurui informan.


3. Orang yang Diwawancarai


Siapakah orang yang diwawancarai? Orang yang kita wawancarai seharusnya orang yang langsung menyaksikan peristiwa yang kita teliti. Hal ini perlu dilakukan agar informasi yang diberikan lebih akurat. Seberapa banyak orang yang diwawancarai? Hal itu tergantung pada kebutuhan informasi yang kita perlukan, bisa individu maupun kelompok. Kalau kita hanya menulis biografi seorang tokoh, mungkin hanya satu orang, tetapi kalau kita menulis sebuah peristiwa mungkin bisa mewawancari orang yang lebih banyak.


4. Materi Wawancara


Agar materi wawancara yang kita cari sesuai dengan yang kita harapkan, sebaiknya kita menetapkan tema apa yang menjadi penelitian kita. Tema penelitian menjadi pegangan utama dalam menetapkan materi yang akan kita tanyakan kepada informan. Oleh sebab itu, materi harus disesuaikan dengan informan, artinya informan yang kita cari adalah orang yang mengetahui materi yang akan kita tanyakan.

C. Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Lisan

Dalam buku Sejarah karya Dwi A. Listiyani (2009; 64) menyebutkan, prinsip-prinsip dalam penelitian sejarah lisan adalah sebagai berikut.

Penelitian sejarah lisan adalah suatu penelitian yang sumber utamanya menggunakan sumber lisan.
  1. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data/informasi dalam penelitian lisan adalah wawancara, dan biasanya wawancara yang digunakan merupakan wawancara yang lentur, berlangsung akrab, luwes dan fleksibel. Teknik wawancara yang demikian dikenal dengan nama wawancara mendalam (in-depth- iterviewing). Agar wawancaranya bisa tuntas dan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah direncanakan; maka sebelumnya pewawancara (yang akan menulis/meneliti dengan sumber utamanya lisan), bisa menyiapkan seperangkat pertanyaan atau biasa dikenal dengan nama pedoman wawancara.
  2. Untuk mendapatkan data yang dipercaya lewat wawancara, dapat digunakan teknik kritik sumber atau trianggulasi sumber, yakni data yang sama diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian datanya akan benar-benar valid, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
  3. Setelah data terkumpul dan dilakukan interpretasi, maka langkah berikutnya
  4. adalah penulisan suatu karya atau historiografi.

E. Kelebihan dan Kekurangan Sejarah Lisan

Penelitian sejarah lisan memang sudah sangat populer di kalangan akademik keilmuan. Walaupun demikian, penelitian sejarah lisan memiliki kekurangan dan kelebihan. Dalam buku Sejarah SMA/AM Kelas X Karya Hendrayana (2009;  79-80) telah menyebutkan kekurangan dan kelebihan penelitian sejarah lisan. Kekurangan dan kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:


1. Kelebihan Penelitian Sejarah Lisan


  • Pengumpulan data dalam sejarah lisan dilakukan dengan komunikasi dua arah sehingga memungkinkan sejarawan dapat menanyakan langsung bagian yang kurang jelas kepada narasumber.
  • Penulisan sejarah menjadi lebih demokratis karena memungkinkan sejarawan untuk menggali informasi dari semua golongan masyarakat.
  • Melengkapi kekurangan data atau informasi yang belum termuat dalam dokumen. Penelitian sejarah lisan yang dipadukan dengan sumber tertulis dianggap dapat melengkapi kekurangan sumber-sumber sejarah selama ini.

2. Kekurangan Penelitian Sejarah Lisan

Di samping memiliki kelebihan, sejarah lisan juga mempunyai beberapa kekurangan atau kelemahan sebagai berikut:

  • Terbatasnya daya ingat seorang pelaku atau saksi sejarah terhadap suatu peristiwa.
  • Subjektivitas dalam penulisan sejarah sangat tinggi. Dalam hal ini perasaan keakuan dari seorang saksi dari seorang pelaku sejarah yang cenderung memperbesar peranannya dan menutupi kekurangannya sering muncul dalam proses wawancara. Selain itu, subjektivitas juga terjadi karena sudut pandang dari masing-masing pelaku dan saksi sejarah terhadap suatu peristiwa sering kali berbeda.
Itulah prinsip-prinsip penelitian sejarah yang diambil dari beberapa sumber buku sejarah. Semoga bermanfaat, dan dapat menambah wawasan pembaca. Untuk mendalami tentang penelitian sejarah kami menyarankan untuk membaca Penelitian Sejarah: Pengertian, Tujuan, dan Langkah-Langkah, Dll serta Penelitian dan Langkah-Langkah Penelitian Sejarah.

Prinsip Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Lisan

Prinsip Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Lisan
Prinsip prinsip dasar penelitian sejarah lisan merupakan cara atau metode dasar untuk melakukan penelitian sejarah lisan. Sejarah lisan sendiri adalah sejarah yang diambil dan bersumber dari lisan seseorang yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam peristiwa sejarah.

Penelitian sejarah lisan - Penelitian sejarah lisan adalah suatu penelitian yang sumber utamanya menggunakan sumber lisan, sedangkan metode penelitian yang digunakan sama, yakni metode sejarah ( Dwi A. Listiyani; 65). Sejarah lisan adalah pencarian sumber-sumber yang berdasarkan pada sumber lisan atau disebut dengan oral history.

Metode sejarah lisan atau oral history merupakan metode yang digunakan dalam mengumpulkan sumber sejarah. Penggunaan metode ini sudah lama digunakan, Herodatus sejarawan Yunani yang pertama, telah mengembara ke tempat-tempat yang jauh untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah lisan.

Hal terpenting dari sejarah lisan adalah untuk mencari informasi-informasi yang luput atau lolos dari sumber tertulis. Banyak pembicaraan yang tidak terekam dalam sumber tertulis. Penemuan-penemuan teknologi memberikan bantuan penting terhadap metode sejarah lisan, misalnya telepon. Barangkali ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang berangkat dari pembicaraan-pembicaraan telepon dan tidak tercatat dalam arsip resmi.

Penelitian sejarah lisan membutuhkan suatu metode pengumpulan data atau bahan penulisan sejarah yang dilakukan oleh peneliti sejarah melalui wawancara secara lisan terhadap pelaku atau saksi peristiwa. Metode ini sudah dipergunakan sejak masa lalu yang semula dipergunakan di Amerika Serikat.

Langkah yang harus ditempuh bagi penelitian sejarah lisan adalah menemukan sumber pendukung yang berasal dari para pelaku atau saksi-saksi langsung serta tempat terjadinya peristiwa untuk mencari latar belakang dan pemahaman akibat dari peristiwa yang ditimbulkan sehingga akan mendekati kebenaran seperti yang diharapkan.

Prinsip dasar penelitian sejarah salah satunya adalah mengenai sumber sejarah lisan itu sendiri. Karena data atau informasi sejarah lisan didapat melalui wawancara, maka kita perlu mengetahui prinsip dari sumber sejarah lisan. 

A. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penelitian Sejarah Lisan

Dalam buku sejarah karya Hendrayana (2009) menyebutkan lima hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian sejarah lisan terkait dengan sumber sejarah itu sendiri. 


1. Sumber dari Pelaku Sejarah


Para pelaku sejarah adalah mereka yang terjun atau berkecimpung langsung dalam sebuah peristiwa bersejarah. Pelaku ini memegang peranan yang cukup penting dalam proses terjadinya kejadian sejarah. Dengan demikian, seorang pelaku sejarah dapat mengungkapkan segamblang-gamblangnya−sejauh yang masih dapat ia ingat−peristiwa yang dialaminya karena ia aktif dan mungkin cukup tahu latar belakang peristiwa. Di sinilah letak kelebihan seorang pelaku sebagai sumber sejarah lisan.

Meski demikian, tetap saja penelitian terhadap para pelaku sejarah dapat menimbulkan keterangan yang subjektif. Ia dapat saja menambahkan atau mengurangi kisah yang sebenarnya terjadi guna kepentingan pribadi atau golongan atau negaranya. Ada beberapa hal yang sengaja disembunyikan olehnya karena menyangkut nama baiknya. Atau mungkin pula ia memang lupa sebagian atau detail peristiwa yang terjadi.


Pelaku merupakan unsur utama yang berperan dalam peristiwa sebab para pelaku tahu persis latar belakang peristiwa tersebut, apa yang terjadi, sasaran dan tujuannya, serta mengapa terjadi dan siapa saja pelakunya. Metode wawancara kepada pelaku merupakan metode yang paling tepat untuk mengungkapkan dan memaparkan suatu peristiwa.

Ada beberapa cara dalam pengumpulan informasi lisan melalui teknik wawancara, yaitu adanya seleksi individu untuk diwawancarai guna memperoleh informasi yang akurat (maksudnya kedudukan orang tersebut dalam suatu peristiwa, sebagai pelaku utama, informan, atau saksi), harus ada pendekatan kepada orang yang diwawancarai, mengembangkan suasana lancar dalam wawancara dengan pertanyaan yang jelas, tidak berbelit dan menghindari pertanyaan yang menyinggung perasaan.


2. Sumber dari Saksi Sejarah


Saksi merupakan seseorang yang pernah menyaksikan atau melihat sebuah peristiwa ketika berlangsung. Namun berbeda dengan pelaku, saksi ini bukan pelaksana dan tidak terlibat langsung dengan jalannya peristiwa. Ia hanya menyaksikan dan bersaksi bahwa peristiwa tersebut ada dan pernah berlangsung.

Sama seperti para pelaku, para saksi sejarah pun dapat mengungkapkan kesaksiannya secara tak jujur. Ia bisa menutup-nutupi atau menambahkan cerita yang sesungguhnya tak ia lihat atau tak pernah terjadi. Bisa saja ia bersaksi sebelah pihak, berat sebelah. Ia menceritakan kebenaran sepihak karena apa yang ia beritakan ternyata mengagung-agungkan salah satu pihak atau pihak-pihak tertentu. Pada kesempatan lain bisa saja saksi sejarah ini menjelek-jelekkan pihak tertentu agar pihak yang dipojokkannya itu namanya makin hancur.


3. Tempat Peristiwa Sejarah


Dalam sejarah, permasalahan tentang lokasi tempat dan waktu peristiwa sejarah berlangsung sangatlah utama. Karena sebuah peristiwa, baik itu sejarah atau keseharian, tentunya terikat dengan waktu dan tempat. Tak mungkin sebuah kejadian tidak terjadi di sebuah tempat.

Bila menentukan tempat bersejarah yang terjadi beberapa tahun yang lalu, kita mampu melihat tempat tersebut karena lokasinya masih ada atau seperti ketika peristiwa berlangsung. Tempat di sini dapat berupa nama jalan, gedung, gunung, jembatan, sungai, lapangan alun-alun, desa, kabupaten, atau kota. Gedung fisik di sini dapat berbentuk gedung kantor, rumah, hotel, gedung parlemen, teater, bioskop, sekolah, masjid, gereja, candi, atau istana keraton.

Sumber-Sumber Sejarah: Pengertian, Jenis, dan Contoh


4. Latar Belakang Peristiwa Sejarah


Di samping sumber dan lokasi, kita harus mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa sejarah. Latar belakang ini termasuk hal terpenting dalam menelusuri jalannya peristiwa bersejarah. Ialah peletup dan penyebab peristiwa terjadi dan berlangsung. Tanpa adanya latar belakang tak mungkin sebuah peristiwa terjadi.

Peristiwa sejarah dapat terjadi karena faktor sosial, politik, ekonomi, ideologi, atau kebudayaan. Peristiwa Revolusi Perancis 1789, misalnya, meletus akibat kebijakan Raja Perancis yang mengakibatkan rakyat jelata di Perancis tertekan. Kehidupan ekonomi mereka terpuruk, sementara kehidupan para abdi istana bermewah-mewahan. Faktor sosial dan ekonomi pun akhirnya sangat berpengaruh terhadap sebuah peristiwa.


5. Pengaruh serta Akibat dari Peristiwa Sejarah


Peristiwa sejarah mau tidak mau meninggalkan akibat yang memengaruhi kehidupan masa berikutnya. Kita tak menginginkan, misalnya, terjadinya peristiwa tsunami di Aceh atau gempa di Yogyakarta, namun kita tak bisa menghindarinya, dan bencana alam tersebut telah memperlihatkan akibat serta pengaruhnya yang hebat kepada penduduk setempat dan masyarakat luas. Orang-orang yang tertimpa bencana tersebut harus menerima akibat yang terjadi, seperti kehilangan sanak saudara, harta benda, pekerjaan, dan sebagainya.

Sebagai akibat lain dari peristiwa alam tersebut, kita serta merta bergotong royong guna meringankan beban penduduk yang terkena musibah alam tersebut. Kejadian alam tersebut berpengaruh (besar atau kecil) pula pada diri kita yang tidak terkena musibah. Kita menjadi dapat lebih bersyukur, lebih arif memandang arti kehidupan, dan menjadi dermawan

B. Langkah-Langkah Penelitian Sejarah

Selain prinsip-prinsip penelitian sejarah terkait dengan sumber sejarah untuk diwawancarai, langkah-langkah penelitian sejarah juga memiliki hal-hal yang penting untuk diketahui. Oleh karena itu dalam buku sejarah karya Tarunasena (2009; 105) menyebutkan; Ada beberapa hal atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian sejarah lisan, yaitu sebagai berikut.


1. Perencanaan Wawancara


Perencanaan yang baik akan menghasilkan pengumpulan sumber lisan yang sangat baik. Oleh sebab itu, perencanaan wawancara harus benar-benar diperhatikan oleh orang-orang yang akan melaksanakan wawancara lisan.

Langkah pertama dalam perencanaan adalah menetapkan orang yang akan kita wawancarai. Agar wawancara itu berjalan dengan lancar sebaiknya sebelum wawancara itu dilaksanakan kita mempelajari latar belakang dari orang tersebut. Selain itu seorang pewancara harus menguasai materi yang akan ditanyakan. Untuk menguasai materi yang akan ditanyakan, sebaiknya pewancara terlebih dahulu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan materi pembicaraan.

Kedua, sebelum kita melakukan wawancara langsung, sebaiknya orang yang akan kita wawancarai dihubungi terlebih dahulu dan mengadakan perjanjian kapan wawancara itu dilakukan.

Langkah ketiga ialah menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan kita tanyakan. Sebaiknya kita membuat daftar pertanyaan dan pertanyaan yang kita ajukan bukan pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa “ya” atau “tidak”. Jadi, yang ditanya hendaknya “Mengapa?”, “Bagaimana?”, “Di mana”. Jenis pertanyaan ini untuk menghindari jawaban “ya”, atau “tidak”.


2. Pelaksanaan Wawancara


Dalam melaksanakan wawancara, sebaiknya pewancara mampu menciptakan situasi yang kondusif. Wawancara yang dilakukan bukanlah suatu dialog. Dalam dialog biasanya terjadi interpretasi terhadap fakta, baik yang dilakukan oleh pewancara maupun informan. 

Hal yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah mendapatkan kisah pengalaman dari orang yang sedang diwawancarai. Pewancara berbicara hanya sebatas mengarahkan pertanyaan yang diajukan kepada informan. Jangan sampai pewancara banyak berbicara dan menggurui informan.


3. Orang yang Diwawancarai


Siapakah orang yang diwawancarai? Orang yang kita wawancarai seharusnya orang yang langsung menyaksikan peristiwa yang kita teliti. Hal ini perlu dilakukan agar informasi yang diberikan lebih akurat. Seberapa banyak orang yang diwawancarai? Hal itu tergantung pada kebutuhan informasi yang kita perlukan, bisa individu maupun kelompok. Kalau kita hanya menulis biografi seorang tokoh, mungkin hanya satu orang, tetapi kalau kita menulis sebuah peristiwa mungkin bisa mewawancari orang yang lebih banyak.


4. Materi Wawancara


Agar materi wawancara yang kita cari sesuai dengan yang kita harapkan, sebaiknya kita menetapkan tema apa yang menjadi penelitian kita. Tema penelitian menjadi pegangan utama dalam menetapkan materi yang akan kita tanyakan kepada informan. Oleh sebab itu, materi harus disesuaikan dengan informan, artinya informan yang kita cari adalah orang yang mengetahui materi yang akan kita tanyakan.

C. Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Lisan

Dalam buku Sejarah karya Dwi A. Listiyani (2009; 64) menyebutkan, prinsip-prinsip dalam penelitian sejarah lisan adalah sebagai berikut.

Penelitian sejarah lisan adalah suatu penelitian yang sumber utamanya menggunakan sumber lisan.
  1. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data/informasi dalam penelitian lisan adalah wawancara, dan biasanya wawancara yang digunakan merupakan wawancara yang lentur, berlangsung akrab, luwes dan fleksibel. Teknik wawancara yang demikian dikenal dengan nama wawancara mendalam (in-depth- iterviewing). Agar wawancaranya bisa tuntas dan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah direncanakan; maka sebelumnya pewawancara (yang akan menulis/meneliti dengan sumber utamanya lisan), bisa menyiapkan seperangkat pertanyaan atau biasa dikenal dengan nama pedoman wawancara.
  2. Untuk mendapatkan data yang dipercaya lewat wawancara, dapat digunakan teknik kritik sumber atau trianggulasi sumber, yakni data yang sama diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian datanya akan benar-benar valid, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
  3. Setelah data terkumpul dan dilakukan interpretasi, maka langkah berikutnya
  4. adalah penulisan suatu karya atau historiografi.

E. Kelebihan dan Kekurangan Sejarah Lisan

Penelitian sejarah lisan memang sudah sangat populer di kalangan akademik keilmuan. Walaupun demikian, penelitian sejarah lisan memiliki kekurangan dan kelebihan. Dalam buku Sejarah SMA/AM Kelas X Karya Hendrayana (2009;  79-80) telah menyebutkan kekurangan dan kelebihan penelitian sejarah lisan. Kekurangan dan kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:


1. Kelebihan Penelitian Sejarah Lisan


  • Pengumpulan data dalam sejarah lisan dilakukan dengan komunikasi dua arah sehingga memungkinkan sejarawan dapat menanyakan langsung bagian yang kurang jelas kepada narasumber.
  • Penulisan sejarah menjadi lebih demokratis karena memungkinkan sejarawan untuk menggali informasi dari semua golongan masyarakat.
  • Melengkapi kekurangan data atau informasi yang belum termuat dalam dokumen. Penelitian sejarah lisan yang dipadukan dengan sumber tertulis dianggap dapat melengkapi kekurangan sumber-sumber sejarah selama ini.

2. Kekurangan Penelitian Sejarah Lisan

Di samping memiliki kelebihan, sejarah lisan juga mempunyai beberapa kekurangan atau kelemahan sebagai berikut:

  • Terbatasnya daya ingat seorang pelaku atau saksi sejarah terhadap suatu peristiwa.
  • Subjektivitas dalam penulisan sejarah sangat tinggi. Dalam hal ini perasaan keakuan dari seorang saksi dari seorang pelaku sejarah yang cenderung memperbesar peranannya dan menutupi kekurangannya sering muncul dalam proses wawancara. Selain itu, subjektivitas juga terjadi karena sudut pandang dari masing-masing pelaku dan saksi sejarah terhadap suatu peristiwa sering kali berbeda.
Itulah prinsip-prinsip penelitian sejarah yang diambil dari beberapa sumber buku sejarah. Semoga bermanfaat, dan dapat menambah wawasan pembaca. Untuk mendalami tentang penelitian sejarah kami menyarankan untuk membaca Penelitian Sejarah: Pengertian, Tujuan, dan Langkah-Langkah, Dll serta Penelitian dan Langkah-Langkah Penelitian Sejarah.

Subscribe Our Newsletter